Mengakhiri Ketidakberdayaan Akibat Perangkap Covid-19
Senin, 06 Juli 2020 - 12:59 WIB
Baru-baru ini, Dana Moneter Internasional (IMF) membarui proyeksinya tentang pertumbuhan ekonomi dunia. IMF menghitung bahwa perekonomian global tahun ini terkontraksi atau tumbuh negatif 4,9%. IMF juga memperkirakan kerugian skala global akibat pandemi virus corona mencapai 12 triliun dolar AS atau sekitar Rp168.000 triliun.
Perkiraan kerugian sebesar itu disebabkan perekonomian 95 persen negara di planet ini tumbuh negatif. Sebelumnya, atau pada April 2020, lembaga multilateral ini menyajikan perkiraan bahwa ekonomi dunia akan terkontraksi 3%.
Sedangkan Bank dunia juga telah menyajikan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini minus 5,2%. Tentang prospek Indonesia, gambarannya sudah dipaparkan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Setelah masih bisa tumbuh positif di kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2020 bisa minus 3,1 persen.
Proyeksi para ahli itu menghadirkan gambaran wajah dunia yang serba suram, dan tentu saja menakutkan bagi banyak orang. Apalagi sudah dimunculkan perkiraan tentang lonjakan jumlah warga miskin.
Dinamika kehidupan bersama tidak akan pernah bisa ideal lagi jika semua komunitas terus membiarkan ketidakberdayaan sekarang ini. Bukankah WHO sudah memastikan bahwa Virus Corona masih akan ada dalam kehidupan manusia untuk jangka waktu yang belum bisa dihitung. Itu berarti kehidupan semua orang di hari-hari mendatang akan selalu berdampingan dengan virus ini.
Maka, sebagai makhluk berakal budi, semua orang harus berusaha keluar dari cengkeraman perangkap pandemi Covid-19. Memang, pemulihan dalam skala global tidak akan mudah atau memakan waktu lama, karena dunia masih dibayangi gelombang kedua penularan Covid-19. Namun, inisiatif baru harus diambil dan dipraktikan untuk merawat dan melanjutkan kehidupan bersama.
Pilihan yang tersedia adalah new normal atau pola hidup baru dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan konsisten. Semua elemen masyarakat harus mengambil pilihan ini dan mempraktikannya untuk mengakhiri ketidakberdayaan akibat perangkap pandemi Covid-19 sekarang ini.
Perkiraan kerugian sebesar itu disebabkan perekonomian 95 persen negara di planet ini tumbuh negatif. Sebelumnya, atau pada April 2020, lembaga multilateral ini menyajikan perkiraan bahwa ekonomi dunia akan terkontraksi 3%.
Sedangkan Bank dunia juga telah menyajikan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini minus 5,2%. Tentang prospek Indonesia, gambarannya sudah dipaparkan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Setelah masih bisa tumbuh positif di kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2020 bisa minus 3,1 persen.
Proyeksi para ahli itu menghadirkan gambaran wajah dunia yang serba suram, dan tentu saja menakutkan bagi banyak orang. Apalagi sudah dimunculkan perkiraan tentang lonjakan jumlah warga miskin.
Dinamika kehidupan bersama tidak akan pernah bisa ideal lagi jika semua komunitas terus membiarkan ketidakberdayaan sekarang ini. Bukankah WHO sudah memastikan bahwa Virus Corona masih akan ada dalam kehidupan manusia untuk jangka waktu yang belum bisa dihitung. Itu berarti kehidupan semua orang di hari-hari mendatang akan selalu berdampingan dengan virus ini.
Maka, sebagai makhluk berakal budi, semua orang harus berusaha keluar dari cengkeraman perangkap pandemi Covid-19. Memang, pemulihan dalam skala global tidak akan mudah atau memakan waktu lama, karena dunia masih dibayangi gelombang kedua penularan Covid-19. Namun, inisiatif baru harus diambil dan dipraktikan untuk merawat dan melanjutkan kehidupan bersama.
Pilihan yang tersedia adalah new normal atau pola hidup baru dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan konsisten. Semua elemen masyarakat harus mengambil pilihan ini dan mempraktikannya untuk mengakhiri ketidakberdayaan akibat perangkap pandemi Covid-19 sekarang ini.
(poe)
tulis komentar anda