Blackpink, Kaum Muda dan Nasionalisme

Sabtu, 11 Maret 2023 - 08:32 WIB
loading...
Blackpink, Kaum Muda...
Ahmad Doli Kurnia Tanjung.FOTO/DOK SINDO
A A A
Ahmad Doli Kurnia Tanjung
Ketua Komisi II DPR RI, Penggagas Sinergi for Indonesia

Indonesia pada Maret ini kedatangan group K-Pop dunia asal Korea Selatan, Blackpink. Rasanya tak ada kaum Milenial maupun Gen-Z yang tidak kenal dengan group ini. Antusiasme ditunjukkan Blink dengan konser kali ini, di mana tiket konser di Gelora Bung Karno, 11 Maret,sold outpada November lalu.

Tak hanya di Indonesia, gempuran K-Pop juga melanda dunia, menjadi virus global. Sepintas tak ada yang salah jika kaum muda Indonesia mengidolakan Blackpink, BTS, atau group musik dari negara mana pun. Mereka punya pilihan. Namun di saat yang sama, sebagai bagian dari anak bangsa, kita harus mendorong agar generasi muda mencintai karya anak bangsa.

Entah kebetulan atau tidak, di tengah tsunami musik Korea, tidak ada group musik milenial lokal yang cukup menggema. Kita pernah memiliki banyak group bandlegend, semisal Slank, Dewa-19, Noah, Gigi, Mahadewi, sampai BIP. Namun, mereka semua berasal dari generasi 1980-an sampai 2000-an awal.

Selepas itu tidak ada band ikonik yang bisa bersaing dengan penyanyi-penyanyi dari luar negeri. Di sini perlu digaris bawahi bahwa kita tidak sedang membangun nasionalisme sempit atauxenophobia. Yang ingin kita dorong,behaviouranak muda untuk mengenal, memahami dan mencintai musik nasional.

Dalam jangka panjang, dengan mencintai musik sendiri, maka kebanggaan kepada karya anak bangsa akan membuncah. Itulah salah satu aktualisasi spirit nasionalisme di era modern.

Hubungan musik dan politik tidak terpisahkan, begitu sejarah menulis. Setidaknya itu terlihat dari karya-karya Ismail Marzuki yang menggugah rasa nasionalisme kita.

Lagu Gugur Bunga, Rayuan Pulau Kelapa, Juwita Malam, Indonesia Pusaka, dan masih banyak lagi, seolah menegaskan bahwa musik bisa menjadi media propaganda untuk membangun apa yang disebut Bennedic Anderson sebagaiImaginer Community. Suatu kondisi yang membuat kita di Aceh sampai Papua—yang jaraknya sama dengan Istambul ke London, belasan negara di Eropa—namun seolah sangat dekat sebagai sesama anak Indonesia.

Tentu saja kita tidak memaksa anak-anak muda meng-copyapa yang dilakukan Tau?k Ismail. Tantangan setiap zaman tentu berbeda. Namun ada satu yang (selalu) sama, benang merahnya, bahwa lagu dan musik bisa menginspirasi dan meningkatkan rasa kebangsaan, kapan pun.

Propanganda
Sebagaimana ditulis oleh Sastropoetro (1983) bahwa musik atau lagu-lagu perjuangan digunakan sebagai alat komunikasi massa untuk melawan propaganda musuh. Saat revolusi kemerdekaan, Jepang melancarkan propaganda melalui lagu-lagu patriotik yang mendukung kebijakan kolonialisme mereka di Asia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1848 seconds (0.1#10.140)