Forum Dialog Antaragama dan Budaya ASEAN 2023
loading...
A
A
A
Namun berbagai event itu sifatnya masih terdesentralisasi dan sporadis. Adanya Forum Dialog Antaragama dan Budaya ASEAN ini, maka pelibatan tokoh agama secara terstruktur akan bisa berkontribusi pada pelabagai kekerasan politik yang terjadi di kawasan ASEAN.
Namun sebelum mengetengahkan kerangka konseptual untuk aksi, penulis akan menjelaskan secara singkat peran NU untuk perdamaian. Dengan demikian kita tidak mencurigai upaya NU ini sebagai aji mumpung atau NU mendadak meminati dan bertumpuk lumus untuk perdamaian di dunia, termasuk ASEAN.
Misalnya, NU telah mendorong perdamaian di luar negeri dengan menjadi mediator damai di Thailand Selatan, Filipinan Selatan, Myammar dan Afghanistan. Sebelumnya, Gus Dur telah membentuk World Conference on Religion and Peace (WCRP).
Selanjutnya, pada masa Kiai Hasyim Muzadi, NU memfasilitasi pembentukan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di pelbagai negara dan menginiasi acara International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Pergerakan perdamaian NU semakin berkembang pada masa KH Said Aqil Siroj dengan menginiasiasi International Summit of Moderate Islkamic Leaders (ISOMIL).
Dengan demikian, usaha-usaha NU untuk jembatan perdamaian tersebut telah dimulai satu dekade terakhir. Baik sendiri maupun berkolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil di dalam dan luar negeri.
Misalnya pada 2019 di Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Banjar, Jawa Barat, NU telah merekomendasikan bahwa kategori kafir tidak memiliki dasar hukum dalam sebuah negara bangsa yang modern. Ini penting untuk menegaskan bahwa di Indonesia ada kesetaraan antarwarga Negara, terlepas dari apapun agama, suku, ras, dan bahasanya.
Sedangkan pada 2021, Aliansi Injili Dunia (the World Evangelical Alliance), yang mewakili 600 juta Protestan di 143 negara, telah bergabung dengan NU dan Komunitas Imam W Deen Mohammed menandatangani Pernyataan Masjid Bangsa di Washington, DC.
Jalinan antaraagama dan konflik acap dipahami dalam tiga cara: penyebab, inspirasi, atau faktor yang memperburuk konflik antaragama. Yang terakhir menunjukkan bahwa agama acap digunakan sebagai kendaraan untuk mengaktifkan konflik dan pertentangan, termasuk dalam menciptakan polarisasi untuk memenangkan pemilu.
Namun, sebenarnya tidak ada konflik agama murni di negara mana pun. Konflik itu terkait dengan aspek-aspek lain, seperti ekonomi dan politik.
Beberapa pihak mengklaim agama adalah akar tunggang penyebab konflik kekerasan ketika iman mendefinisikan tujuan akhir. Misalnya, sebuah kelompok ingin mendirikan negara berdasarkan satu agama dalam masyarakat majemuk. Atau ketika agama menginspirasi penindasan masyarakat dengan merangkul agama yang berbeda dan menciptakan kelompok identitas eksklusif sebagai dinding supremasi.
Namun sebelum mengetengahkan kerangka konseptual untuk aksi, penulis akan menjelaskan secara singkat peran NU untuk perdamaian. Dengan demikian kita tidak mencurigai upaya NU ini sebagai aji mumpung atau NU mendadak meminati dan bertumpuk lumus untuk perdamaian di dunia, termasuk ASEAN.
Misalnya, NU telah mendorong perdamaian di luar negeri dengan menjadi mediator damai di Thailand Selatan, Filipinan Selatan, Myammar dan Afghanistan. Sebelumnya, Gus Dur telah membentuk World Conference on Religion and Peace (WCRP).
Selanjutnya, pada masa Kiai Hasyim Muzadi, NU memfasilitasi pembentukan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di pelbagai negara dan menginiasi acara International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Pergerakan perdamaian NU semakin berkembang pada masa KH Said Aqil Siroj dengan menginiasiasi International Summit of Moderate Islkamic Leaders (ISOMIL).
Dengan demikian, usaha-usaha NU untuk jembatan perdamaian tersebut telah dimulai satu dekade terakhir. Baik sendiri maupun berkolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil di dalam dan luar negeri.
Misalnya pada 2019 di Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Banjar, Jawa Barat, NU telah merekomendasikan bahwa kategori kafir tidak memiliki dasar hukum dalam sebuah negara bangsa yang modern. Ini penting untuk menegaskan bahwa di Indonesia ada kesetaraan antarwarga Negara, terlepas dari apapun agama, suku, ras, dan bahasanya.
Sedangkan pada 2021, Aliansi Injili Dunia (the World Evangelical Alliance), yang mewakili 600 juta Protestan di 143 negara, telah bergabung dengan NU dan Komunitas Imam W Deen Mohammed menandatangani Pernyataan Masjid Bangsa di Washington, DC.
Jalinan antaraagama dan konflik acap dipahami dalam tiga cara: penyebab, inspirasi, atau faktor yang memperburuk konflik antaragama. Yang terakhir menunjukkan bahwa agama acap digunakan sebagai kendaraan untuk mengaktifkan konflik dan pertentangan, termasuk dalam menciptakan polarisasi untuk memenangkan pemilu.
Namun, sebenarnya tidak ada konflik agama murni di negara mana pun. Konflik itu terkait dengan aspek-aspek lain, seperti ekonomi dan politik.
Beberapa pihak mengklaim agama adalah akar tunggang penyebab konflik kekerasan ketika iman mendefinisikan tujuan akhir. Misalnya, sebuah kelompok ingin mendirikan negara berdasarkan satu agama dalam masyarakat majemuk. Atau ketika agama menginspirasi penindasan masyarakat dengan merangkul agama yang berbeda dan menciptakan kelompok identitas eksklusif sebagai dinding supremasi.