Batasan Umur Capres Kembali Diperdebatkan, Fadil Zon: Calon Terbaik Tidak Dapat Tiket
Minggu, 02 Oktober 2022 - 00:02 WIB
Meski sebenarnya aturan itu bisa dilakukan dengan revisi. Namun DPR periode 2019-2024 memilih tidak membahas, merevisi perubahan. “Jadi karena tidak ada revisi, jadi berlaku," tambahnya.
Senada anggota DPR lainnya, Hillary Brigitta menyebutkan, batasan umur harusnya tidak ada dalam pencalonan pemimpin Indonesia. Ia malahan mengkritisi syarat minimal ijazah SMA bagi masyarakat yang ingin mencalonkan diri.
“Jadi saya pribadi kalau bisa memang 21 ya 21, tapi kalau bisa jangan lulusan SMA,” katanya dalam diskusi itu.
Terlepas dari itu, ia menilai, hitungan politik tidak akan muncul selama calon tidak menguntungkan. Ia menganalogikan bila saat ini sulit rasanya tokoh di luar pulau Jawa untuk menjadi presiden, sebab umumnya partai hanya akan melakukan perhitungan mereka yang berpotensi menang.
"Sebagai contoh saya, saya keturunan China, asli Manado. Sehebat apapun saya, mungkin sulit untuk diajukan oleh partai saya. Apalagi menang menjadi pemimpin. Apalagi umur saya masih muda," katanya sembari mengomentari batasan umur dalam pencalonan Presiden.
Selaras tak jauh berbeda diungkapkan anggota Fraksi Golkar, Putri Komaruddin. Anak dari mantan petinggi Golkar Ade Komaruddin ini mengungkapkan, sistem ini akan tetap berjalan pada pemilu terdekat.
Meski demikian, Putri enggan pesimis dan mengajak anak muda untuk partisipasi dalam pemilu mendatang. Sebab merujuk dari survei terungkap bila kedepannya 60 milenial dan generasi Z memiliki peran penting di pemilu.
"Jika ingin mengubah sistem yah mau tidak mau harus masuk dalam sistem," kata sembari menegaskan Partainya saat ini tengah membuka kaderisasi kepada anak muda.
Menurutnya dengan terjunnya sejumlah anak muda dalam kompetisi akan memberikan warna. Terlebih ketika para anak muda itu masuk dalam parlemen, maka aspirasi yang kerap di ungkapkan mulai dari isu tenaga kerja, lingkungan, hingga lain lain kian mudah di kampanyekan.
Dari sini, Putri berpendapat bukan tidak mungkin Indonesia akan memiliki tokoh politik berjiwa muda.
Senada anggota DPR lainnya, Hillary Brigitta menyebutkan, batasan umur harusnya tidak ada dalam pencalonan pemimpin Indonesia. Ia malahan mengkritisi syarat minimal ijazah SMA bagi masyarakat yang ingin mencalonkan diri.
“Jadi saya pribadi kalau bisa memang 21 ya 21, tapi kalau bisa jangan lulusan SMA,” katanya dalam diskusi itu.
Terlepas dari itu, ia menilai, hitungan politik tidak akan muncul selama calon tidak menguntungkan. Ia menganalogikan bila saat ini sulit rasanya tokoh di luar pulau Jawa untuk menjadi presiden, sebab umumnya partai hanya akan melakukan perhitungan mereka yang berpotensi menang.
"Sebagai contoh saya, saya keturunan China, asli Manado. Sehebat apapun saya, mungkin sulit untuk diajukan oleh partai saya. Apalagi menang menjadi pemimpin. Apalagi umur saya masih muda," katanya sembari mengomentari batasan umur dalam pencalonan Presiden.
Selaras tak jauh berbeda diungkapkan anggota Fraksi Golkar, Putri Komaruddin. Anak dari mantan petinggi Golkar Ade Komaruddin ini mengungkapkan, sistem ini akan tetap berjalan pada pemilu terdekat.
Meski demikian, Putri enggan pesimis dan mengajak anak muda untuk partisipasi dalam pemilu mendatang. Sebab merujuk dari survei terungkap bila kedepannya 60 milenial dan generasi Z memiliki peran penting di pemilu.
"Jika ingin mengubah sistem yah mau tidak mau harus masuk dalam sistem," kata sembari menegaskan Partainya saat ini tengah membuka kaderisasi kepada anak muda.
Menurutnya dengan terjunnya sejumlah anak muda dalam kompetisi akan memberikan warna. Terlebih ketika para anak muda itu masuk dalam parlemen, maka aspirasi yang kerap di ungkapkan mulai dari isu tenaga kerja, lingkungan, hingga lain lain kian mudah di kampanyekan.
Baca Juga
Dari sini, Putri berpendapat bukan tidak mungkin Indonesia akan memiliki tokoh politik berjiwa muda.
Lihat Juga :
tulis komentar anda