Melahirkan Generasi Pahlawan Lingkungan

Jum'at, 11 November 2022 - 09:18 WIB
Kondisi lingkungan terutama persoalan sampah plastik adalah ancaman yang menuntut perhatian serius dari semua kalangan. Status Indonesia sebagai negara penghasil sampah kedua terbesar di dunia setelah China, menjadi label yang sepantasnya membuat kita introspeksi diri.

Tentu kita tidak ingin dicap sebagai “bangsa perusak” karena memberi kontribusi besar pada produksi sampah plastik dan menjadi pemicu berbagai macam kerusakan lingkungan seperti pemanasan global dan perubahan iklim, pencemaran udara hingga kerusakan ekosistem laut.

Sifat plastik yang tidak mudah terurai menjadikan material tersebut sebagai polutan di manapun keberadaannya, di tanah, sungai, laut, bahkan di tempat pembuangan akhir (TPA) yang mungkin oleh sebagian orang dilihat sebagai solusi.

Padahal, jangan salah! Tumpukan sampah di TPA yang tidak terurus, pada akhirnya akan melepaskan gas metana yang daya rusaknya 21 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida.

Lalu, mengapa spirit kepahlawanan menjadi sangat relevan dengan isu persampahan? Perlu diingat bahwa dalam upaya mengurai benang kusut persoalan sampah, setiap komponen memiliki perannya masing-masing.

Bahkan, dalam Kebijakan Strategi Nasional (JAKTRANAS) Program Pengelolaan Sampah hingga tahun 2025 yang diterjemahkan dalam bentuk Perpres Nomor 97 Tahun 2017, menempatkan aspek prevention menjadi prioritas utama, di mana kesadaranindividu menjadi hal yang sangat di dalamnya.

Paradigma yang ingin dibangun adalah pengurangan sampah dari sumbernya. Artinya, bagaimana setiap individu memiliki kesadaran untuk tidak memproduksi sampah, terutama sampah plastik.

Hal ini tentu tidak dalam rangka mengabaikan upaya penanganan. Namun, berdasarkan pengalaman penulis mengamati model penanganan sampah plastik, misalnya aturan pembatasan penggunaan material plastik di minimarket yang sudah dilakukan di beberapa daerah, bukan sesuatu yang mudah untuk dijalankan.

Sistem yang tidak terintegrasi, infrastruktur yang belum mencukupi hingga problem pengawasan masih menjadi kendala. Akhirnya berbagai program dan strategi tersebut seperti menemui jalan terjal.

Pemangku kepentingan di daerah selam ini juga lebih banyak menitikberatkan persoalan penanganan sampah di sektor hilir, misalnya angaran hanya fokus pada pengadaan infrastruktur pengolahan sampah, menyiapkan armada kebersihan, dan menambah TPA.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More