Jaga Kerukunan Umat Berbasis Tradisi, Misa di Gereja Kampung Sawah Bekasi Gunakan Bahasa Betawi

Jum'at, 02 Desember 2022 - 08:17 WIB
Ketua Yayasan Pendidikan Fisabilillah sekaligus tokoh muslim di Kampung Sawah, KH Rahmaddin Afif menilai tradisi budaya Betawi seperti Sedekah Bumi jadi ajang memperkuat relasi lintas agama. (Foto: Abdul Malik M/MPI)
BEKASI - Tradisi asli terbukti menjadi benteng kuat dari masuknya budaya luar atau paham yang bisa merusak kerukunan hidup masyarakat Kampung Sawah, Kota Bekasi, Jawa Barat. Untuk memperkokoh toleransi yang telah terbangun tinggi sejak lama, generasi muda Kampung Sawah juga diajak terlibat dalam kegiatan seni budaya dan mengisi ruang-ruang media sosial dengan konten toleransi.

Wilayah Kampung Sawah yang luasnya kurang lebih 12 kilometer terletak di dua kelurahan, yakni Jatimelati dan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi. Masyarakat kampung ini dikenal bertoleransi tinggi yang dibuktikan dengan berdirinya tiga rumah ibadah berdekatan. Ada Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi, lalu Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah milik umat Protestan, dan Gereja St Servatius kepunyaan umat Katolik yang jarak masing-masing tak lebih dari 100 meter.

Toleransi itu tak hanya diwujudkan dalam bentuk bangunan rumah ibadah. Dalam praktiknya, warganya juga saling membantu jika ada kegiatan keagamaan. "Misalnya pas Salat Id di Masjid (Al-Jauhar) Yasfi, kami ikut membantu untuk mengatur lalu lintasnya. Atau ketika ada kegiatan besar di gereja, halaman masjid jadi tempat parkir jemaat yang datang," kata Wakil Ketua Dewan Paroki Harian Gereja St Servatius Kampung Sawah, Hari Wibowo kepada MNC Portal.

Keguyuban antarumat beragama juga ditunjukkan dalam kehidupan sosial keagamaan. Ketika ada warga Kampung Sawah meninggal dunia, maka orang-orang di lingkungan tanpa memandang agama langsung membantu. Warga bahu-membahu mendirikan tenda, menyiapkan bangku dan menyiapkan sound system.

"Entah nanti untuk pengajian, entah nanti untuk beribadah, ketika ada orang kedukaan pasti langsung disiapkan. Karena kita sadar bahwa gerakan sosial kita itu tanpa memandang agama di situ. Bahwa kita mau berbela rasa dengan yang terkena musibah," tutur Pendeta GKP Kampung Sawah, William Alexander dalam wawancara terpisah, Minggu (27/11/2022).





Wakil Dewan Paroki Harian Gereja St Servatius Kampung Sawah, Hari Wibowo. Gereja St Servatius turut menjaga kearifan lokal, antara lain dengan menggunakan bahasa Betawi dalam Misa. (Foto: Abdul Malik M/MPI)

Kerukunan warga yang tercipta di Kampung Sawah, menurut Pendeta William, merupakan buah dari kultur masyarakat setempat sejak dahulu. Orang-orang asli Kampung Sawah menanamkan kepada anak-anaknya nilai-nilai kerukunan, sopan santun, menghomati orang lebih tua, dan bertegur sapa tanpa memandang agama. Nilai-nilai positif yang juga pada 2022 ini digelorakan Kementerian Agama secara nasional melalui penetapan Tahun Toleransi ini diturunkan dari generasi ke generasi dan ditularkan kepada warga pendatang. Sehingga toleransi antarumat beragama pun masih lestari hingga saat ini.

"Kita punya kultur yang ramah, sehingga kalau ada orang baru datang kita pasti akan tanya, tegur, dari mana, pasti akan ketahuan kalau ada orang baru. Kita berupaya agar mereka kenal apa yang kita lakukan di sini dan apa yang biasa dilakukan," tuturnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More