Tragedi Kanjuruhan, KNPI Minta Polri Latih Anggota Bersikap Humanis
Minggu, 02 Oktober 2022 - 16:50 WIB
JAKARTA - DPP KNPI menyoroti peristiwa kerusuhan yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, pada Sabtu (1/10/2022) malam. Dalam tragedi itu, 129 orang tewas, termasuk 2 anggota polisi.
"KNPI berduka atas tragedi di Stadion Kanjuruhan. Harus ada yang harus bertanggung jawab mulai dari panitia, pengurus klub, Kapolres, Kapolda, Kapolri bahkan Menpora, terhadap peristiwa pilu kelam tersebut, agar memberi efek jera dan menjadi pembelajaran sejarah," kata Ketua Umum DPP KNPI M Ryano Panjaitan, Minggu (2/10/2022).
KNPI meminta polisi memberikan pelatihan kepada anggota Polri agar bertindak humanis dan tidak berlaku represif dalam menghadapi masyarakat di lapangan. Polri harus segera berbenah dengan melakukan reformasi kultural. Sebab, dalam video yang beredar di media sosial, terlihat aksi represif polisi menembaki suporter dengan gas air mata.
"Sebaiknya Polri dan aparatur lainnya harus melakukan pelatihan-pelatihan lapangan dan stop tindakan represif kepada masyarakat. Terlalu banyak kekerasan bahkan kejahatan polisi dengan kekerasan fisik terhadap masyarakat sipil, mulai dari salah tangkap, penganiayaan di sel, membanting demonstran, dan masih banyak daftarnya bila diriset," ujar alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini.
Menurut Ryano, bukan hanya Polri, tapi semua stakeholder juga harus berbenah dan bertanggung jawab terkait tragedi ini. Presiden Jokowi pun sudah memerintah Kapolri mengusut tuntas peristiwa ini. "Karena sudah jatuh korban nyawa yang menjadi rekor dunia sepanjang sejarah. Ada beberapa pihak yang harus diperiksa," ujarnya.
Panitia pelaksana pertandingan, apakah melaksanakan pertandingan sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh LIB sebagai operator liga dan juga panitia gugus Covid-19. "Karena sekarang status pandemi belum dicabut, sehingga pasti ada pembatasan jumlah penonton. Namun yang terlihat jumlah penonton sangat membeludak, sehingga harus diperiksa apakah ada kelalaian atau kesengajaan terkait mobilisasi penonton yang akhirnya membuat situasi menjadi tidak kondusif," katanya.
Baca juga: Mencekam dan Mengerikan, Ini Cerita Suporter yang Selamat dari Tragedi Kanjuruhan
Selanjutnya, apakah tim Polri sudah paham mengenai SOP pengamanan pertandingan olahraga, khususnya sepak bola? Apakah ada kelalaian dari tim pengamanan atau memang kesengajaan karena tidak paham.
PSSI dan PT LIB seharusnya sudah bisa memetakan pertandingan yang berpotensi ricuh, sehingga bisa mengantisipasinya. "Hukuman berat terhadap tim-tim yang merugikan seperti ini harus tegas, jangan hanya lip service," kata Ryano.
Lihat Juga: Tak Sesuai Kesepakatan, Pembongkaran Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Malang Timbulkan Polemik
"KNPI berduka atas tragedi di Stadion Kanjuruhan. Harus ada yang harus bertanggung jawab mulai dari panitia, pengurus klub, Kapolres, Kapolda, Kapolri bahkan Menpora, terhadap peristiwa pilu kelam tersebut, agar memberi efek jera dan menjadi pembelajaran sejarah," kata Ketua Umum DPP KNPI M Ryano Panjaitan, Minggu (2/10/2022).
KNPI meminta polisi memberikan pelatihan kepada anggota Polri agar bertindak humanis dan tidak berlaku represif dalam menghadapi masyarakat di lapangan. Polri harus segera berbenah dengan melakukan reformasi kultural. Sebab, dalam video yang beredar di media sosial, terlihat aksi represif polisi menembaki suporter dengan gas air mata.
"Sebaiknya Polri dan aparatur lainnya harus melakukan pelatihan-pelatihan lapangan dan stop tindakan represif kepada masyarakat. Terlalu banyak kekerasan bahkan kejahatan polisi dengan kekerasan fisik terhadap masyarakat sipil, mulai dari salah tangkap, penganiayaan di sel, membanting demonstran, dan masih banyak daftarnya bila diriset," ujar alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini.
Menurut Ryano, bukan hanya Polri, tapi semua stakeholder juga harus berbenah dan bertanggung jawab terkait tragedi ini. Presiden Jokowi pun sudah memerintah Kapolri mengusut tuntas peristiwa ini. "Karena sudah jatuh korban nyawa yang menjadi rekor dunia sepanjang sejarah. Ada beberapa pihak yang harus diperiksa," ujarnya.
Panitia pelaksana pertandingan, apakah melaksanakan pertandingan sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh LIB sebagai operator liga dan juga panitia gugus Covid-19. "Karena sekarang status pandemi belum dicabut, sehingga pasti ada pembatasan jumlah penonton. Namun yang terlihat jumlah penonton sangat membeludak, sehingga harus diperiksa apakah ada kelalaian atau kesengajaan terkait mobilisasi penonton yang akhirnya membuat situasi menjadi tidak kondusif," katanya.
Baca juga: Mencekam dan Mengerikan, Ini Cerita Suporter yang Selamat dari Tragedi Kanjuruhan
Selanjutnya, apakah tim Polri sudah paham mengenai SOP pengamanan pertandingan olahraga, khususnya sepak bola? Apakah ada kelalaian dari tim pengamanan atau memang kesengajaan karena tidak paham.
PSSI dan PT LIB seharusnya sudah bisa memetakan pertandingan yang berpotensi ricuh, sehingga bisa mengantisipasinya. "Hukuman berat terhadap tim-tim yang merugikan seperti ini harus tegas, jangan hanya lip service," kata Ryano.
Lihat Juga: Tak Sesuai Kesepakatan, Pembongkaran Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Malang Timbulkan Polemik
(abd)
tulis komentar anda