Profil Kolonel Carles Alling, Lulusan Terbaik Pendidikan Komando yang Jadi Dansat-81 Kopassus

Minggu, 12 Maret 2023 - 05:52 WIB
loading...
Profil Kolonel Carles Alling, Lulusan Terbaik Pendidikan Komando yang Jadi Dansat-81 Kopassus
Letkol Inf. Carles Alling lulusan terbaik Pendidikan Komando dengan segudang prestasi yang kini menjabat Dansat 81 Kopassus. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan mengangkat Letkol Inf. Carles Alling sebagai Komandan Satuan (Dansat) 81 Kopassus. Lulusan Akademi Militer (Akmil) 2001 ini merupakan Dansat-81 Kopassus ke-19 yang akan memimpin pasukan elite Korps Baret Merah dalam penanggulangan teror.

Dikutip dari akun Instagram @penkopassus, Carles Alling sebelumnya menjabat sebagai Wadansat 81 Kopassus. Dengan jabatan barunya ini, maka pangkatnya naik satu tingkat menjadi Kolonel Inf. Carles Alling.

Pengangkatan Carles Alling sebagai Dansat 81 Kopassus merupakan langkah yang tepat. Sebab, selama mengabdi di TNI khususnya Kopassus, pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur 19 Mei 1980 ini sarat dengan segudang prestasi dan pengalaman di medan operasi.



Lulus dari Akmil, suami dari Cynthia Angeline Tambayong ini mengikuti beberapa kurus dasar perwira infanteri antara lain, Susarcab Infanteri dan Combat Intelijen. Selanjutnya, Carles Aling mengikuti Pendidikan Komando.

Keahliannya dalam bidang infanteri membuat Carles Alling dinobatkan sebagai lulusan terbaik Pendidikan Komando 2023. Berkat prestasinya tersebut, Carles Alling meraih Pisau Perak Komando, sebuah penghargaan tertinggi bagi prajurit Kopassus.

Selesai mengikut Pendidikan Komando, Carles Alling ditempatkan di Batalyon-22 Grup 2 Kopassus sebagai Komandan Pleton (Danton). Kemudian, Danton-3 Ki-2 Yon-22 Grup-2 Kopassus



Selanjutnya Carles Alling bergabung dengan Sat-81 Kopassus. Bergabungnya Carles Alling di satuan ini diawali dengan mengikuti Pendidikan Penanggulangan Teror (Gultor) dan pendidikan Jump Master pada 2005.

Tidak hanya itu, beragam pendidikan militer pun dilaluinya. Di antaranya, Free Fall, Suslapa-II pada 2011 NATO School Jerman, 2012 dan Seskoad Australia pada 2015. Selama mengikuti pendidikan militer tersebut, Carles Alling selalu meraih predikat sebagai lulusan terbaik.

Carles Alling tercatat sebagai siswa terbaik pendidikan Purkota/GLG. Tidak hanya itu, dia juga tercatat sebagai siswa terbaik Tarsandha dan Jump Master, termasuk juga siswa terbaik Diklapa II.

Sebagai prajurit Kopassus, Carles Alling juga kenyang dengan penugasan operasi. Di antaranya yang prestisius dan mendapat banyak perhatian adalah operasi pembebasan sandera di Tembaga Pura dan operasi khusus Nemangkawi. Carles Alling terpilih sebagai anggota Tim Bravo yang terdiri 14 perwira.

Carles Alling ditunjuk langsung Menko Marves Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan menjadi tim inti di balik kesuksesan penyelenggaraan KTT G20 di Bali. Sementara itu, tugas operasinya di luar negeri adalah Pasukan Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL).

Prestasi lainnya yang tidak kalah hebat adalah terpilih sebagai Dandim terbaik pada 2021, saat menjabat Dandim 0906/Kutai Kartanegara. Termasuk pemenang lomba Binsat 2021. Bahkan, Carles Alling menjadi juara karya tulis TNI berturut-turut periode 2018- 2021.

