Melahirkan Generasi Pahlawan Lingkungan

Jum'at, 11 November 2022 - 09:18 WIB
Pemangku kepentingan di daerah selam ini juga lebih banyak menitikberatkan persoalan penanganan sampah di sektor hilir, misalnya angaran hanya fokus pada pengadaan infrastruktur pengolahan sampah, menyiapkan armada kebersihan, dan menambah TPA.

Padahal, langkah-langkah di atas semestinya hanya menjadi penyangga. Sumber daya idealnya dikerahkan untuk memutus mata rantai produksi sampah dari hulu. Memperbaiki sistem pengelolaan sampah adalah solusi akhir. Perlu diingat, ada gap antara jumlah produksi sampah dan kemampuan kita mendaur ulang. Data yang ada menyebutkan, tidak sampai 10% sampah yang bisa didaur ulang.

Artinya, perlu upaya lain, yakni memotong mata rantai persoalan sampah plastik dengan mendorongnya dari hulu. Dengan kata lain, harus ada upaya keras untuk mengurangi produksi sampah. Jika tidak, maka kita akan menghabiskan energi dan sumber daya untuk melakukan intervensi bersifat kuratif.

Menjadi Pahlawan Lingkungan

Di tengah ancaman degradasi lingkungan yang kian parah akibat sampah plastik, ditambah kompleksitas penanganannya, pada akhirnya dibutuhkan hadirnya sosok pahlawan-pahlawan lingkungan yang bisa membuat kontribusi nyata.

Menjadi pahlawan lingkungan tidak selalu harus menjadi aktivis seperti dalam banyak padangan orang, yakni orang yang mencurahkan waktu dan energinya terlibat dalam satu gerakan atau organisasi lingkungan. Menjadi pahlawan lingkungan juga bisa dilakukan oleh setiap individu dengan cara meminimalkan produksi sampah di tingkat diri pribadi masing-masing.

Gaya hidup less plastic kini banyak dikampanyekan oleh aktivis peduli lingkungan hidup, tak terkecuali kami yang tergabung dalam relawan Gerakan Selayar Bebas Sampah Plastik. Ini sebuah social movement yang kami gagas di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, di mana penulis menjadi pendiri gerakan.

Dalam perjalanan gerakan kami, semua individu terutama relawan didorong untuk menganut gaya hidup tanpa plastik dengan memakai tumbler, mengganti kantong plastik dengan material ramah lingkungan, tidak memakai produk plastik sekali pakai seperti sedotan dan styrofoam, serta menahan diri untuk mengonsumsi produk yang kemudian akan menghasilkan residu.

Selanjutnya berupaya semaksimal mungkin untuk tidak mengirim sampah ke TPA. Sampah sebisa mungkin diolah menjadi kompos atau ecobrick di tengah kondisi belum adanya pengelolaan sampah yang ideal dihampir seluruh TPA di Indonesia.

Value ini menjadi syarat mutlak untuk para relawan kami di Selayar Bebas Sampah Plastik. Gaya hidup tersebut merupakan “jalan sunyi” di tengah situasi di mana hampir semua kita terlanjur ada dalam zona nyaman memakai dan membeli produk plastik yang sebetulnya akan berujung pada kian massifnya sampah plastik yang dibuang ke lingkungan.

Sudah bukan waktunya menyerahkan bulat-bulat penanganan dan upaya mengatasi sampah plastik kepada pemangku kepentingan, meskipun upaya membangun kesadaran tadi, pun otoritasnya tetap ada pada pemerintah di berbagai tingkatan, dengan cara membuat berbagai regulasi, program, dan sistem yang terintegrasi.

Upaya membangun kesadaran idealnya dititikberatkan kepada anak muda. Dari serangkaian program Selayar Bebas Sampah Plastik, 80% sasarannya adalah anak muda dan remaja. Mengapa? Terlepas dari status yang melekat pada anak muda sebagai agen perubahan, disadari atau tidak, anak muda juga akan menjadi “korban” dari kondisi yang sedang berlangsung.

Ellen MacArthur Foundation yang berkedudukan di Inggris, mengeluarkan laporan pada World Economic Forum pada 2015 lalu bahwa jika konsumsi plastik kita tidak berubah, maka jumlah plastik di laut akan lebih banyak dibandingkan dengan populasi ikan pada 2050 mendatang.

Belum lagi ancaman lain seperti pemanasan global, abrasi karena kenaikan debit air laut, tercemarnya udara oleh mikroplastik akibat sampah yang tidak terkelolah dan kemudian hancur membentuk partikel-partikel kecil.

Artinya anak muda berpotensi mendapatkan kondisi bumi yang semakin tidak layak di masa mendatang. Pesan ini yang terus kami kirimkan sehingga dalam proses mencari jatidiri, dengan penuh kesadaran anak muda mampu mengambil posisi penting sebagai pahlawan masa kini.

Sejak 2019, terdapat 80 orang relawan yang tergabung dalam gerakan kami. Mereka aktif dalam berbagai kegiatan reguler seperti beach clean up (bersih pantai), plogging (aktivitas jogging sambil pungut sampah), Rebut Kresek (kegiatan penukaran plastik kresek dengan tas ramah lingkungan pada pusat aktivitas warga) dan kegiatan edukasi.

Satu logika sederhana yang ditanamkan kepada para relawan bahwa esksitensi setiap individu dalam kehidupan dihadapkan pada tiga pilihan, yakni tampil sebagai individu yang bermanfaat, memilih menjadi biasa-biasa saja, atau hadir sebagai pribadi yang destruktif.

Menjadi relawan sejatinya adalah pilihan mulia! Maka, tidak berlebihan jika para relawan sampah plastik pada gerakan Selayar Bebas Sampah Plastik, dan seluruh relawan lingkungan hidup di mana pun di belahan dunia ini, sejak awal kami sebut sebagai Pahlawan Bumi!

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More