Moderasi Beragama di Salatiga, Nonmuslim Rutin Bantu Kelancaran Salat Id di Alun-Alun Pancasila

Rabu, 30 November 2022 - 10:45 WIB
Selanjutnya kebaktian dilanjutkan kembali setelah Salat Subuh selesai. Begitu pula dengan pengurus Masjid Darul Amal, juga tidak menggunakan pengeras suara saat melaksanakan Salat Subuh.

Tak hanya itu, ketika perayaan Natal bersama di Alun-alun Pancasila, warga muslim juga turut membantu kelancaran ibadah Natal dengan mengatur arus lalu lintas untuk memudahkan para warga yang akan mengikuti Natal bersama. Setelah itu mereka menyalami dan mengucapkan selamat hari Natal kepada para umat Kristiani.

Selain itu, warga muslim juga turut membantu kelancaran pelaksanaan perayaan Natal lainnya, seperti parade Natal. Ini bukti Salatiga adalah kota yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keharmonisan hidup beragama.

Untuk memupuk kerukunan antar umat beragama dan mewujudkan masyarakat yang toleran dari Salatiga menuju Indonesia, pemuka agama juga tidak bosan untuk mengajak masyarakat menjaga kerukunan dan menguatkan toleransi.

Warga meyakini, jika konsep persahabatan dibangun, maka kerukunan, kedamaian, keharmonisan akan terjaga dengan baik. Praktik kuat kerukunan beragama di Kota Salatiga yang bisa lestari hingga saat ini pun sejalan dengan program dari Kementerian Agama yang secara khusus menetapkan 2022 sebagai Tahun Toleransi.

Selain penghormatan tinggi saat ibadah, toleransi kuat juga terpotret dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan Kemiri, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Kampung ini berdampingan dengan kampus Universitas Kristen Satya Wacana. Ribuan warga dan mahasiswa universitas di Salatiga dari berbagai daerah di Indonesia berdomisili di kampung tersebut. Tak pelak, lingkungan kampung Kemiri pun menjadi majemuk.

Hebatnya, mereka bisa bergaul dan berkumpul dengan damai tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan. Kerukunan terlihat kental dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari di kampung tersebut.

Bahkan mereka bisa saling bahu membahu di saat mengalami kekurangan maupun musibah. Seperti pada saat pandemi Covid-19 lalu. Dalam situasi sulit bisa saling membantu untuk bertahan hidup. Mereka tidak canggung untuk memberikan bantuan kepada sesama meski bukan berasal dari satu daerah.

Tak hanya itu, kepedulian warga Kampung Kemiri terhadap pendatang yang indekos juga tinggi. Bahkan, ada warga yang rela merawat mahasiswi yang terpapar Covid-19 tanpa rasa takut tertular.

Warga yang merawat mahasiswi bernama Evelyn Febrian, asal Tangerang tersebut, yakni Yosefa Maria Kasmi. Pemilik indekos tempat Evelyn tinggal itu mengatakan, apa yang dilakukannya tersebut semata-mata atas dasar rasa kemanusiaan dan toleransi. Maria, sapaan akrab ibu tiga anak ini sudah menganggap mahasiswa yang tinggal di rumah kosnya seperti anak sendiri.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More