Jadi Menteri Jokowi Salah Satu Pemicu Melorotnya Elektabilitas Prabowo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hasil survei Indikator Politik terbaru menunjukan elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto melorot. Prabowo disalip Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan .
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan, temuan survei itu menunjukkan hal yang sama dengan temuan lembaganya yang menyebutkan elektabilitas Prabowo memang mengalami penurunan.
"Performa kerja yang memburuk itu bisa jadi pemicu turunnya elektabilitas dan memang mengejutkan jika Ganjar menjadi teratas. Tetapi jika dibandingkan dengan Anies tidak terlalu jauh perbedaanya," tutur Dedi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (22/7/2020).
(Baca: Survei Indikator, Elektabilitas Ganjar di Urutan Teratas Capres 2024)
Dedi menyatakan, posisi penurunan elektabilitas Prabowo bisa saja terjadi karena beberapa faktor. Pertama, bergabungnya Prabowo di kabinet, hal ini dalam catatan lembaganya mempengaruhi persepsi publik, yang menilai selama menjadi Menhan respons positif ke Prabowo cenderung terus menurun.
"Kedua, buruknya kinerja kader Gerindra di kabinet sehingga memicu sentimen negatif untuk Prabowo," ujar dia.
Ketiga, lanjut dia, dalam kondisi pandemi ini Prabowo kehilangan panggung secara signifikan, dan kepala daerah khususnya DKI Jakarta, Jateng dan Jabar, semakin mendapat tempat dalam benak publik.
(Baca: Elektabilitas Prabowo Disalip Ganjar-Anies, Kemungkinan Dipicu Hal-Hal Ini)
Menurut dia, kecenderungan ini bisa dilihat dari hasil survei IPO di atas, jika Prabowo masih tetap ikut Pilpres 2024, maka 26.3 persen meyakini ia akan kalah, dan 42.8 persen ragu.
"Angka ini menandai, mereka yang simpati pada Prabowo sekalipun tetap meyakini jika ia akan tetap kalah," pungkas dia.
Lihat Juga: Dari Mesir Prabowo Kirim Pesan ke Koruptor: Kalau Kau Kembalikan yang Dicuri Mungkin Dimaafkan
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan, temuan survei itu menunjukkan hal yang sama dengan temuan lembaganya yang menyebutkan elektabilitas Prabowo memang mengalami penurunan.
"Performa kerja yang memburuk itu bisa jadi pemicu turunnya elektabilitas dan memang mengejutkan jika Ganjar menjadi teratas. Tetapi jika dibandingkan dengan Anies tidak terlalu jauh perbedaanya," tutur Dedi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (22/7/2020).
(Baca: Survei Indikator, Elektabilitas Ganjar di Urutan Teratas Capres 2024)
Dedi menyatakan, posisi penurunan elektabilitas Prabowo bisa saja terjadi karena beberapa faktor. Pertama, bergabungnya Prabowo di kabinet, hal ini dalam catatan lembaganya mempengaruhi persepsi publik, yang menilai selama menjadi Menhan respons positif ke Prabowo cenderung terus menurun.
"Kedua, buruknya kinerja kader Gerindra di kabinet sehingga memicu sentimen negatif untuk Prabowo," ujar dia.
Ketiga, lanjut dia, dalam kondisi pandemi ini Prabowo kehilangan panggung secara signifikan, dan kepala daerah khususnya DKI Jakarta, Jateng dan Jabar, semakin mendapat tempat dalam benak publik.
(Baca: Elektabilitas Prabowo Disalip Ganjar-Anies, Kemungkinan Dipicu Hal-Hal Ini)
Menurut dia, kecenderungan ini bisa dilihat dari hasil survei IPO di atas, jika Prabowo masih tetap ikut Pilpres 2024, maka 26.3 persen meyakini ia akan kalah, dan 42.8 persen ragu.
"Angka ini menandai, mereka yang simpati pada Prabowo sekalipun tetap meyakini jika ia akan tetap kalah," pungkas dia.
Lihat Juga: Dari Mesir Prabowo Kirim Pesan ke Koruptor: Kalau Kau Kembalikan yang Dicuri Mungkin Dimaafkan
(muh)