Jenderal Polisi Bintang 2 Ini Jadi Guru Besar Ke-241 Muhammadiyah

Minggu, 28 Mei 2023 - 08:16 WIB
loading...
Jenderal Polisi Bintang 2 Ini Jadi Guru Besar Ke-241 Muhammadiyah
Irjen Pol Dadang Hartanto dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Foto/muhammadiyah.or.id
A A A
JAKARTA - Widyaiswara Kepolisian Utama Tingkat I Sespim Lemdiklat Polri Irjen Pol Dadang Hartanto SIK M.Si dikukuhkan sebagai guru besa r atau profesor bidang Ilmu Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Sabtu (27/5/2023). Dadang menjadi guru besar ke-12 UMSU sekaligus guru besar ke-241 Muhammadiyah

Dalam prosesi pengukuhan, Dadang menyampaikan orasi imiah berjudul Good Governance Berbasis Learning Organization di Era Vuca. Seusai penyematan lencana guru besar UMSU, Dadang mengatakan, mendapatkan pengukuhan sebagai guru besar merupakan hasil perjuangan yang didukung banyak pihak, mulai rektor dan sivitas akademika UMSU hingga Polri.

Jenderal Polisi Bintang 2 Ini Jadi Guru Besar Ke-241 Muhammadiyah

Foto/Humas Polri
“Saya mengucapkan terima kasih atas semua perjuangan yang selama ini dilaksanakan,” ujar Dadang di Auditorium Kampus UMSU.

Dadang berharap, setelah mendapat pengukuhan sebagai guru besar, dia bisa memberikan kontribusi lebih banyak untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menanamkan nilai-nilai melalui dunia pendidikan. ”Insyaallah kalau itu terus bergulir kita harapkan bangsa kita semakin baik,” kata mantan Wakapolda Sumatera Utara ini.



Pengukuhan Dadang dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo serta sejumlah tokoh nasional. Dalam sambutannya, Haedar Nashir memuji pencapaian Dadang. “Betul-betul lewat perjuangan dan tidak instan. Ini yang paling penting,” kata Haedar, dikutip dari muhammadiyah.or.id, Minggu (28/3/2023).

Dalam sambutannya Haedar tak lupa mengingatkan bahwa menjadi guru besar berarti juga naiknya tanggung jawab kebangsaan. Pertama yaitu peran moral. Bagaimana peran akademik dapat terus menjadi kekuatan yang membangun karakter, integritas, moralitas, dan etika warga bangsa serta para elitnya di negeri ini.

Guru besar, kata Haedar, harus mampu mengolah tiga modal nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk teraktualisasi menjadi keadaban publik. Tiga hal itu antara lain adalah nilai Pancasila sebagai dasar negara, nilai agama yang telah hidup di tubuh bangsa selama berabad-abad, dan nilai kebudayaan luhur yang hidup di setiap daerah dan berakumulasi menjadi kebudayaan nasional.

“Nah potensi nilai luhur itu harus terus didorong, dikapitalisasi dan diciptakan eksosistemnya. Nah peran kaum akademik adalah terus mentransfer nilai-nilai moralitas itu agar jadi moralitas publik. Menanamkan kepercayaan, amanah, etika, dan segala (standar) baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas,” ujarnya.



Kedua, peran mencerdaskan kehidupan bangsa. Tanggung jawab ini, kata Haedar, perlu dipacu mengingat daya saing manusia Indonesia masih terpuruk di posisi enam di tingkat Asia Tenggara.

“Dan ini memerlukan usaha optimalisasi dan akselerasi dari seluruh lembaga pandidikan kita. Kampus harus jadi pusat untuk terus mentransfer nilai-nilai pencerdasan. Banyak anak-anak bangsa kita yang potensial, tapi perlu ekosistem dan sistem untuk menjadi sesuai cita-cita para pendiri bangsa, yaitu anak yang cerdas, mampu mencerdaskan kehidupan bangsanya,” kata Haedar.

Ketiga, tanggung jawab peran sosial. Di masa disrupsi seperti saat ini, guru besar harus menjadi teladan yang kokoh dan objektif dalam menjaga serta membimbing masyarakat untuk menghidupkan nilai-nilai baik-buruk, benar-salah, dan pantas-tidak pantas sebagaimana adanya.

“Kita juga harus terus dengan kesabaran, kesungguhan untuk mengajak, melatih dan memberi teladan lewat proses pencerdasan akal budi dan warga bangsa. Saya yakin gerakan ini harus jadi tanggungjawab kolektif kita termasuk bagi ormas-ormas keagamaan,” tuturnya.

Keempat, peran transformasi kehidupan kebangsaan. Potensi yang dimiliki baik dari segi SDA maupun SDM kata Haedar harus menjadi perhatian para guru besar untuk mentransformasikannya secara akseleratif dan progresif.

“Maka dunia pendidikan perlu terkoneksi dengan seluruh institusi negara dan komponen bangsa untuk jadi pilar strategis memajukan Indonesia yang dalam diksi Muhammadiyah itu satu paket, Memajukan Indonesia Dan Mencerahkan Semesta,” jelasnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1025 seconds (0.1#10.140)