Kampus Unggul Berwawasan Wirausaha Berbasis Nilai Agama
loading...
A
A
A
Prof. Dr. Tedi Priatna, M.Ag
Guru Besar Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Praktisi Wirausaha Budidaya Bonsai
SAAT ini menjadi kebutuhan bagi pengelola perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kampus unggul berwawasan wirausaha. Hal ini agar lulusannya mampu mandiri, bermanfaat pada sesama, kompeten, dan sanggup bersaing secara nasional bahkan global.
Entrepreneur atau wirausaha juga tidak lagi dipahami secara sempit, sekadar berbisnis secara ekonomi, mengejar keuntungan semata. Entrepreneur dipahami sebagai segala hal yang memberdayakan, menebar kemanfaatan dan berdimensi pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan layanan publik. Lahirlah apa yang disebut kewirausahaan sosial (sociopreneur), edupreneur, government entrepreneur, ecopreneur, technopreneur, dan academic entrepreneur.
Ada beberapa ciri dan komponen yang dapat dikenali pada kampus unggul dengan lulusan yang mandiri berwawasan wirausaha. Pertama, adanya program studi yang berorientasi pada kewirausahaan. Dirancang secara khusus dan fokus melalui penyajian mata kuliah tentang inovasi, pemberdayaan dan layanan, strategi pengembangan bisnis, manajemen sumber daya manusia, manajemen risiko, strategi pemasaran, kepemimpinan, strategi pemberdayaan, dan yang lainnya.
Mahasiswa diajak dan dilibatkan untuk menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam proyek-proyek nyata dalam berbisnis. Experiental learning (pembelajaran berbasis pengalaman) menjadi model. Mengalami langsung proses berjualan, menentukan harga, bernegosiasi bisnis dan seterusnya. Tidak hanya memiliki laboratorium bisnis, dilakukan juga pemagangan sehingga kompetensinya selaras dengan dunia usaha dan industri.
Kedua, tersedianya sentra riset dan inovasi yang berfungsi sebagai wadah dan semacam lapak untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif. Sentra ini menyediakan sumber daya, fasilitas, dan dukungan teknis bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan produk atau layanan baru. Mahasiswa juga dapat mengakses mentor dan pakar industri untuk membimbing mereka dalam proses inovasi dan pengembangan bisnis.
Ketiga, memiliki inkubator bisnis sebagai ruang kerja bersama bagi mahasiswa yang ingin memulai usaha mereka sendiri. Inkubator ini menyediakan akses ke fasilitas, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis, serta mentoring dan pendampingan dari para profesional bisnis yang berpengalaman.
Keempat, terkoneksi, berjejaring, dan adanya kerja sama dengan perusahaan (industri) terkait untuk memberikan kesempatan magang kepada mahasiswa. Melalui program magang, mahasiswa diharapkan memiliki pengalaman praktis di lingkungan kerja nyata, membangun jaringan profesional, dan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan dunia bisnis.
Kelima, menekankan pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi dan berbasis proyek dan praktikum. Mahasiswa akan terlibat dalam studi kasus, simulasi bisnis, dan proyek nyata yang mendorong kreativitas, kerja tim, dan pemecahan masalah. Mereka juga akan didorong untuk mengembangkan rencana bisnis, mengikuti kompetisi wirausaha, dan berpartisipasi dalam acara-acara kewirausahaan.
Keenam, memiliki jaringan alumni yang kuat dan rutin menyelenggarakan acara-acara berbasis enterpreneurship seperti pembelajaran berbasis proyek, konferensi, temu inovasi, workshop, pelatihan dan berbagai agenda pendukung penting lainnya. Menjadi jalan dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa bertemu dengan alumni yang sukses, investor, dan profesional bisnis lainnya. Menguatkan modal sosial, jejaring bagi mahasiswa dan alumninya.
Model kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk implementasi keenam usaha di atas sepertinya dapat menjembatani keingianan kuat kampus membekali lulusannya dengan wawasan enterpreneurship. Melalui pendekatan yang komprehensif dan lingkungan yang mendukung, kampus unggul untuk lulusan yang mandiri berwawasan enterpreneurship dapat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan kewirausahaan, menginspirasi inovasi, dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin bisnis yang sukses dan mandiri.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah perlu hadirnya fakultas vokasi. Kepentingan kehadiran fakultas ini didasarkan kepada beberapa alasan mendasar, yaitu, relevansi dengan dunia kerja, pengalaman praktis, peningkatan keterampilan teknis, fleksibilitas karier. Keberadaan fakultas vokasi di sebuah perguruan tinggi yang unggul menjadi penting karena ia dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang dan tantangan zaman yang penuh dengan ketidakpastian. Dengan itu, fakultas vokasi bermaksud menghasilkan output lulusan yang siap menghadapi tantangan, kemungkinan ketakterdugaan dan peluang di masa depan.
