Zona Merah Semakin Berkurang, Tim Pakar Minta Masyarakat Tetap Waspada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 kembali memberikan perkembangan terbaru terkait pemetaan zonasi risiko daerah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Tim Pakar, pergerakan zonasi risiko daerah terpapar COVID-19 mengalami perubahan yang lebih baik.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan sejak pertama kali zonasi diumumkan yaitu 31 Mei 2020 hingga saat ini, terjadi perkembangan yang membaik. (Baca juga: Gugus Tugas Sebut Zona Hijau Covid-19 Turun Jadi 102 Kabupaten dan Kota)
“Selama tujuh pekan terakhir terjadi perkembangan yang sangat signifikan, Jika di akhir Mei zona merah (risiko tinggi) tersebar di 108 kabupaten/kota, kini per tanggal 12 Juli 2020 zona merah hanya tersebar di lima puluh lima kabupaten /kota,” ujar Wiku saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Selasa (14/7/2020).
Selain itu untuk terdapat daerah yang bisa mengubah zonasinya dari zona tinggi menjadi zona tidak terdampak. “Jika melihat zona hijau (tidak terdampak) cukup banyak daerah di Indonesia yang mengubah zonasinya dari zona tinggi, sedang dan rendah untuk menjadi zona tidak terdampak atau tidak ada kasus,” jelas Wiku.
Wiku yang merupakan pakar epidemologi menyatakan meskipun menunjukan trend membaik, masyarakat diharapkan tetap waspada. “Meskipun kecenderungan selama tujuh minggu terakhir terjadi peningkatkan yang baik, tetapi kewaspadaan tetap harus dijaga agar makin lama makin membaik lagi,” ucapnya.
Sementara itu Wiku menjelaskan terdapat beberapa daerah yang menjadi perhatian dikarenakan jumlah kasus yang tinggi. Provinsi yang menjadi perhatian karena jumlah kasus tinggi dan insidensinya tinggi, per tanggal 12 Juli 2020, meliputi Jawa Timur 16.658 kasus, DKI Jakarta 14.517 kasus, Sulawesi Selatan 6.973 kasus, Jawa Tengah 5.473 kasus, Jawa Barat 5.007 kasus, Kalimantan Selatan 4.146 kasus, Sumatera Utara 2.323 kasus, dan Papua 2.267 kasus. Total dari delapan provinsi ini 74 persen dari seluruh kasus di Indonesia.
Wiku mengimbau untuk meningkatkan pemeriksaan, pelacakan dan pengobatan di delapan provinsi tersebut, guna menurunkan jumlah kasus di tiap provinsinya. “Perlu ditingkatkan tiga T, Testing, Tracing dan Treatment. Dengan harapan kasus ini akan bisa menurun dan lebih baik dan kondisi Indonesia secara keseluruhan lebih baik,” terangnya. (Baca juga: Kasus Baru di Turki dan Sudan, Total 1.177 WNI di Luar Negeri Positif Covid-19)
Tak lupa ia berpesan agar kerja sama antar pihak diperlukan dan selalu menerapkan protokol kesehatan dimanapun dan kapanpun. “Pimpinan daerah dan masyarakat mari bekerja sama agar seluruh wilayah di Indonesia menjadi membaik dengan cara menerapkan protokol Kesehatan yang dijalankan secara individu ataupun kolektif,” tutupnya.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan sejak pertama kali zonasi diumumkan yaitu 31 Mei 2020 hingga saat ini, terjadi perkembangan yang membaik. (Baca juga: Gugus Tugas Sebut Zona Hijau Covid-19 Turun Jadi 102 Kabupaten dan Kota)
“Selama tujuh pekan terakhir terjadi perkembangan yang sangat signifikan, Jika di akhir Mei zona merah (risiko tinggi) tersebar di 108 kabupaten/kota, kini per tanggal 12 Juli 2020 zona merah hanya tersebar di lima puluh lima kabupaten /kota,” ujar Wiku saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Selasa (14/7/2020).
Selain itu untuk terdapat daerah yang bisa mengubah zonasinya dari zona tinggi menjadi zona tidak terdampak. “Jika melihat zona hijau (tidak terdampak) cukup banyak daerah di Indonesia yang mengubah zonasinya dari zona tinggi, sedang dan rendah untuk menjadi zona tidak terdampak atau tidak ada kasus,” jelas Wiku.
Wiku yang merupakan pakar epidemologi menyatakan meskipun menunjukan trend membaik, masyarakat diharapkan tetap waspada. “Meskipun kecenderungan selama tujuh minggu terakhir terjadi peningkatkan yang baik, tetapi kewaspadaan tetap harus dijaga agar makin lama makin membaik lagi,” ucapnya.
Sementara itu Wiku menjelaskan terdapat beberapa daerah yang menjadi perhatian dikarenakan jumlah kasus yang tinggi. Provinsi yang menjadi perhatian karena jumlah kasus tinggi dan insidensinya tinggi, per tanggal 12 Juli 2020, meliputi Jawa Timur 16.658 kasus, DKI Jakarta 14.517 kasus, Sulawesi Selatan 6.973 kasus, Jawa Tengah 5.473 kasus, Jawa Barat 5.007 kasus, Kalimantan Selatan 4.146 kasus, Sumatera Utara 2.323 kasus, dan Papua 2.267 kasus. Total dari delapan provinsi ini 74 persen dari seluruh kasus di Indonesia.
Wiku mengimbau untuk meningkatkan pemeriksaan, pelacakan dan pengobatan di delapan provinsi tersebut, guna menurunkan jumlah kasus di tiap provinsinya. “Perlu ditingkatkan tiga T, Testing, Tracing dan Treatment. Dengan harapan kasus ini akan bisa menurun dan lebih baik dan kondisi Indonesia secara keseluruhan lebih baik,” terangnya. (Baca juga: Kasus Baru di Turki dan Sudan, Total 1.177 WNI di Luar Negeri Positif Covid-19)
Tak lupa ia berpesan agar kerja sama antar pihak diperlukan dan selalu menerapkan protokol kesehatan dimanapun dan kapanpun. “Pimpinan daerah dan masyarakat mari bekerja sama agar seluruh wilayah di Indonesia menjadi membaik dengan cara menerapkan protokol Kesehatan yang dijalankan secara individu ataupun kolektif,” tutupnya.
(kri)