Berpihak Kepada Petani

Sabtu, 24 September 2022 - 08:35 WIB
Keberpihakan Kita

Di Indonesia, pada setiap masa, muncul pemimpin yang secara nyata berpihak kepada kaum tani. Di era kolonial, ideologi Marhaenisme dilahirkan oleh Soekarno sebagai bentuk keberpihakan kepada petani dan buruh tani. Bahkan tahun 1952 di Kampus IPB, Soekarno mengatakan, "Pertanian adalah soal hidup matinya sebuah bangsa."

Begitu pula Ulama Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Ashari menegaskan keberpihakannya kepada petani dengan mengutip tulisan Muntaha dari kitab Amalil Khuthaba, "Petani adalah benteng terakhir bagi pertahanan negeri".

Di era Orde Baru pembangunan infrastruktur pertanian menjadi prioritas pembangunan nasional. Sementara pada periode Presiden Joko Widodo (Jokowi), keberpihakan pemerintah ditunjukkan dengan menjalankan program strategis untuk mendongkrak produksi dan kesejahteraan petani dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan.

Program strategis tersebut dilakukan melalui transformasi pertanian kita menjadi modern dengan perubahan paradigma petani menjadi agripreneur. Dalam konsep ini, petani tidak lagi menjadi 'buruh', tetapi pemilik usaha tani.

Sebagai agripreneur, petani tidak hanya berkutat di bagian produksi, tetapi juga menguasai keseluruhan sistem agrobisnis dari hulu hingga hilir. Untuk melahirkan agripreneur, Kementerian Pertanian telah menargetkan pencetakan jutaan petani muda dan regenerasi petani.

Dalam beberapa kesempatan, Presiden Jokowi juga meminta masyarakat Indonesia menerapkan budaya tidak membuang makanan (food waste). Presiden mengharapkan masyarakat memperkuat budaya baru, yaitu menghargai setiap makanan yang sudah diambil.

Perlu diketahui, setiap tahun sampah makanan di Indonesia mencapai 1,3 juta ton atau 300 kg/orang. Jika dirupiahkan, total sampah makanan tersebut mencapai sekitar Rp27 triliun. Ironisnya, 19,6 juta penduduk Indonesia masih kekurangan gizi. Jika dikonsumsi, Rp27 triliun itu dapat memberi makan 28 juta orang/tahun. Jadi, food waste menjadi perbuatan mubazir.

Daniel Webster, seorang negarawan terkemuka Amerika Serikat mengatakan, “Janganlah kita lupa pertanian adalah pekerjaan manusia yang paling penting. Ketika pekerjaan pengolahan tanah dimulai, pertanian dimulai, seni dan kehidupan lain-lain mengikuti. Oleh karena itu, para petani adalah pendiri peradaban manusia.”

Maka, perayaan Hari Tani Nasional adalah upaya mengingat dan menjaga keberpihakan kepada petani yang sudah memenuhi keperluan pangan dan hasil pertanian lainnya. Seluruh stakeholder sektor pertanian diingatkan untuk terus perupaya dan bekerja untuk kesejahteraan petani.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More