Belajar Mundur dari Arena Piala Dunia Qatar

Jum'at, 16 Desember 2022 - 17:35 WIB
Apakah ada perjanjian tertulis bagi setiap pelatih yang gagal di Qatar harus mundur? Kita harus pastikan itu. Tapi, jika pun ada perjanjian sebelumnya yang tertulis demikian, pilihan mundur adalah sikap gentleman alias orang yang konsisten menepati janji. Tak perlu menunggu ditagih. Begitu tiba waktunya, janji langsung ditunaikan. Tidak perlu menunggu diprotes atau didemo dulu di negaranya.

Situasi di Qatar itu tidak bisa dijadikan rujukan langsung dalam situasi yang sama di wilayah lain. Namun, sebagai komparasi, apa yang dilakukan para pelatih itu sangat relevan diadopsi oleh dunia olahraga lain. Bahkan, sangat bisa diterapkan di dunia politik pemerintahan di Indonesia. Mengapa? Karena mundur dari jabatan ketika gagal memenuhi janji saat kampanye bukanlah bentuk lari dari tanggung jawab seperti narasi yang terus dikembangkan hari ini. Justru pejabat publik yang memegang janji dan menepatinya adalah bukti bahwa dia seorang negarawan sejati, bukan politikus kebanyakan.

Negarawan adalah gelar mulia, meski jauh dari benefit yang diperoleh para pejabat yang berkuasa. Negarawan tidak memiliki gaji tetap, tidak mendapatkan tentiem miliaran seperti komisaris BUMN atau perusahaan besar. Karena itu, mencari negarawan di negeri ini bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Sulit, lama, dan melelahkan. Tapi, kita yakin negarawan itu ada. Bahkan, negarawan bisa diciptakan oleh nilai-nilai luhur bangsa kita yang dicontohkan oleh para pendahulu yang berjuang tanpa pamrih mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga hanya untuk tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More