Berikut ini jabatan yang pernah diemban Carles Alling

• Danton Grup-2 Kopassus pada 2001-2003
• Danton-3 Ki-2 Yon-22 Grup-2 Kopassus
• Dan Unit Cakra Yon Ban Sat-81 Kopassus
• Dan Unit Aksus Sat-81 Kopassus
• Perwira Latihan Sat-81 Kopassus
• Pasi Ops Yon Aksus Sat-81 Kopassus
• Wadanden Aksus Sat-81 Kopassus Danden Aksus
• Danden Teknik Sat-81 Kopassus
• Wadanyon Aksus
• Pabandya Latihan Kopassus
• Danyon 32 Grup-3 Kopassus
• Dansat Intel Kopassus
• Dandim 0906/Tenggarong
• Wadan Sat-81 Kopassus
• Dansat-81 Kopassus hingga saat ini

Tanda Jasa

• Sl.Dharma Nusa
• Sl.Kesetiaan VIII
• Sl.Kesatria Yudha
• Sl.UN Medal
• Sl.Lebanon Armed Forces
• Sl.Canti Darma
• Sl.Kesetiaan XVI

Sejarah Sat-81 Kopassus, Pasukan Elite Korps Baret Merah

Satuan 81 Kopassus sebelumnya bernama Sat-81 Gultor Kopassus dibentuk pada 30 Juni 1982. Pembentukan pasukan khusus penanggulangan teror ini dinisiasi oleh Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategis/Asisten Intelijen Kopkamtib Letjen TNI Leonardus Benjamin Moerdani.

Dalam buku yang ditulis Julius Pour, berjudul “Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan” Benny menyebut perlunya membuat pasukan khusus guna menghadapi ancaman terorisme. Ancaman teroris tersebut muncul dalam bentuk pembajakan pesawat. Apalagi, di era 1970 an, aksi pembajakan pesawat dan penyanderaan seringkali dilakukan para teroris di berbagai negara karena dinilai efektif untuk menarik perhatian dunia internasional.

Guna mewujudkan gagasannya itu, Benny kemudian memanggil dan memerintahkan Kapten Infanteri Prabowo Subianto yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan (Menhan) dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang saat itu berpangkat Mayor Infanteri untuk sekolah antiteror GSG9 di Jerman Barat.

”Kita harus punya pasukan antiteror. Kalian berdua berangkat ke sana belajar dan kembali. Sesudah itu kalian membentuk dan melatih pasukan antiteror kita,” kata Prabowo menirukan ucapan Benny Moerdani Dikutip dari buku berjudul “Kepemimpinan Militer Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.

"Pada 1981 sejak kembali dari Amerika, saya bersama Pak Luhut dipanggil Pak Benny Moerdani. Kami diperintahkan untuk sekolah ke Jerman, sekolah antiteror GSG9. Setelah sekolah itu, kami diperintahkan membentuk pasukan antiteror yang kemudian diberi nama Detasemen 81 karena dibentuk pada 1981. Tidak lama kemudian, Detasemen 81 berhasil dalam operasi pembebasan sandera di Woyla. Ini adalah salah satu peristiwa pembebasan sandera yang paling terkenal di dunia pada saat itu,” kenang Prabowo.

Menjelang pembentukan pasukan antiteror, Benny kemudian meminta Mayor Infanteri Luhut untuk menanyakan kepada Panglima ABRI Jenderal TNI M. Jusuf nama unit pasukan khusus antiteror saat berkunjung ke Markas Kopassandha di Cijantung, Jakarta Timur.

Mayor Luhut dan Kapten Prabowo kemudian menghadap dan mengusulkan nama Detasemen 81/Antiteror. Alasannya, karena dibentuk pada akhir 1981. Meskipun secara resmi Den-81/Antiteror ini berdiri pada 30 Juni 1982. ”Itu sudah betul. Saya setuju nama Detasemen 81/Antiteror,” jawab M. Jusuf.

Persetujuan itu diberikan karena angka 81 bila dijumlahkan hasilnya 9 di mana pesawat Hercules yang digunakan Jenderal M. Jusuf memiliki call sign A-1314. “Jumlah angkanya juga 9. Angka paling bagus itu,” kata Luhut menirukan ucapan M Jusuf.

“Itulah inti pasukan pilihan di antara pasukan pilihan di Kopassus pada waktu itu,” kata Luhut yang dinobatkan sebagai komandan pertama Den 81/Gultor dengan wakilnya Kapten Infanteri Prabowo Subianto.

Seiring perjalanan waktu, terjadi perubahan organisasi dari Den 81/Gultor Kopassus menjadi Sat 81/Gultor Kopassus lalu kemudian kini menjadi Satuan 81 Kopassus.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1181 seconds (0.1#10.140)