Kisah Sunarto Bulu, Prajurit Tempur Ajari Jenderal Kopassus Pimpin Pasukan dari Dapur
Sabtu, 19 November 2022 - 17:53 WIB
Ini berbeda sekali dengan di Indonesia. Umumnya satu ayam dipotong untuk 10-12 orang. Bahkan sering terlihat di pasukan-pasukan, satu ayam dipotong untuk 16 orang.
Sekali lagi, Prabowo menekankan, bahwa urusan makanan sangat penting. Bagi komandan atau pemimpin, apa yang dimakan anak buah harus diketahui. Jangan sampai, kata Prabowo, makanan untuk prajurit dikorupsi karena akibatnya bisa sangat banyak. Prajurit akan membenci pimpinan jika tahu jatah makanan mereka dikorupsi.
"Ingat makanan itu adalah tanggung jawab pemimpin. Bahkan ada teori-teori, ada hasil kajian-kajian psikologis yang menyimpulkan komandan-komandan yang berhasil adalah mereka yang mengecek dan menjamin anak buahnya makan sebelum dia makan," tutur putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini.
Masalah Minum dan Tidur
Selain urusan makanan, Prabowo juga menaruh perhatian untuk urusan minuman dan tidur prajurit. Prinsipnya sama, urusan minum bagi prajurit harus tercukupi. Begitu pula urusan tidur.
Menurut mantan komandan Batayon Infanteri Lintas Udara 328 ini, pasukan yang hebat adalah pasukan yang cukup makan, minum, dan tidur. Di beberapa tempat lain kata dia, banyak tentara hebat karena tidurnya cukup.
Tentu saja cukup ini tidak berarti berlebihan. Pasti akan ada waktu-waktu di mana pasukan dilatih sedemikian rupa, untuk bergerak di bawah tekanan dalam keadaan kurang tidur. Hal ini dilatih, tapi tidak tiap hari.
"Ingat kalau mereka (prajurit) habis latihan malam, 24 jam tidak tidur, siangnya jangan dipaksa latihan berat. Harus diimbangi. Kalau dia tiga hari tidak tidur, ya harus dikembalikan lagi kondisi fisiknya," tutur serdadu Baret Merah yang pernah mengikuti pendidikan antiteror di GSG-9 Jerman Barat bareng Luhut Binsar Pandjaitan inih.
Kepada generasi muda Prabowo berpesan, banyak terjadi pemimpin jatuh bukan karena hal-hal besar, tapi abai terhadap hal-hal kecil. Karena itu ujar dia, pemimpin jangan sampai mengabaikan hal-hal kecil.
"Kalau dari yang kecil saja kita tidak tahu dan tidak peduli, bagaimana kita mau mengurus satuan-satuan yang besar, bagaimana mencapai hasil yang besar," kata jenderal bintang 3 yang pernah memimpin Operasi Mapenduma di Papua pada 1996 ini.
Sekali lagi, Prabowo menekankan, bahwa urusan makanan sangat penting. Bagi komandan atau pemimpin, apa yang dimakan anak buah harus diketahui. Jangan sampai, kata Prabowo, makanan untuk prajurit dikorupsi karena akibatnya bisa sangat banyak. Prajurit akan membenci pimpinan jika tahu jatah makanan mereka dikorupsi.
"Ingat makanan itu adalah tanggung jawab pemimpin. Bahkan ada teori-teori, ada hasil kajian-kajian psikologis yang menyimpulkan komandan-komandan yang berhasil adalah mereka yang mengecek dan menjamin anak buahnya makan sebelum dia makan," tutur putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini.
Masalah Minum dan Tidur
Selain urusan makanan, Prabowo juga menaruh perhatian untuk urusan minuman dan tidur prajurit. Prinsipnya sama, urusan minum bagi prajurit harus tercukupi. Begitu pula urusan tidur.
Menurut mantan komandan Batayon Infanteri Lintas Udara 328 ini, pasukan yang hebat adalah pasukan yang cukup makan, minum, dan tidur. Di beberapa tempat lain kata dia, banyak tentara hebat karena tidurnya cukup.
Tentu saja cukup ini tidak berarti berlebihan. Pasti akan ada waktu-waktu di mana pasukan dilatih sedemikian rupa, untuk bergerak di bawah tekanan dalam keadaan kurang tidur. Hal ini dilatih, tapi tidak tiap hari.
"Ingat kalau mereka (prajurit) habis latihan malam, 24 jam tidak tidur, siangnya jangan dipaksa latihan berat. Harus diimbangi. Kalau dia tiga hari tidak tidur, ya harus dikembalikan lagi kondisi fisiknya," tutur serdadu Baret Merah yang pernah mengikuti pendidikan antiteror di GSG-9 Jerman Barat bareng Luhut Binsar Pandjaitan inih.
Kepada generasi muda Prabowo berpesan, banyak terjadi pemimpin jatuh bukan karena hal-hal besar, tapi abai terhadap hal-hal kecil. Karena itu ujar dia, pemimpin jangan sampai mengabaikan hal-hal kecil.
"Kalau dari yang kecil saja kita tidak tahu dan tidak peduli, bagaimana kita mau mengurus satuan-satuan yang besar, bagaimana mencapai hasil yang besar," kata jenderal bintang 3 yang pernah memimpin Operasi Mapenduma di Papua pada 1996 ini.
tulis komentar anda