Bursa Cawapres 2024, LSI Denny JA: Airlangga Diuntungkan oleh Faktor Ini

Senin, 29 Mei 2023 - 21:50 WIB
loading...
Bursa Cawapres 2024, LSI Denny JA: Airlangga Diuntungkan oleh Faktor Ini
Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Jelang Pilpres 2024, banyak isu yang berkembang di masyarakat yang mempengaruhi elektabilitas capres dan cawapres 2024. Saat ini, terdapat tiga kandidat tiga nama dalam bursa cawapres yang punya latar belakang pengusaha, yakni Airlangga Hartarto , Erick Thohir, dan Sandiaga Uno.

Selain itu, ketiganya juga sama-sama punya pengalaman dalam pemerintahan karena saat ini menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju.

Di sisi lain, terdapat juga lima kandidat cawapres lain tidak ada jejak kemampuan ekonomi, yaitu Mahfud MD, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, dan Said Aqil Siradj. Lima cawapres ini tak berhubungan langsung dengan ekonomi.

Dalam riset yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis pada Senin (29 Mei 2023), di antara tiga nama cawapres yang punya pengalaman ekonomi, Airlangga Hartarto lebih unggul dibanding Erick Thohir dan Sandiaga Uno.

Selain karena pengalaman pemerintahan dan pengusaha, Airlangga Hartarto juga merupakan ketua umum partai terbesar kedua, yakni Partai Golkar.

Menurut LSI Denny JA, ketika pertarungan isu ekonomi yang paling ditunggu oleh pemilih, cawapres yang memiliki pengalaman dengan isu ekonomi lebih diuntungkan.

"Dengan catatan tersebut, Airlangga Hartarto memiliki daya tawar yang lebih tinggi bagi para calon presiden yang nantinya akan bertarung, baik Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, atau Anies Baswedan," jelas peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa saat meliris hasil survei di Jakarta, Senin (29 Mei 2023).

Menurut survei LSI Denny JA, sebelum pandemi Covid-19 (September 2019), pemilih yang menyatakan isu ekonomi sebagai hal yang paling penting sebesar 42,3 persen. Setelah itu, diikuti isu hukum 14,5 persen, politik 11,7 persen, budaya 8,6 persen, dan hubungan internasional 5,7 persen.

Namun, setelah pandemi berdasarkan survei LSI Denny JA Mei 2023, pemilih yang menyatakan isu ekonomi sebagai hal yang paling penting meningkat sebesar 64,7 persen. Setelah itu diikuti isu hukum 10,7 persen, politik 8,2 persen, budaya 5,3 persen, dan hubungan internasional 3,1 persen.

"Pentingnya isu ekonomi akibat Covid-19, naik dari 42,3 persen (September 2019), ke 64,7 persen (Mei 2023). Terdapat kenaikan 22,4 persen," jelas Ardian.

Tiga tahun Covid-19 membuat publik tidak puas di tiga isu yang berada di bawah 50 persen. Pertama, ketidakpuasan terhadap pembukaan lapangan pekerjaan. Kepuasan publik terhadap pembukaan lapangan pekerjaan sebesar hanya 38,1 persen.

Kedua, isu mengurangi kemiskinan, di mana kepuasan publik sebesar 43,5 persen. Ketiga, kesejahteraan petani, buruh dan nelayan, di mana kepuasan publik sebesar 44,6 persen.

"Seberapa penting isu pemimpin yang kuat (strong leader) untuk menumbuhkan ekonomi? Setelah pandemi, kebutuhan strong leader untuk menumbuhkan ekonomi tinggi sekali mencapai 85,6 persen," sambungnya.

Di antara tiga capres yang muncul ke permukaan saat ini, Prabowo Subianto merupakan capres yang lebih mengesankan strong leader yang menumbuhkan ekonomi.

Survei LSI Denny JA mengungkapkan, Prabowo berada di urutan pertama dengan 56,2 persen. Diikuti oleh Anies Baswedan dengan 18,7 persen, dan Ganjar Pranowo diangka 14,8 persen. Ganjar di urutan ketiga untuk isu strong leader yang menumbuhkan ekonomi.

Data juga menunjukkan, untuk populasi umum, Prabowo bersaing ketat dengan Ganjar. Elektabilitas Prabowo 33,9 persen. Ganjar 31,9 persen. Anies 20,8 persen.

Jika dibandingkan dengan populasi umum, selisih perolehan dukungan Prabowo dan Ganjar hanya sebesar 2 persen. Tetapi dalam isu strong leader yang mampu menumbuhkan ekonomi selisihnya sebesar 46,1 persen.

Semakin isu strong leader tumbuhkan ekonomi meluas, semakin Prabowo menjulang, semakin Ganjar menurun. "Pilpres masih delapan bulan lagi. Dukungan kepada capres masih mungkin naik dan turun. Namun tiga tahun pandemi membuat isu kebangkitan ekonomi dengan pemimpin yang kuat semakin dibutuhkan. Isu ini menguntungkan Prabowo," tutup Ardian.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2865 seconds (0.1#10.140)