Denny JA Tawarkan Pandangan Baru dalam Hubungan Antaragama

Minggu, 11 Juni 2023 - 12:45 WIB
loading...
Denny JA Tawarkan Pandangan Baru dalam Hubungan Antaragama
Diskusi buku berjudul Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google (2023) karya Ahmad Gaus AF di Aula Pesantren Universal, Jumat 9 Juni 2023. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Lagu Ya Lal Wathon dan salawat bergema di Aula Pondok Pesantren Mahasiswa Universal, Bandung. Sebelumnya, para mahasantri sebutan untuk para mahasiswa/i yang mondok di pesantren tersebut dengan khidmat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Itu adalah rangkaian acara pembukaan untuk mengawali diskusi buku berjudul Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google (2023) karya Ahmad Gaus AF di Aula Pesantren Universal, Jumat 9 Juni 2023.



Muhamad Maksugi dari UIN Bandung yang mendampimgi Ahmad Gaus sebagai pembicara malam itu mengatakan bahwa mahasiswa adalah harapan bagi tumbuhnya lapisan generasi masa depan yang akan membawa atmosfer baru dalam kehidupan beragama.

Gagasan Denny JA dalam buku yang sedang didiskusikan ini dapat menjadi pegangan untuk membangun atmosfer tersebut. Sebab, ia menawarkan pandangan baru dalam melihat hubungan antaragama di Indonesia.

“Pemikiran Denny JA bahwa agama-agama adalah warisan kultural milik bersama umat manusia, memberi tawaran baru tentang bagaimana kita memperlakukan agama-agama yang lain di luar agama kita sendiri,” ujar Maqsugi yang mengaku sering membaca karya-karya Denny JA dalam bentuk puisi dikutip Minggu (11/6/2003).

Anggota Pembina Dewan Santri Universal yang juga pegiat sastra itu menjelaskan bahwa pandangan keagamaan Denny JA sejalan dengan misi Pesantren Universal yang menerapkan sistem pendidikan transformatif-emansipatoris berbasis empati, toleransi, semangat perubahan, dan pemberdayaan yang berorientasi mewujudkan kemashlahatan universal.

Perspektif yang Mencerahkan
Dalam pemaparan bukunya, Gaus mengatakan rumusan Denny JA bahwa agama-agama adalah warisan kultural milik bersama umat manusia, bukan sekadar retorika keagamaan melainkan sebuah pencerahan yang benar-benar dibutuhkan saat ini.

“Rumusan itu sangat kuat. Rumusan itu mengubah perspektif tentang hubungan antaragama yang selama ini cenderung dilihat dalam bingkai teologi atau keimanan. Rumusan itu mampu menerobos tembok pembatas antaragama yang sudah terbangun berabad-abad,” tegas penulis yang juga peneliti dari CSRC UIN Jakarta tersebut.

Sejarah agama, lanjutnya, didikte oleh teologi eksklusif yang menyingkirkan orang lain. Memandang yang lain sebagai musuh abadi yang harus dimusnahkan. Maka lahirlah teologi kebencian yang dipeluk bukan hanya oleh kaum ekstremis dan teroris melainkan juga oleh mereka yang mendukung dan mengamini secara diam-diam tindakan para teroris itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1767 seconds (0.1#10.140)