Ngebet Masuk Akmil, Jenderal Kopassus Ini Nekat Jual Sepeda dan Palsukan Tanda Tangan Orang Tua

Selasa, 20 Desember 2022 - 06:11 WIB
Sempat terpikir meminjam uang kepada kakaknya, tapi Soegito merasa malu. Bayangan ibunya melintas saat terakhir memberikan uang untuk membayar keperluan terkait kelulusan di sekolahnya. Namun uangnya sudah terpakai untuk berbagai keperluan termasuk ongkos ke Semarang.

"Tapi siswa Gito harus membayarnya, bagaimana," suara Pak Marmo meninggi dan langsung membuyarkan lamunannya.

"Pak, saya benar-benar sudah tidak punya uang," pinta Soegito. "Ya sudah, nih," jawab kepala sekolah sambil menyodorkan ijazahnya dengan agak terpaksa.

Selain harus mengantongi ijazah, seorang calon juga sudah harus membawa surat keterangan tanda persetujuan dari orang tua untuk mengikuti pendidikan AMN. Kalau harus pergi lagi ke Cilacap, jelas saja butuh waktu dan ongkos. Sementara uangnya sudah pas-pasan.

Saat itu dari Purwokerto ke Cilacap cukup menyita waktu karena terbatasnya jumlah bus dan kondisi jalan yang rusak berat. Perjalanan darat sekitar dua sampai tiga jam melalui Sokaraja, Banyumas, Kota Buntu, Kroya, lalu melewati jembatan Serayu sebelum tiba di Cilacap.

Jalan lainnya melewati jembatan Maos tidak bisa dilewati karena kondisi jembatannya masih rusak setelah sengaja dihancurkan gerilyawan semasa Perang Kemerdekaan. "Makanya saya makin malas ke Cilacap," ucap Soegito.

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, Soegito pun akhirnya menemukan cara paling mudah. Memalsukan tanda tangan bapaknya. Soegito memang paling pintar meniru tanda tangan, mungkin karena bakat menggambar dan kemampuan menulisnya yang bagus. Tidak hanya tanda tangan bapaknya, tanda tangan kakak iparnya pun ia bisa.

Alhasil setelah surat keterangan orang tua selesai diketik, tanpa kesulitan Soegito pun membubuhkan tanda tangan bapaknya di lembar persetujuan. "Selain ngirit, saya masuk AMN kan atas risiko saya dan kalau terjadi apa-apa kan urusan saya," Soegito beralasan.

Panggilan terakhir yang ditunggu pun datang. Nah, ini merupakan jawaban bahwa Soegito termasuk yang terpilih untuk mengikuti seleksi tahap akhir di Cimahi, Bandung. Pada hari yang ditentukan, Soegito telah berada di tempat seleksi calon taruna di Semarang. Di sini dikumpulkan semua calon taruna yang berasal dari Jawa Tengah, sekitar 100-an orang.

Mereka kemudian diberangkatkan ke Bandung dengan menumpang kereta api. Selama di perjalanan dari Semarang ke Bandung, mereka yang berasal dari Banyumas dan Purwokerto lebih memilih diam daripada ikutan teriak-teriak sambil becanda. Maklum, gaya bicara Banyumasan yang dikenal ngapak-ngapak dan dinilai kampungan. Seringkali jadi bahan tertawaan bagi yang mendengar. Di antara calon taruna yang suka ngeledek anak Banyumas adalah Pramono dan kelompoknya dari Yogya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More