Profil Raymond Westerling, Pemimpin Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil
Rabu, 31 Agustus 2022 - 17:37 WIB
Aksi pertamanya dilakukan di Kampung Betua dengan menangkap beberapa orang yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan pada 12 Desember 1946.
Kemudian Westerling memerintahkan untuk membunuh semua orang yang diduga sebagai pejuang kemerdekaan di depan umum. Peristiwa ini adalah awal teror yang dilakukannya.
Penyiksaan hingga pembakaran rumah warga kerap dilakukannya hanya karena kecurigaan semata. Sempat dikatakan bahwa kesadisan ini telah menelan sekitar 40.000 korban.
Kontribusinya terhadap pemerintah Belanda ini sempat mendapat pujian. Namun setelah mengetahui tentang operasinya yang banyak melanggar HAM membuatnya harus diberhentikan pada 16 November 1948.
Setelah diberhentikan, Westerling membentuk sebuah organisasi perang bernama APRA yang melancarkan aksinya di Bandung pada 23 Januari 1950.
Baca juga : Sejarah Pemberontakan APRA Lengkap dengan Latar Belakangnya
Banyak yang mengaitkan bahwa aksinya dalam mengkudeta presiden Ir Soekarno ini karena termakan ambisi politik Pangeran Bernhard yang ingin mengambil alih kekuasaan Indonesia.
Akibat dari pemberontakannya ini banyak oknum TNI yang tewas. Karena dalam terornya, Westerling akan membunuh siapa saja anggota TNI yang ditemui.
Setelah gerakannya digagalkan oleh pemerintah Indonesia, Westerling lalu melarikan diri dan bersembunyi dengan cara berpindah tempat. Dia pun sempat menjadi buronan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
Setelah pelarian panjangnya, Westerling pada akhirnya kembali ke Belanda. Dia sempat banyak mendapat tuntutan terutama dari Indonesia terkait ulahnya. Namun dia masih diselamatkan oleh pemerintah Belanda yang melindunginya.
Kemudian Westerling memerintahkan untuk membunuh semua orang yang diduga sebagai pejuang kemerdekaan di depan umum. Peristiwa ini adalah awal teror yang dilakukannya.
Penyiksaan hingga pembakaran rumah warga kerap dilakukannya hanya karena kecurigaan semata. Sempat dikatakan bahwa kesadisan ini telah menelan sekitar 40.000 korban.
Kontribusinya terhadap pemerintah Belanda ini sempat mendapat pujian. Namun setelah mengetahui tentang operasinya yang banyak melanggar HAM membuatnya harus diberhentikan pada 16 November 1948.
Setelah diberhentikan, Westerling membentuk sebuah organisasi perang bernama APRA yang melancarkan aksinya di Bandung pada 23 Januari 1950.
Baca juga : Sejarah Pemberontakan APRA Lengkap dengan Latar Belakangnya
Banyak yang mengaitkan bahwa aksinya dalam mengkudeta presiden Ir Soekarno ini karena termakan ambisi politik Pangeran Bernhard yang ingin mengambil alih kekuasaan Indonesia.
Akibat dari pemberontakannya ini banyak oknum TNI yang tewas. Karena dalam terornya, Westerling akan membunuh siapa saja anggota TNI yang ditemui.
Setelah gerakannya digagalkan oleh pemerintah Indonesia, Westerling lalu melarikan diri dan bersembunyi dengan cara berpindah tempat. Dia pun sempat menjadi buronan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
Setelah pelarian panjangnya, Westerling pada akhirnya kembali ke Belanda. Dia sempat banyak mendapat tuntutan terutama dari Indonesia terkait ulahnya. Namun dia masih diselamatkan oleh pemerintah Belanda yang melindunginya.
tulis komentar anda