Pilpres 2024 Diprediksi Sengit, Pemenang Ditentukan Sosok Cawapres
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bursa calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 relatif stabil pada 3-4 nama. Namun fenomena berbeda tampa dalam bursa cawapres. Berbeda dengan capres, nama-nama baru justru terus bermunculkan dalam bursa cawapres.
Maraknya sosok yang masuk bursa cawapres dianggap wajar lantaran dianggap bakal menjadi kunci kemenangan pada Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, dari hasil survei tiga nama calon presiden Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan saling salip menyalip. Bahkan tidak ada satu calon pun yang dapat mencapai angka psikologis 60 persen.
Dia menilai tren capai tersebut jarang ditemui. Dengan temuan tersebut dinilai menjadi osok Cawapres yang dipilih harus mempertimbangkan kemampuan mendongkrak suara capres untuk memenangkan pemilu 2024.
"Sejak saya mempelajari perilaku pemilih (voting behavior), dugaan saya Pemilu 2024 adalah kontestasi elektoral paling sengit. Karena perbedaan elektoral capres naik turun seperti rool coster dan saling salip menyalip," katanya saat dihubungi MNC Portal pada, Minggu (28/5/2023).
"Baru kali ini trennya begitu kompetitif dan sangat dinamis, peran cawapres menjadi sangat krusial, top 3 capres nggak ada yang mencapai angka psikologis 60 persen," tambahnya.
Lebih detail dia menyebut pemilu 2024 kali ini cawapres tidak harus tidak harus sesuai pada variabel jawa luar jawa, perempuan, soal sipil atau militer dan juga bukan soal kombinasi nasionalis religius. Dia menilai bahwa kemenangan cawapres effect.
"Cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, meskipun mazhab umum selama ini bahwa cawapres yang mungkin digandeng karena bawa elektabilitas, bawa logistik dan bawa partai politik. Namun lagi-lagi soal cawapres adalah soal kebutuhan akan kemenangan," jelasnya.
Dia menilai seorang cawapres setidaknya memiliki tiga kriteria seperti penerimaan parpol pengusung partai politik, penerimaan elit parpol yang menjadi pemain atau king maker, dan terakhir penerimaan akar rumput yang menjadi ujung tombak kemenangan.
"Tak kalah pentingnya diterima secara aksebtabilitas sama akar rumput (grassroot) oleh karena itu cawapres pilihan elite tidak boleh split ticket dengan arus kehendak arus bawah," pungkasnya.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
Maraknya sosok yang masuk bursa cawapres dianggap wajar lantaran dianggap bakal menjadi kunci kemenangan pada Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, dari hasil survei tiga nama calon presiden Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan saling salip menyalip. Bahkan tidak ada satu calon pun yang dapat mencapai angka psikologis 60 persen.
Dia menilai tren capai tersebut jarang ditemui. Dengan temuan tersebut dinilai menjadi osok Cawapres yang dipilih harus mempertimbangkan kemampuan mendongkrak suara capres untuk memenangkan pemilu 2024.
"Sejak saya mempelajari perilaku pemilih (voting behavior), dugaan saya Pemilu 2024 adalah kontestasi elektoral paling sengit. Karena perbedaan elektoral capres naik turun seperti rool coster dan saling salip menyalip," katanya saat dihubungi MNC Portal pada, Minggu (28/5/2023).
"Baru kali ini trennya begitu kompetitif dan sangat dinamis, peran cawapres menjadi sangat krusial, top 3 capres nggak ada yang mencapai angka psikologis 60 persen," tambahnya.
Lebih detail dia menyebut pemilu 2024 kali ini cawapres tidak harus tidak harus sesuai pada variabel jawa luar jawa, perempuan, soal sipil atau militer dan juga bukan soal kombinasi nasionalis religius. Dia menilai bahwa kemenangan cawapres effect.
"Cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, meskipun mazhab umum selama ini bahwa cawapres yang mungkin digandeng karena bawa elektabilitas, bawa logistik dan bawa partai politik. Namun lagi-lagi soal cawapres adalah soal kebutuhan akan kemenangan," jelasnya.
Dia menilai seorang cawapres setidaknya memiliki tiga kriteria seperti penerimaan parpol pengusung partai politik, penerimaan elit parpol yang menjadi pemain atau king maker, dan terakhir penerimaan akar rumput yang menjadi ujung tombak kemenangan.
"Tak kalah pentingnya diterima secara aksebtabilitas sama akar rumput (grassroot) oleh karena itu cawapres pilihan elite tidak boleh split ticket dengan arus kehendak arus bawah," pungkasnya.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
(muh)