Revitalisasi SMK Pusat Keunggulan
Senin, 12 Desember 2022 - 12:59 WIB
Kurikulum yang dijadikan pedoman pembelajaran pada program studi bukan hanya dari bahan tekstual akan tetapi kontekstual sesuai dengan kebutuhan dari Industri. Sekolah yang menjadi pusat keunggulan diharapkan dapat menjadi pusat rujukan baik sekolah maupun industri.
Hasil evaluasi pentahapan SMK Pusat Keunggulan yang dilakukan oleh Direktorat SMK Kemendikbudristek pada 2021 menunjukkan hasil yang cukup signifikan dari aspek kerja sama dan keselarasan dengan dunia kerja. Dari 725 SMK Pusat Keunggulan, 34,07% sekolah menyatakan memiliki Memorandum of Understanding (MoU) dengan industri lebih dari 25 MoU aktif, sedangkan sekolah yang memiliki lebih dari 10 MoU aktif sebanyak 25,38%.
Berdasarakan paket kerja sama kemitraan dengan dunia industri dari 728 sekolah 47,05% rata-rata memiliki dari 6-7 paket kerja sama dan 31,32% kerja sama dengan 8-9 paket kerja sama. Adapun paket kerja sama tersebut terdiri dari sembilan hal yakni, penyelerasan kurikulum, pembelajaran berbasis proyek, guru dari dunia kerja, magang, sertifikasi kompetensi guru dan lulusan dari dunia kerja, guru mendapatkan update teknologi dan training, teaching factory, komitmen serapan lulusan dari dunia kerja, dan beasiswa dari dunia kerja.
Berdasarkan data hasil evaluasi di atas memang dapat dikatakan dari segi kurikulum menunjukkan keselarasan antara kebutuhan industri dengan proses pembelajaran di sekolah. Begitu pula dengan capaian kerja sama dengan industri menunjukkan banyak kerja sama.
Akan tetapi yang paling penting ialah apakah kedua hal tersebut dapat menjamin keterserapan lulusan untuk ke bekerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2022 sebanyak 8,40 juta orang. Dari jumlah ini, lulusan SMK menjadi peyumbang yang terbesar yakni 10,8%.
Catatan Program
Program SMK Pusat Keunggulan hingga saat ini sudah mencapai 1.402 sekolah atau mencapai 15,6% dari jumlah 14.078 SMK. Terdapat beberapa catatan yang menjadi perhatian atas pelaksanaan program SMK Pusat Keunggulan yang telah berjalan sejak 2020.
Satu, perlu dilakukan adanya piloting dan kuota khusus untuk pengembangan SMK Pusat Keunggulan yang berada di luar Jawa khususnya yang berada di Kawasan Indonesia Timur. Mengingat mayoritas SMK yang mendapatkan pendanaan pusat keunggulan masih berkonsentrasi di pulau Jawa.
Dua, SMK yang difasilitasi sebagai pusat keunggulan dipastikan layak untuk bekerjasama dengan industri. Terdapat program pendampingan dan pengembangan secara khusus dengan memaksimalkan peran perguruan tinggi yang ada di sekitar sekolah.
Tiga, diperlukan pemantauan secara khusus kepada para peserta didik yang menjadi lulusan SMK Pusat Keunggulan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah lulusan yang terserap ke dunia kerja dan seberapa banyak mereka yang berwirausaha. Monitoring dan evaluasi bukan hanya sebatas pada aspek sinkronisasi kurikulum, teaching factory, jumlah guru tamu industri, jumlah magang guru, jumlah sertifikasi industri, dan jumlah kerja sama industri.
Hasil evaluasi pentahapan SMK Pusat Keunggulan yang dilakukan oleh Direktorat SMK Kemendikbudristek pada 2021 menunjukkan hasil yang cukup signifikan dari aspek kerja sama dan keselarasan dengan dunia kerja. Dari 725 SMK Pusat Keunggulan, 34,07% sekolah menyatakan memiliki Memorandum of Understanding (MoU) dengan industri lebih dari 25 MoU aktif, sedangkan sekolah yang memiliki lebih dari 10 MoU aktif sebanyak 25,38%.
Berdasarakan paket kerja sama kemitraan dengan dunia industri dari 728 sekolah 47,05% rata-rata memiliki dari 6-7 paket kerja sama dan 31,32% kerja sama dengan 8-9 paket kerja sama. Adapun paket kerja sama tersebut terdiri dari sembilan hal yakni, penyelerasan kurikulum, pembelajaran berbasis proyek, guru dari dunia kerja, magang, sertifikasi kompetensi guru dan lulusan dari dunia kerja, guru mendapatkan update teknologi dan training, teaching factory, komitmen serapan lulusan dari dunia kerja, dan beasiswa dari dunia kerja.
Berdasarkan data hasil evaluasi di atas memang dapat dikatakan dari segi kurikulum menunjukkan keselarasan antara kebutuhan industri dengan proses pembelajaran di sekolah. Begitu pula dengan capaian kerja sama dengan industri menunjukkan banyak kerja sama.
Akan tetapi yang paling penting ialah apakah kedua hal tersebut dapat menjamin keterserapan lulusan untuk ke bekerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2022 sebanyak 8,40 juta orang. Dari jumlah ini, lulusan SMK menjadi peyumbang yang terbesar yakni 10,8%.
Catatan Program
Program SMK Pusat Keunggulan hingga saat ini sudah mencapai 1.402 sekolah atau mencapai 15,6% dari jumlah 14.078 SMK. Terdapat beberapa catatan yang menjadi perhatian atas pelaksanaan program SMK Pusat Keunggulan yang telah berjalan sejak 2020.
Satu, perlu dilakukan adanya piloting dan kuota khusus untuk pengembangan SMK Pusat Keunggulan yang berada di luar Jawa khususnya yang berada di Kawasan Indonesia Timur. Mengingat mayoritas SMK yang mendapatkan pendanaan pusat keunggulan masih berkonsentrasi di pulau Jawa.
Dua, SMK yang difasilitasi sebagai pusat keunggulan dipastikan layak untuk bekerjasama dengan industri. Terdapat program pendampingan dan pengembangan secara khusus dengan memaksimalkan peran perguruan tinggi yang ada di sekitar sekolah.
Tiga, diperlukan pemantauan secara khusus kepada para peserta didik yang menjadi lulusan SMK Pusat Keunggulan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah lulusan yang terserap ke dunia kerja dan seberapa banyak mereka yang berwirausaha. Monitoring dan evaluasi bukan hanya sebatas pada aspek sinkronisasi kurikulum, teaching factory, jumlah guru tamu industri, jumlah magang guru, jumlah sertifikasi industri, dan jumlah kerja sama industri.
tulis komentar anda