Bijak Menyikapi Potensi Resesi Global

Jum'at, 07 Oktober 2022 - 04:58 WIB
Imbas krisis baru terasa menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan triwulan III-2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV-2008. Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Hal itu lantaran banyak negara, khususnya Eropa masih berjibaku untuk menjaga pondasi perekonomian negaranya dari dampak krisis subprime mortgage itu.

Pada 2009, ekonomi nasional masih bertumbuh sebesar 4,7% ditengahguncangan sektor keuangan. Namun, pada 2010 ekonomi nasional melesat menjadi 6,38%.

Momentum presidensi G20 di Bali November mendatang perlu dimaksimalkan untuk mengidentifikasi kondisi tahun depan tidak hanya sebagai krisis sistem keuangan namun juga krisis ekonomi yang membutuhkan penanganan komprehensif dan lebih luas.

Langkah mengatasi potensi krisis atau resesi tidak cukup hanya melalui stabilisasi sistem keuangan. Tetapi perlu juga melakukan upaya untuk memitigasi, mengatasi dan mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi global.

Mitigasi dan antisipasi harus didukung dengan stimulus ke sektor-sektor strategis melalui alokasi anggaran maupun kebijakan insentif perpajakan yang mendorong pertumbuhan konsumsu dan menciptakan lapangan kerja. Sehingga konsumsi domestik bisa terjaga dan menghindari adanya pemutusan hubungan kerja.

Agar kebijakan stimulus dapat efektif, hal ini harus dilakukan secara serempak oleh seluruh anggota G20 dan jumlahnya harus cukup signifikan untuk memberi daya dongkrak bagi perekonomian global dan harus dilakukan dalam waktu segera agar kejatuhan ekonomi kelak tak sedalam yang diperkirakan.

Bagi masyarakat, mengelola keuangan dengan bijak adalah langkah jitu dalam merespons potensi resesi tahun depan. Misalnya mulai mengalokasikan dana yang lebih besar untuk diinvestasikan di instrumen-instrumen yang memiliki imbal hasil yang cukup besar.

Selain itu, masyarakat perlu menyiapkan dana darurat. Tanpa dana darurat yang cukup, masyarakat berpotensi kehilangan aset untuk memenuhi biaya hidup, bahkan ada potensi besar terjerembak dalam jeratan utang.

Para pakar keuangan menyarankan, dana darurat yang perlu disiapkan minimal enam kali pengeluaran bulanan. Hal itu disebabkan apabila ketidakpastian ekonomi masih tinggi, ada potensi di sektor-sektor tertentu mengurangi tenaga kerja. Dana darurat itu sebaiknya disimpan di instrumen keuangan yang likuid atau mudah dikonversikan dalam bentuk uang dengan cepat dan rendah risiko.

Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More