Spirit Memperkuat Ekonomi Domestik
Senin, 02 Januari 2023 - 08:08 WIB
Dinamika Logistik Indonesia
Penguatan dan pengembangan pada industri pengolahan maupun UMKM sejatinya juga perlu diawali dengan penguatan daya saing ekonomi di Indonesia. Ironisnya, saat ini peringkat daya saing Indonesia mengalami tren penurunan, terutama di 2022. Laporan Institute for Management Development (IMD) World Competitive Year Book 2022 menyebutkan, daya saing Indonesia saat ini berada di posisi ke-44, turun dibanding tahun 2021 yang ada di posisi 37.
Peringkat tersebut menjadi yang terendah sejak lima tahun terakhir atau tahun 2018.
Peringkat tersebut diukur dari beberapa indikator yaitu performa ekonomi, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. Selain itu, dalam indikator efisiensi pemerintahan, urutan Indonesia juga menurun ke posisi 35 pada 2022 dari peringkat ke-26 pada 2021. Tak hanya itu, peringkat efisiensi bisnis pun mengalami penurunan ke posisi 31 dari sebelumnya ke-25 pada 2021.
Biaya logistik merupakan faktor yang sangat memengaruhi daya saing perusahaan dan negara. Sektor ini di Indonesia terbilang mahal yakni masih di kisaran 23,5% PDB. Negara Asia lainnya yang memiliki biaya logistik tinggi adalah Vietnam (20%), Thailand 15%, dan China (14%). Sementara itu, biaya logistik di Malaysia, Filipina, dan India sebesar 13% terhadap PDB. Sedangkan Taiwan dan Korea Selatan masing-masing 9%. Adapun di Singapura dan Jepang 8% terhadap PDB.
Di Indonesia, permasalahan mahalnya biaya logistik terutama terjadi di wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini disebabkan tidak meratanya pembangunan infrastruktur di beberapa daerah.
Oleh sebab itu, kini saatnya pemerintah perlu memperbaiki sistem logistik nasional agar mampu mendorong roda ekonomi nasional tetap berputar meski terjadi gejolak ekonomi. Peningkatan efisiensi logistik dan rantai pasok akan berdampak terhadap penurunan harga produk dan komoditas dan meningkatkan kelancaran aliran barang, berarti sekaligus mencegah inflasi. Semoga.
Penguatan dan pengembangan pada industri pengolahan maupun UMKM sejatinya juga perlu diawali dengan penguatan daya saing ekonomi di Indonesia. Ironisnya, saat ini peringkat daya saing Indonesia mengalami tren penurunan, terutama di 2022. Laporan Institute for Management Development (IMD) World Competitive Year Book 2022 menyebutkan, daya saing Indonesia saat ini berada di posisi ke-44, turun dibanding tahun 2021 yang ada di posisi 37.
Peringkat tersebut menjadi yang terendah sejak lima tahun terakhir atau tahun 2018.
Peringkat tersebut diukur dari beberapa indikator yaitu performa ekonomi, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. Selain itu, dalam indikator efisiensi pemerintahan, urutan Indonesia juga menurun ke posisi 35 pada 2022 dari peringkat ke-26 pada 2021. Tak hanya itu, peringkat efisiensi bisnis pun mengalami penurunan ke posisi 31 dari sebelumnya ke-25 pada 2021.
Biaya logistik merupakan faktor yang sangat memengaruhi daya saing perusahaan dan negara. Sektor ini di Indonesia terbilang mahal yakni masih di kisaran 23,5% PDB. Negara Asia lainnya yang memiliki biaya logistik tinggi adalah Vietnam (20%), Thailand 15%, dan China (14%). Sementara itu, biaya logistik di Malaysia, Filipina, dan India sebesar 13% terhadap PDB. Sedangkan Taiwan dan Korea Selatan masing-masing 9%. Adapun di Singapura dan Jepang 8% terhadap PDB.
Di Indonesia, permasalahan mahalnya biaya logistik terutama terjadi di wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini disebabkan tidak meratanya pembangunan infrastruktur di beberapa daerah.
Oleh sebab itu, kini saatnya pemerintah perlu memperbaiki sistem logistik nasional agar mampu mendorong roda ekonomi nasional tetap berputar meski terjadi gejolak ekonomi. Peningkatan efisiensi logistik dan rantai pasok akan berdampak terhadap penurunan harga produk dan komoditas dan meningkatkan kelancaran aliran barang, berarti sekaligus mencegah inflasi. Semoga.
(ynt)
tulis komentar anda