Agama sebagai paradigma, cara pandang dunia yang meliputi keseluruhan aspek, antara lain: pertama, penguatan pada nilai etika dan moral. Agama dapat memberikan landasan etika dan nilai bagi pengembangan prinsip wirausaha di kampus. Prinsip-prinsip moral dan etika yang diajarkan dalam agama dapat membentuk karakter mahasiswa menjadi enterpreneur yang bertanggung jawab, jujur, adil, dan berintegritas. Agama juga mengajarkan nilai-nilai seperti kepedulian sosial, rasa empati, dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat, yang menjadi landasan dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan berdampak positif.
Nilai agama bisa memberikan panduan etika bisnis yang dapat diterapkan dalam konteks enterpreneurship. Prinsip-prinsip seperti keadilan, transparansi, dan keberlanjutan dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan model bisnis yang bertanggung jawab dan beretika. Agama juga mengajarkan pentingnya menghormati hak-hak individu, menjaga keadilan dalam hubungan bisnis, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Kedua, sumber inspirasi dan motivasi. Nilai-nilai spiritual seperti ketekunan, keberanian, dan kepercayaan dapat membantu mahasiswa menghadapi tantangan dan mengatasi kegagalan dalam bisnis. Nilai agama juga dapat memberikan dukungan moral dan spiritual yang diperlukan dalam menjalankan peran sebagai enterpreneur yang tangguh dan mandiri.
Ketiga, pemberdayaan masyarakat. Kokohkan mahasiswa untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial yang kuat dan berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat. Mengembangkan bisnis yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, seperti menciptakan lapangan kerja, mendukung usaha mikro dan kecil, atau memberikan kontribusi pada pembangunan sosial. Agama dapat menjadi sumber inspirasi dan dorongan bagi mahasiswa untuk mengembangkan enterpreneurship dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat.
Keempat, pengembangan kepemimpinan dan kolaborasi. Diajarkan tentang nilai kepemimpinan yang efektif, seperti kebijaksanaan, pelayanan, dan keadilan. Kampus unggul yang berwawasan enterpreneurship mengintegrasikan prinsip-prinsip kepemimpinan ini dalam kurikulum dan kegiatan mahasiswa. Agama juga mendorong kolaborasi dan kerja tim, yang penting dalam pengembangan dan pengelolaan bisnis. Mahasiswa dapat belajar untuk bekerja sama, mendengarkan perspektif orang lain, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
Dengan peranan nilai agama ini, dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten dalam bidang bisnis, inovasi layanan, gerakan perubahan dan pemberdayaan, tetapi juga memiliki kesadaran moral, komitmen sosial, dan kepemimpinan yang berkualitas. Melalui pengembangan wawasan wirausaha berbasis agama, dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pengembangan perguruan tinggi di masa yang akan datang.
Guru Besar Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Praktisi Wirausaha Budidaya Bonsai
SAAT ini menjadi kebutuhan bagi pengelola perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kampus unggul berwawasan wirausaha. Hal ini agar lulusannya mampu mandiri, bermanfaat pada sesama, kompeten, dan sanggup bersaing secara nasional bahkan global.
Entrepreneur atau wirausaha juga tidak lagi dipahami secara sempit, sekadar berbisnis secara ekonomi, mengejar keuntungan semata. Entrepreneur dipahami sebagai segala hal yang memberdayakan, menebar kemanfaatan dan berdimensi pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan layanan publik. Lahirlah apa yang disebut kewirausahaan sosial (sociopreneur), edupreneur, government entrepreneur, ecopreneur, technopreneur, dan academic entrepreneur.
Ada beberapa ciri dan komponen yang dapat dikenali pada kampus unggul dengan lulusan yang mandiri berwawasan wirausaha. Pertama, adanya program studi yang berorientasi pada kewirausahaan. Dirancang secara khusus dan fokus melalui penyajian mata kuliah tentang inovasi, pemberdayaan dan layanan, strategi pengembangan bisnis, manajemen sumber daya manusia, manajemen risiko, strategi pemasaran, kepemimpinan, strategi pemberdayaan, dan yang lainnya.
Mahasiswa diajak dan dilibatkan untuk menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam proyek-proyek nyata dalam berbisnis. Experiental learning (pembelajaran berbasis pengalaman) menjadi model. Mengalami langsung proses berjualan, menentukan harga, bernegosiasi bisnis dan seterusnya. Tidak hanya memiliki laboratorium bisnis, dilakukan juga pemagangan sehingga kompetensinya selaras dengan dunia usaha dan industri.
Kedua, tersedianya sentra riset dan inovasi yang berfungsi sebagai wadah dan semacam lapak untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif. Sentra ini menyediakan sumber daya, fasilitas, dan dukungan teknis bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan produk atau layanan baru. Mahasiswa juga dapat mengakses mentor dan pakar industri untuk membimbing mereka dalam proses inovasi dan pengembangan bisnis.
Ketiga, memiliki inkubator bisnis sebagai ruang kerja bersama bagi mahasiswa yang ingin memulai usaha mereka sendiri. Inkubator ini menyediakan akses ke fasilitas, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis, serta mentoring dan pendampingan dari para profesional bisnis yang berpengalaman.
