Menkes: Kasus Gagal Ginjal Akut Kembali Ditemukan, Satu Orang Anak Meninggal Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus gagal ginjal akut pada anak kembali ditemukan, setelah sebelumnya sempat mereda. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi temuan kasus pada satu orang anak dari dua suspek. Hasilnya ditemukan kandungan etilen glikol dan dietilen glikol di atas ambang batas dalam darah salah satu anak dan juga obat yang dikonsumsinya.
Namun, karena rujukan yang terlambat pada salah seorang anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat menyebabkan satu orang anak meninggal dunia.
"Memang kita sudah lama enggak lihat ada kasus, bulan ini ada dua anak yang dicurigai gagal ginjal akut. Yang satu sudah di-confirm tidak, yang satu confirm iya dan yang confirm gagal ginjal akut ini yang diterima di RSCM sudah terlambat, jadi kita kasih treatment Fomipizol karena obatnya udah ada, sudah terlambat sehingga pada hari yang sama dia wafat," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta yang dikutip Kamis (9/2/2023).
Budi menjelaskan, Kemenkes melalui RSCM sudah mengambil sampel darah anak tersebut untuk kemudian diteliti di Labkesda DKI, hasilnya menunjukkan ada kandungan etilen glikol dan dietilen glikol dalam darah anak tersebut. "Hasilnya, baik di si anaknya, darahnya ada etilin glikol dan dietilin glikol dan di sampelnya (obatnya) juga ada dengan kader yang di atas batas," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata Budi, Kemenkes berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengambil beberapa sampel lain dari obat tersebut, namun hasil di BPOM menunjukkan kandungannya masih dalam ambang batas. "Udah itu diteliti oleh labnya BPOM, hasil dari labnya BPOM itu masih di dalam ambang batas," kata Budi.
Sehingga, Budi meminta agar sampel obat tersebut kembali diuji di laboratorium pembanding dengan metode yang sama, dan hasilnya nanti akan disampaikan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes dan juga Kepala BPOM agar ada informasi yang lebih jelas yang disampaikan ke masyarakat.
"Nah nanti saya akan minta Ibu Dirjen sama Ibu Kepala BPOM kalau bisa bersama-sama nanti memberikan keterangan pers ke publik sesudah hasil dari lab independen beberapa ini ada. Sehingga dengan demikian bisa memberikan kejelasan ke masyarakat penyebabnya itu apa," tandas eks Wamen BUMN ini.
Namun, karena rujukan yang terlambat pada salah seorang anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat menyebabkan satu orang anak meninggal dunia.
"Memang kita sudah lama enggak lihat ada kasus, bulan ini ada dua anak yang dicurigai gagal ginjal akut. Yang satu sudah di-confirm tidak, yang satu confirm iya dan yang confirm gagal ginjal akut ini yang diterima di RSCM sudah terlambat, jadi kita kasih treatment Fomipizol karena obatnya udah ada, sudah terlambat sehingga pada hari yang sama dia wafat," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta yang dikutip Kamis (9/2/2023).
Budi menjelaskan, Kemenkes melalui RSCM sudah mengambil sampel darah anak tersebut untuk kemudian diteliti di Labkesda DKI, hasilnya menunjukkan ada kandungan etilen glikol dan dietilen glikol dalam darah anak tersebut. "Hasilnya, baik di si anaknya, darahnya ada etilin glikol dan dietilin glikol dan di sampelnya (obatnya) juga ada dengan kader yang di atas batas," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata Budi, Kemenkes berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengambil beberapa sampel lain dari obat tersebut, namun hasil di BPOM menunjukkan kandungannya masih dalam ambang batas. "Udah itu diteliti oleh labnya BPOM, hasil dari labnya BPOM itu masih di dalam ambang batas," kata Budi.
Sehingga, Budi meminta agar sampel obat tersebut kembali diuji di laboratorium pembanding dengan metode yang sama, dan hasilnya nanti akan disampaikan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes dan juga Kepala BPOM agar ada informasi yang lebih jelas yang disampaikan ke masyarakat.
"Nah nanti saya akan minta Ibu Dirjen sama Ibu Kepala BPOM kalau bisa bersama-sama nanti memberikan keterangan pers ke publik sesudah hasil dari lab independen beberapa ini ada. Sehingga dengan demikian bisa memberikan kejelasan ke masyarakat penyebabnya itu apa," tandas eks Wamen BUMN ini.
(cip)