Tiga Fokus Chief Human Capital Officer saat Pandemi Covid-19
Selasa, 28 April 2020 - 12:28 WIB
Berita bagusnya, penyebaran Covid-19ini memberikan kesempatan bagi dunia bereksperimen menerapkan WFH. Pekerja yang tidak wajib datang ke kantor, bukan hanya diimbau untuk tidak ke kantor, namun dipaksa untuk tidak ke kantor.
Bahkan, karyawan diharapkan mengurangi interaksi fisik. Tidak bersalaman misalnya. Semua event penting perusahaan yang mengundang kerumunan juga dibatalkan atau ditunda.
Jika praktek WFH ini dirasakan efektif, kemungkinan besar akan menjadi praktekyang normal di masa mendatang. WFH adalah new workplace arrangement itu sendiri.
Untuk ituWFH perlu menjadi perhatian CHCO dalam keterkaitannya dengan sejauh apa updating job description perlu dilakukan? Apa sistem kehadiran dan pemantauan pekerjaan karyawan yang efektif?
Bagaimana cara mengukur kinerja karyawan? Bagaimana penyesuaian atas strategi imbal jasa karyawan? Bagaimana cara mempertahankan dan membangun engagement talenta yang dimiliki? dan bagaimana memenuhi kebutuhan karyawan akan peralatan kerja seperti laptop, wifi, dan aplikasi teleconference yang memadai?
Itulah beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh CHCO. Mereka dituntut memformulasikan ide-ide kreatif, namun masih dalam koridor regulasi perusahaan dan ketenagakerjaan dalam menjawab pertanyaan tersebut di atas.
2. Menyiapkan Kompetensi Baru Manajer Fungsional
WFH menimbulkan masalah bagi para manajer fungsional. Mereka bertanya-tanya bagaimana caranya tetap terhubung secara teknis dan emosional dengan anggota tim? Bagaimana caranya berkolaborasi dengan karyawan secara virtual?
Manajer fungsional bisa jadi belum berpengalaman dalam mengelola karyawan yang tersebar secara virtual. Mereka terbiasa bertemu, mengobservasi dan men-feedback karyawan secara langsung. Bahkan mungkin cenderung sedikit melakukan micro managing, dan bekerja dengan tim sampai pagi.
Namun sekarang semuanya berubah. Semuanya menuju virtual teamwork, dan akan terus berlanjut dimasa mendatang. Karenanya, kemampuan mengelola tim virtual menjadi kompetensi baru bagi para manajer.
Bahkan, karyawan diharapkan mengurangi interaksi fisik. Tidak bersalaman misalnya. Semua event penting perusahaan yang mengundang kerumunan juga dibatalkan atau ditunda.
Jika praktek WFH ini dirasakan efektif, kemungkinan besar akan menjadi praktekyang normal di masa mendatang. WFH adalah new workplace arrangement itu sendiri.
Untuk ituWFH perlu menjadi perhatian CHCO dalam keterkaitannya dengan sejauh apa updating job description perlu dilakukan? Apa sistem kehadiran dan pemantauan pekerjaan karyawan yang efektif?
Bagaimana cara mengukur kinerja karyawan? Bagaimana penyesuaian atas strategi imbal jasa karyawan? Bagaimana cara mempertahankan dan membangun engagement talenta yang dimiliki? dan bagaimana memenuhi kebutuhan karyawan akan peralatan kerja seperti laptop, wifi, dan aplikasi teleconference yang memadai?
Itulah beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh CHCO. Mereka dituntut memformulasikan ide-ide kreatif, namun masih dalam koridor regulasi perusahaan dan ketenagakerjaan dalam menjawab pertanyaan tersebut di atas.
2. Menyiapkan Kompetensi Baru Manajer Fungsional
WFH menimbulkan masalah bagi para manajer fungsional. Mereka bertanya-tanya bagaimana caranya tetap terhubung secara teknis dan emosional dengan anggota tim? Bagaimana caranya berkolaborasi dengan karyawan secara virtual?
Manajer fungsional bisa jadi belum berpengalaman dalam mengelola karyawan yang tersebar secara virtual. Mereka terbiasa bertemu, mengobservasi dan men-feedback karyawan secara langsung. Bahkan mungkin cenderung sedikit melakukan micro managing, dan bekerja dengan tim sampai pagi.
Namun sekarang semuanya berubah. Semuanya menuju virtual teamwork, dan akan terus berlanjut dimasa mendatang. Karenanya, kemampuan mengelola tim virtual menjadi kompetensi baru bagi para manajer.
tulis komentar anda