Keempat, terkoneksi, berjejaring, dan adanya kerja sama dengan perusahaan (industri) terkait untuk memberikan kesempatan magang kepada mahasiswa. Melalui program magang, mahasiswa diharapkan memiliki pengalaman praktis di lingkungan kerja nyata, membangun jaringan profesional, dan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan dunia bisnis.
Kelima, menekankan pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi dan berbasis proyek dan praktikum. Mahasiswa akan terlibat dalam studi kasus, simulasi bisnis, dan proyek nyata yang mendorong kreativitas, kerja tim, dan pemecahan masalah. Mereka juga akan didorong untuk mengembangkan rencana bisnis, mengikuti kompetisi wirausaha, dan berpartisipasi dalam acara-acara kewirausahaan.
Keenam, memiliki jaringan alumni yang kuat dan rutin menyelenggarakan acara-acara berbasis enterpreneurship seperti pembelajaran berbasis proyek, konferensi, temu inovasi, workshop, pelatihan dan berbagai agenda pendukung penting lainnya. Menjadi jalan dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa bertemu dengan alumni yang sukses, investor, dan profesional bisnis lainnya. Menguatkan modal sosial, jejaring bagi mahasiswa dan alumninya.
Model kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk implementasi keenam usaha di atas sepertinya dapat menjembatani keingianan kuat kampus membekali lulusannya dengan wawasan enterpreneurship. Melalui pendekatan yang komprehensif dan lingkungan yang mendukung, kampus unggul untuk lulusan yang mandiri berwawasan enterpreneurship dapat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan kewirausahaan, menginspirasi inovasi, dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin bisnis yang sukses dan mandiri.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah perlu hadirnya fakultas vokasi. Kepentingan kehadiran fakultas ini didasarkan kepada beberapa alasan mendasar, yaitu, relevansi dengan dunia kerja, pengalaman praktis, peningkatan keterampilan teknis, fleksibilitas karier. Keberadaan fakultas vokasi di sebuah perguruan tinggi yang unggul menjadi penting karena ia dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang dan tantangan zaman yang penuh dengan ketidakpastian. Dengan itu, fakultas vokasi bermaksud menghasilkan output lulusan yang siap menghadapi tantangan, kemungkinan ketakterdugaan dan peluang di masa depan.
Internalisasi Nilai Agama
Agama sebagai paradigma, cara pandang dunia yang meliputi keseluruhan aspek, antara lain: pertama, penguatan pada nilai etika dan moral. Agama dapat memberikan landasan etika dan nilai bagi pengembangan prinsip wirausaha di kampus. Prinsip-prinsip moral dan etika yang diajarkan dalam agama dapat membentuk karakter mahasiswa menjadi enterpreneur yang bertanggung jawab, jujur, adil, dan berintegritas. Agama juga mengajarkan nilai-nilai seperti kepedulian sosial, rasa empati, dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat, yang menjadi landasan dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan berdampak positif.
Nilai agama bisa memberikan panduan etika bisnis yang dapat diterapkan dalam konteks enterpreneurship. Prinsip-prinsip seperti keadilan, transparansi, dan keberlanjutan dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan model bisnis yang bertanggung jawab dan beretika. Agama juga mengajarkan pentingnya menghormati hak-hak individu, menjaga keadilan dalam hubungan bisnis, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Kedua, sumber inspirasi dan motivasi. Nilai-nilai spiritual seperti ketekunan, keberanian, dan kepercayaan dapat membantu mahasiswa menghadapi tantangan dan mengatasi kegagalan dalam bisnis. Nilai agama juga dapat memberikan dukungan moral dan spiritual yang diperlukan dalam menjalankan peran sebagai enterpreneur yang tangguh dan mandiri.
Ketiga, pemberdayaan masyarakat. Kokohkan mahasiswa untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial yang kuat dan berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat. Mengembangkan bisnis yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, seperti menciptakan lapangan kerja, mendukung usaha mikro dan kecil, atau memberikan kontribusi pada pembangunan sosial. Agama dapat menjadi sumber inspirasi dan dorongan bagi mahasiswa untuk mengembangkan enterpreneurship dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat.
Keempat, pengembangan kepemimpinan dan kolaborasi. Diajarkan tentang nilai kepemimpinan yang efektif, seperti kebijaksanaan, pelayanan, dan keadilan. Kampus unggul yang berwawasan enterpreneurship mengintegrasikan prinsip-prinsip kepemimpinan ini dalam kurikulum dan kegiatan mahasiswa. Agama juga mendorong kolaborasi dan kerja tim, yang penting dalam pengembangan dan pengelolaan bisnis. Mahasiswa dapat belajar untuk bekerja sama, mendengarkan perspektif orang lain, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
Dengan peranan nilai agama ini, dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten dalam bidang bisnis, inovasi layanan, gerakan perubahan dan pemberdayaan, tetapi juga memiliki kesadaran moral, komitmen sosial, dan kepemimpinan yang berkualitas. Melalui pengembangan wawasan wirausaha berbasis agama, dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pengembangan perguruan tinggi di masa yang akan datang.
(zik)