Bom Bunuh Diri Serang Polsek Astana Anyar, Polri Diimbau Waspadai Efek Pantulan Kaca

Rabu, 07 Desember 2022 - 18:43 WIB
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mengimbau aparat kepolisian mewaspadai efek pantulan kaca atau mirror effect aksi bom bunuh diri ke wilayah lain. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Bom bunuh diri menyasar Mapolsek Astana Anyar di Kota Bandung, Jawa Barat. Dalam peristiwa itu, sebanyak 11 orang menjadi korban, satu di antaranya anggota polisi meninggal dunia.

Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mengatakan, kejadian tersebut bisa menyebabkan efek pantulan kaca atau mirror effect ke wilayah lain. Untuk itu, aparat kepolisian diimbau mewaspadai daerah-daerah rawan. Salah satunya, lokasi perayaan pernikahan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni Kaesang Pangarep.

”Harus diantisipasi wilayah sekitar pesta pernikahannya Kaesang-Erina mengingat Solo Raya pun merupakan wilayah yang beberapa kali dijumpai sebagai asal pelaku terorisme,” ujarnya, Rabu (7/12/2022).





Ketua DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Bidang Hankam dan Siber ini menyebut, dalam penanganan terorisme ini memang harus mempertimbangkan beberapa hal. Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati, beberapa kerangka (framework) dalam mengukur efektivitas penanganan terorisme yang umum digunakan adalah kerangka Peter Krause, pakar terorisme dan keamanan internasional, yang menyatakan ukuran efektivitas penanganan terorisme harus di lihat pada beberapa level strategis, operasional dan taktis.



”Pada level strategis, yaitu keberhasilan suatu kebijakan yang tidak memberikan ruang politis bagi berkembangnya ideologi radikal atau kekerasan berbasis ekstrimisme (violent extremism). Pada level operasional, yaitu mendegradasi dan menghancurkan organisasi terorisme, termasuk organisasi yang mendukung ideologi kekerasan yang berpotensi menjadi sel/kelompok terorisme. Pada level taktis, keberhasilan dalam mencegah adanya aksi atau serangan terorisme,” ujarnya, Rabu (7/12/2022).

Selain itu, kata Nuning, terdapat kerangka yang juga umum digunakan dalam pengukuran efektivitas penanganan terorisme, yaitu pendekatan manajemen risiko (risk management). Pendekatan ini berbasis analisis risk-based cost-benefit approach atau pendekatan analisis biaya-manfaat berbasis risiko yang dapat menganalisis opsi – opsi kebijakan seperti apa yang paling tepat untuk suatu risiko, termasuk terorisme. ”Mengingat terorisme merupakan ancaman yang bersifat non – konvensional dan terus berubah dalam segi strategi, target dan taktik yang digunakan,” katanya.

Mantan anggota Komisi I DPR ini menyebut, secara umum terdapat komponen utama dalam pengukuran efektivitas penanganan terorisme. Pertama, establish and maintain security atau membangun dan memelihara keamanan. Kebijakan dan strategi ini terdiri dari beberapa sub komponen yang saling terkait yaitu memulihkan keamanan; perlucutan senjata, demobilisasi, dan reintegrasi.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More