Pesan Kesan Presidensi G20
Senin, 21 November 2022 - 08:07 WIB
Kesepakatan Deklarasi Bali oleh para pemimpin G20 membuktikan kepercayaan dunia kepada Indonesia. Para pemimpin negara-negara besar dunia mengakui keberhasilan Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun ini, terutama pada momen Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri 17 kepala negara dan tiga yaitu Brasil, Meksiko, dan Rusia yang diwakili menteri luar negeri.
Pengakuan pemimpin dunia itu bukan hanya pada penyelenggaraan acaranya, tetapi juga keputusan-keputusan yang dihasilkan, khususnya “Bali Leaders Declaration 2022” atau Deklarasi Bali dan sejumlah kesepakatan lainnya, baik dalam kelompok G20 maupun dalam pertemuan bilateral antarnegara yang hadir.
Pengakuan dunia yang paling monumental adalah keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah memfasilitasi pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan dua simbol kekuatan ekonomi terbesar dunia yang berlangsung hangat itu disambut positif di penjuru dunia karena memberi sinyal akan ada perdamaian sehingga mengurangi tensi ketegangan geopolitik global.
Pengakuan dari pemimpin dunia itu disampaikan langsung Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan, hingga PM Turki Recep Tayyip Erdogan.
Deklarasi Bali yang berisi 52 paragraf itu memuat berbagai hal termasuk perihal perang Rusia–Ukraina. Perang yang berlangsung sejak akhir Februari 2022 itu tak pelak membayangi pertemuan pemimpin G20.
Pasalnya, perang langsung melibatkan Rusia yang selama ini menjadi salah satu poros kekuatan di G20. Perang juga tidak hanya mengganggu stabilitas geopolitik, tetapi juga melambungkan harga komoditas pangan dan energi ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akibatnya, inflasi global melonjak sementara di sisi lain perlambatan pertumbuhan terus mengancam. Anggota G20 melihat perang telah membawa dampak lebih buruk terhadap ekonomi global karena menghambat laju pertumbuhan, melambungkan inflasi, serta mengganggu rantai pasokan global. G20 juga melihat perang telah meningkatkan kerawanan energi dan pangan hingga risiko stabilitas keuangan global.
Di luar perang, deklarasi pemimpin G20 juga menyoroti sejumlah isu penting mulai dari lingkungan, perubahan iklim, perpajakan, targetSustainable Development Goals(SDGs), krisis energi dan pangan, serta peran penting bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar serta menurunkan inflasi. G20 menilai penting bagi bank sentral mereka untuk mengoptimalkan semua alat yang tersedia guna menghindaridownside riskstermasuk menjalarnya dampak negatif di pasar keuangan.
Selain itu, kesepakatan G20 juga menyebut mengenai pentingnya menjaga ketahanan energi dan pangan serta aksi untuk mengatasi perubahan iklim.Anggota G20 menyepakati upaya untuk membatasi pemanasan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius. Anggota G20 sepakat meredam dampak kenaikan harga, meningkatkan investasi di bidang ketahanan pangan, serta memperkuat dialog antara produsen dan konsumen.
Rantai Pasok Global
Pengakuan pemimpin dunia itu bukan hanya pada penyelenggaraan acaranya, tetapi juga keputusan-keputusan yang dihasilkan, khususnya “Bali Leaders Declaration 2022” atau Deklarasi Bali dan sejumlah kesepakatan lainnya, baik dalam kelompok G20 maupun dalam pertemuan bilateral antarnegara yang hadir.
Pengakuan dunia yang paling monumental adalah keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah memfasilitasi pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan dua simbol kekuatan ekonomi terbesar dunia yang berlangsung hangat itu disambut positif di penjuru dunia karena memberi sinyal akan ada perdamaian sehingga mengurangi tensi ketegangan geopolitik global.
Pengakuan dari pemimpin dunia itu disampaikan langsung Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan, hingga PM Turki Recep Tayyip Erdogan.
Deklarasi Bali yang berisi 52 paragraf itu memuat berbagai hal termasuk perihal perang Rusia–Ukraina. Perang yang berlangsung sejak akhir Februari 2022 itu tak pelak membayangi pertemuan pemimpin G20.
Pasalnya, perang langsung melibatkan Rusia yang selama ini menjadi salah satu poros kekuatan di G20. Perang juga tidak hanya mengganggu stabilitas geopolitik, tetapi juga melambungkan harga komoditas pangan dan energi ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akibatnya, inflasi global melonjak sementara di sisi lain perlambatan pertumbuhan terus mengancam. Anggota G20 melihat perang telah membawa dampak lebih buruk terhadap ekonomi global karena menghambat laju pertumbuhan, melambungkan inflasi, serta mengganggu rantai pasokan global. G20 juga melihat perang telah meningkatkan kerawanan energi dan pangan hingga risiko stabilitas keuangan global.
Di luar perang, deklarasi pemimpin G20 juga menyoroti sejumlah isu penting mulai dari lingkungan, perubahan iklim, perpajakan, targetSustainable Development Goals(SDGs), krisis energi dan pangan, serta peran penting bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar serta menurunkan inflasi. G20 menilai penting bagi bank sentral mereka untuk mengoptimalkan semua alat yang tersedia guna menghindaridownside riskstermasuk menjalarnya dampak negatif di pasar keuangan.
Selain itu, kesepakatan G20 juga menyebut mengenai pentingnya menjaga ketahanan energi dan pangan serta aksi untuk mengatasi perubahan iklim.Anggota G20 menyepakati upaya untuk membatasi pemanasan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius. Anggota G20 sepakat meredam dampak kenaikan harga, meningkatkan investasi di bidang ketahanan pangan, serta memperkuat dialog antara produsen dan konsumen.
Rantai Pasok Global
tulis komentar anda