Hidup Mewah Rasa Korupsi
loading...
A
A
A
Kini, banyak terungkapnya perilaku Simulacra di tengah masyarakat sekurang-kurangnya telah menghasilkan perilaku positif masyarakat dalam bentuk pengawasan atas kewajaran berperilaku masyarat lainnya.
Fenomena ini tidak hanya berkaitan dengan gaya hidup mewah yang tidak wajar serta arogansi yang melibatkan kekuasaan tetapi juga berkaitan dengan fanatisme terhadap penolakan atau penggunaan simbol-simbol tertentu di dalam masyarakat.
Perilaku simulacra digambarkan secara filosofis oleh Aristoteles sebagai bentuk eksploitasi masyarakat oleh masyarakat lain yang cenderung memiliki kekuasaan sehingga apa yang dicita-citakan oleh masyarakat simulacra adalah bentuk subordinatif di dalam masyarakat itu sendiri.
Dinamika dalam masyarakat simulacra selalu menonjolkan dan memunculkan eksploitasi pada pola hubungan subordinatif, seperti kaya dan miskin, mayoritas dan minoritas yang pada hakekatnya hanyalah bersifat semu tanpa nilai dan makna.
Saat ini jika dicermati baik di media massa maupun media sosial banyaknya masyarakat yang melakukan pengawasan dengan mengungkap serta melakukan koreksi perilaku tersebut menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya banyak di antara masyarakat yang sadar akan interaksi simulacra yang bersifat semu tersebut.
Pengungkapan model masyarakat simulacra tersebut dapat dipandang secara positif sebagai bagian dari perubahan masyarakat itu sendiri dari dunia semu (pseudo) menuju pada dunia yang riil dan tidak semu.
Sebagaimana berbagai polemik yang terjadi di masyarakat adalah bagian dari perubahan dari masyarakat itu sendiri guna mengikis interaksi simulacra yang telah mengakar dalam masyarakat.
Nicholas Abercombie (1994), menguraikan bahwa polemik yang terjadi di dalam masyarakat adalah bagian dari diskurus yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri untuk sebuah transformasi menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini ditandai dengan adanya gugatan atau perubahan pandangan terhadap tatanan kode, nilai dan simbol yang selama ini dianggap benar oleh masyarakat simulacra.
Titik Balik
Saat ini pengungkapan berbagai fakta dan peristiwa yang mengejutkan oleh masyarakat utamanya melalui media sosial dapat dipandang sebagai bagian dari titik balik perilaku masyarakat simulacra tersebut. Dapat dipandang sebagai titik balik dalam pengertian tatanan kode, nilai dan simbol yang pada awalnya diterima serta dikagumi dan dianggap sebagai tujuan di dalam masyarakat selanjutnya dalam perkembangannya dipandang sebagai hal yang semu, tidak ideal bahkan negatif.
Seperti contohnya tindakan pamer hidup mewah dan hedonis yang tadinya dianggap sebagai ‘role model’. Kini, setelah berbagai pengungkapan oleh masyarakat dan ditemukan fakta relasi hidup mewah yang berlebihan dan perilaku menyimpang seperti korupsi atau perbuatan melanggar hukum lainnya maka perilaku tersebut sudah bukan menjadi ‘role model’ dalam masyarakat itu sendiri.
Fenomena ini tidak hanya berkaitan dengan gaya hidup mewah yang tidak wajar serta arogansi yang melibatkan kekuasaan tetapi juga berkaitan dengan fanatisme terhadap penolakan atau penggunaan simbol-simbol tertentu di dalam masyarakat.
Perilaku simulacra digambarkan secara filosofis oleh Aristoteles sebagai bentuk eksploitasi masyarakat oleh masyarakat lain yang cenderung memiliki kekuasaan sehingga apa yang dicita-citakan oleh masyarakat simulacra adalah bentuk subordinatif di dalam masyarakat itu sendiri.
Dinamika dalam masyarakat simulacra selalu menonjolkan dan memunculkan eksploitasi pada pola hubungan subordinatif, seperti kaya dan miskin, mayoritas dan minoritas yang pada hakekatnya hanyalah bersifat semu tanpa nilai dan makna.
Saat ini jika dicermati baik di media massa maupun media sosial banyaknya masyarakat yang melakukan pengawasan dengan mengungkap serta melakukan koreksi perilaku tersebut menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya banyak di antara masyarakat yang sadar akan interaksi simulacra yang bersifat semu tersebut.
Pengungkapan model masyarakat simulacra tersebut dapat dipandang secara positif sebagai bagian dari perubahan masyarakat itu sendiri dari dunia semu (pseudo) menuju pada dunia yang riil dan tidak semu.
Sebagaimana berbagai polemik yang terjadi di masyarakat adalah bagian dari perubahan dari masyarakat itu sendiri guna mengikis interaksi simulacra yang telah mengakar dalam masyarakat.
Nicholas Abercombie (1994), menguraikan bahwa polemik yang terjadi di dalam masyarakat adalah bagian dari diskurus yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri untuk sebuah transformasi menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini ditandai dengan adanya gugatan atau perubahan pandangan terhadap tatanan kode, nilai dan simbol yang selama ini dianggap benar oleh masyarakat simulacra.
Titik Balik
Saat ini pengungkapan berbagai fakta dan peristiwa yang mengejutkan oleh masyarakat utamanya melalui media sosial dapat dipandang sebagai bagian dari titik balik perilaku masyarakat simulacra tersebut. Dapat dipandang sebagai titik balik dalam pengertian tatanan kode, nilai dan simbol yang pada awalnya diterima serta dikagumi dan dianggap sebagai tujuan di dalam masyarakat selanjutnya dalam perkembangannya dipandang sebagai hal yang semu, tidak ideal bahkan negatif.
Seperti contohnya tindakan pamer hidup mewah dan hedonis yang tadinya dianggap sebagai ‘role model’. Kini, setelah berbagai pengungkapan oleh masyarakat dan ditemukan fakta relasi hidup mewah yang berlebihan dan perilaku menyimpang seperti korupsi atau perbuatan melanggar hukum lainnya maka perilaku tersebut sudah bukan menjadi ‘role model’ dalam masyarakat itu sendiri.