Sulit Disamai! 2 Jenderal Lulusan Terbaik Akmil Ini Sukses Jadi Panglima TNI
Sabtu, 26 November 2022 - 13:14 WIB
Jenderal TNI (Purn) Edi Sudrajat merupakan lulusan AMN angkatan pertama pada 1960. Prestasinya selama pendidikan mentereng: menjadi lulusan terbaik atau Garuda Yaksa, istilah pada zaman itu.
Seperti kecemerlangannya di bidang akademis, karier militernya juga terang-benderang. Serdadu kelahiran Jambi 22 April 1938 itu mula-mula ditugaskan sebagai Komandan Peleton di Batalyon Infanteri 515/Tanggul, Jember (1961-1962). Setelah itu dia diterjunkan di medan tempur Operasi Trikora.
Mengutip laman Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional, Edi juga pernah diceburkan dalam operasi penumpasan Republik Maluku Selatan. Saat menembus bintang satu, jenderal bertubuh ceking ini antara lain dipercaya sebagai Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad.
Setelah itu dia dipromosikan sebagai Pangdam II/Bukit Barisan di Medan, kemudian Pangdam Kodam III/Siliwangi di Bandung pada kurun 1983-1985. Kariernya makin mengilap dengan penunjukan sebagai Asisten Operasi Kasum ABRI, berlanjut ke Wakil Kepala Staf TNI AD (1986-1988) dengan tiga bintang emas di pundak (letjen).
Tak berselang lama, jabatan prestisius mampir lagi di pundaknya. Edi dipercaya menjadi KSAD, menggantikan Jenderal TNI Try Sutrisno yang diangkat Soeharto sebagai Panglima ABRI. Menariknya ketika Try berakhir masa jabatan, Edi Sudrajat kembali menggantikan.
Dia menjabat Panglima dalam periode sangat singkat yakni 19 Februari 1993-21 Mei 1993. Setelah itu Soeharto lebih memfokuskannya sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan (1993-1998). Adapun sosok yang menggantikannya sebagai Panglima yakni Jenderal TNI Feisal Tanjung.
Selepas dari tentara, dia sempat terjun ke politik dengan turut mendirikan dan menjabat Ketua Umum Pertai Kesatuan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Edi meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, pada 1 Desember 2006. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
“Jiwa heroik dan keberanian adalah salah satu pantulan karakter Pak Edi. Bagi banyak prajurit TNI, sosok Edi Sudrajat selaku perwira militer profesional memancarkan wibawa dari karakter yang kuat dan tangguh. Ia merupakan cermin sekaligus figur teladan bagi prajurit, yang mungkin sulit ditemukan lagi,” kata mantan Wakil KSAD Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri dalam bukunya “Aku Hanya Tentara: Catatan Militer, Kepemimpinan dan Kebangsaan Kiki Syahnakri,” dikutip Sabtu (26/11/2022).
Jenderal TNI (Purn) Moeldoko
Lahir di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri, Jawa Timur, Moeldoko memilih berkarier sebagai tentara. Dia masuk Akabri Darat (kini Akmil) dan lulus pada 1981. Prestasinya di Lembah Tidar itu sangat cemerlang. Moel merupakan peraih Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama.
Seperti kecemerlangannya di bidang akademis, karier militernya juga terang-benderang. Serdadu kelahiran Jambi 22 April 1938 itu mula-mula ditugaskan sebagai Komandan Peleton di Batalyon Infanteri 515/Tanggul, Jember (1961-1962). Setelah itu dia diterjunkan di medan tempur Operasi Trikora.
Mengutip laman Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional, Edi juga pernah diceburkan dalam operasi penumpasan Republik Maluku Selatan. Saat menembus bintang satu, jenderal bertubuh ceking ini antara lain dipercaya sebagai Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad.
Setelah itu dia dipromosikan sebagai Pangdam II/Bukit Barisan di Medan, kemudian Pangdam Kodam III/Siliwangi di Bandung pada kurun 1983-1985. Kariernya makin mengilap dengan penunjukan sebagai Asisten Operasi Kasum ABRI, berlanjut ke Wakil Kepala Staf TNI AD (1986-1988) dengan tiga bintang emas di pundak (letjen).
Tak berselang lama, jabatan prestisius mampir lagi di pundaknya. Edi dipercaya menjadi KSAD, menggantikan Jenderal TNI Try Sutrisno yang diangkat Soeharto sebagai Panglima ABRI. Menariknya ketika Try berakhir masa jabatan, Edi Sudrajat kembali menggantikan.
Dia menjabat Panglima dalam periode sangat singkat yakni 19 Februari 1993-21 Mei 1993. Setelah itu Soeharto lebih memfokuskannya sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan (1993-1998). Adapun sosok yang menggantikannya sebagai Panglima yakni Jenderal TNI Feisal Tanjung.
Selepas dari tentara, dia sempat terjun ke politik dengan turut mendirikan dan menjabat Ketua Umum Pertai Kesatuan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Edi meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, pada 1 Desember 2006. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
“Jiwa heroik dan keberanian adalah salah satu pantulan karakter Pak Edi. Bagi banyak prajurit TNI, sosok Edi Sudrajat selaku perwira militer profesional memancarkan wibawa dari karakter yang kuat dan tangguh. Ia merupakan cermin sekaligus figur teladan bagi prajurit, yang mungkin sulit ditemukan lagi,” kata mantan Wakil KSAD Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri dalam bukunya “Aku Hanya Tentara: Catatan Militer, Kepemimpinan dan Kebangsaan Kiki Syahnakri,” dikutip Sabtu (26/11/2022).
Jenderal TNI (Purn) Moeldoko
Lahir di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri, Jawa Timur, Moeldoko memilih berkarier sebagai tentara. Dia masuk Akabri Darat (kini Akmil) dan lulus pada 1981. Prestasinya di Lembah Tidar itu sangat cemerlang. Moel merupakan peraih Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama.
tulis komentar anda