Ramadan dan Kebangkitan Roh
loading...
A
A
A
Ace Sumirsa Ali
Wakil Ketua Baznas Provinsi Banten
MENGAPA umat Islam harus puasa Ramadan sebulan penuh? Adakah makna lain selain menahan haus dan lapar sebagai bentuk pengalaman langsung memahami arti kekurangan terhadap harta benda? Atau makna tentang upaya menghentikan sejenak kerja organ tubuh yang terus-menerus bekerja mengolah makanan dan minuman?
Ilmu pengetahuan telah mampu mengungkap bahwa manusia tumbuh kembang tergantung pada dua elemen penting, yaitu jasad dan roh. Jika keduanya tumbuh seimbang, maka ia akan menjelma sebagai manusia pilihan. Menjadi panutan bagi manusia lainnya dan rahmat bagi alam semesta. Jasad adalah elemen fisik yang bisa diraba, diindra.
Baca Juga: koran-sindo.com
Dia bekerja secara biologis mengikuti hukum alami setiap wujud. Elemen ini tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga berlaku bagi seluruh makhluk berwujud seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, bebatuan, dan seluruh benda wujud yang Allah ciptakan. Sementara roh adalah unsur Tuhan yang ditiupkan (bukan diciptakan) secara sengaja oleh Allah Swt. Keduanya menyatu dan tumbuh kembang bersama, lalu saling tarik-menarik, saling mendominasi, saling memengaruhi sebab keduanya memiliki karakteristik yang berseberangan.
Hal itu sebagaimana difirmankan Allah Swt dalam Quran Surat Shaad ayat 71. Kalimat yang sama juga bisa ditemukan dalam Quran Surat Al-Hijr ayat 28, yang artinya kurang lebih sebagai berikut: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat. ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah’.” Keterangan yang sama bisa kita temukan dalam Quran Surat As-Sajdah ayat 7 dan 8 yang artinya kira-kira seperti ini: “Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).”
Keterangan Al-Quran itu menegaskan bahwa manusia adalah wujud benda yang berasal dari tanah. Tanah sebagai materi pokok setiap wujud. Wujud yang terdiri atas empat sumber dasar, yaitu materi, udara, air, dan api. Karena sifatnya yang terbuat dari tanah, kecenderungan jasad adalah bersifat kebendaan.
Kepuasannya adalah ketika terpenuhi kebutuhan materialistik. Kebahagiaannya jika memiliki banyak makanan dan minuman, bahkan melebihi dari yang dibutuhkan. Puncak gembiranya adalah ketika mendapati kelimpahan harta benda. Kelimpahan ini harus melebihi orang lain, sebab jika ada yang menyamai maka puncak kegembiraan itu belumlah pada puncak sesungguhnya. Inilah sifat dasar jasad manusia yang berasal dari elemen tanah itu.
Elemen kedua manusia adalah roh. Roh inilah sejatinya yang membuat manusia istimewa bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Hanya manusia yang oleh Allah Swt diberi roh, makhluk lain tidak. Roh di sini tidak sama dengan jiwa atau perasaan batin lainnya.
Roh yang dimaksud di sini adalah apa yang Allah firmankan dalam lanjutan Quran Surat Shaad dan Al-Hijr di atas, yaitu ayat 72 dan Al-Hijr 29 yang bunyinya hampir senada, “Kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan Roh-Ku kepadanya: Maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” Keterangan serupa bisa kita temukan pada Quran Surat As-Sajdah ayat 9 yang artinya: “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh-Nya ke dalamnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”
Wakil Ketua Baznas Provinsi Banten
MENGAPA umat Islam harus puasa Ramadan sebulan penuh? Adakah makna lain selain menahan haus dan lapar sebagai bentuk pengalaman langsung memahami arti kekurangan terhadap harta benda? Atau makna tentang upaya menghentikan sejenak kerja organ tubuh yang terus-menerus bekerja mengolah makanan dan minuman?
Ilmu pengetahuan telah mampu mengungkap bahwa manusia tumbuh kembang tergantung pada dua elemen penting, yaitu jasad dan roh. Jika keduanya tumbuh seimbang, maka ia akan menjelma sebagai manusia pilihan. Menjadi panutan bagi manusia lainnya dan rahmat bagi alam semesta. Jasad adalah elemen fisik yang bisa diraba, diindra.
Baca Juga: koran-sindo.com
Dia bekerja secara biologis mengikuti hukum alami setiap wujud. Elemen ini tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga berlaku bagi seluruh makhluk berwujud seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, bebatuan, dan seluruh benda wujud yang Allah ciptakan. Sementara roh adalah unsur Tuhan yang ditiupkan (bukan diciptakan) secara sengaja oleh Allah Swt. Keduanya menyatu dan tumbuh kembang bersama, lalu saling tarik-menarik, saling mendominasi, saling memengaruhi sebab keduanya memiliki karakteristik yang berseberangan.
Hal itu sebagaimana difirmankan Allah Swt dalam Quran Surat Shaad ayat 71. Kalimat yang sama juga bisa ditemukan dalam Quran Surat Al-Hijr ayat 28, yang artinya kurang lebih sebagai berikut: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat. ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah’.” Keterangan yang sama bisa kita temukan dalam Quran Surat As-Sajdah ayat 7 dan 8 yang artinya kira-kira seperti ini: “Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).”
Keterangan Al-Quran itu menegaskan bahwa manusia adalah wujud benda yang berasal dari tanah. Tanah sebagai materi pokok setiap wujud. Wujud yang terdiri atas empat sumber dasar, yaitu materi, udara, air, dan api. Karena sifatnya yang terbuat dari tanah, kecenderungan jasad adalah bersifat kebendaan.
Kepuasannya adalah ketika terpenuhi kebutuhan materialistik. Kebahagiaannya jika memiliki banyak makanan dan minuman, bahkan melebihi dari yang dibutuhkan. Puncak gembiranya adalah ketika mendapati kelimpahan harta benda. Kelimpahan ini harus melebihi orang lain, sebab jika ada yang menyamai maka puncak kegembiraan itu belumlah pada puncak sesungguhnya. Inilah sifat dasar jasad manusia yang berasal dari elemen tanah itu.
Elemen kedua manusia adalah roh. Roh inilah sejatinya yang membuat manusia istimewa bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Hanya manusia yang oleh Allah Swt diberi roh, makhluk lain tidak. Roh di sini tidak sama dengan jiwa atau perasaan batin lainnya.
Roh yang dimaksud di sini adalah apa yang Allah firmankan dalam lanjutan Quran Surat Shaad dan Al-Hijr di atas, yaitu ayat 72 dan Al-Hijr 29 yang bunyinya hampir senada, “Kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan Roh-Ku kepadanya: Maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” Keterangan serupa bisa kita temukan pada Quran Surat As-Sajdah ayat 9 yang artinya: “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh-Nya ke dalamnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”