Mengubah Perilaku untuk Indonesia Bersih dan Bebas Sampah 2025

Sabtu, 01 Oktober 2022 - 05:41 WIB
Disampaikan juga dalam rapat terbatas perlu ada terobosan dalam membangun sistem yang terpadu mulai dari rumah tangga dan pasar, pemilahan, penjemputan, hingga sampai tempat pembuangan akhir (TPA). Maka, untuk mendorong percepatan pengolahan sampah dicanangkan Indonesia Bersih dan Bebas Sampah 2025, sebagai visi misi gerakan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah.

Manajemen Sampah Zero (Masaro) ITB

Pentingnya mengendalikan dan mengolah sampah untuk kebaikan lingkungan hidup mendorong Akhmad Zainal Abidin selaku dosen KK Perancangan Produk Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penelitian membangun teknologi untuk pelatihan pengelolaan sampah dengan zero waste. Ini untuk mengubah kebiasaan yang pada awalnya adalah cost center, yaitu "kumpul-angkut-buang" menjadi profit center, yaitu "pilah-angkut-proses-jual".

Dikatakan bahwa sampah dapat dimanfaatkan dan menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi. Sampah yang tercampur aduk itu beban, tetapi sampah yang terpilah adalah aset.

Terdapat lima prinsip penerapan teknologi Masaro-ITB, yaitu pemilahan sampah langsung di sumber, pengolahan sampah di dekat sumber, melibatkan partisipasi masyarakat, pemerintah, dan industri, penerapan teknologi ramah lingkungan, dan pembuatan manajemen untuk program keberlanjutan.

Teknologi Masaro membagi sampah dari masyarakat menjadi lima kategori, yakni sampah mudah membusuk, sampah sulit membusuk, sampah daur ulang termasuk plastik, kaca, kertas, sampah nondaur ulang, yaitu plastik film (biodegradable, oxodegradable), logam, kemudian jenis sampah waste to energy (WTE), dan terakhir adalah sampah B2 (bahan-berbahaya).

Manajemen Sampah Zero (Masaro-ITB) akan menghasilkan produk-produk berupa media tanam, pengawet kayu, pestisida organik, bahan bakar, kompos, pupuk organik cair istimewa, konsentrat organik cair istimewa, Biopestisida dan Biokomposer.

Hal yang menarik pada sistem Masaro, yaitu pengelolaan sampah dilakukan pada sumber awal munculnya timbulan sampah, yaitu berasal rumah tangga, pasar modern dan tradisional, serta perkantoran. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah rumah tangga menduduki porsi terbesar, yaitu 40,8%, pasar modern 18,2%, tradisional 17,3%, dan perkantoran 8,2%.

Sementara dari jenis timbulan sampah diperoleh data terbesar adalah 40% sisa makanan, 17,4% plastik, 13,1% kayu, ranting/daun, 11,4% kertas, karton.

Karena sistem Masaro dalam pembangunannya bergerak dari sumber munculnya sampah, tentu saja dapat dibangun di atas lahan yang tidak perlu luas sehingga dapat dibangun di kecamatan maupun kompleks perumahan besar, pusat perniagaan, dan pasar.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More