Menjauhi Jurang Resesi Ekonomi

Kamis, 18 Agustus 2022 - 10:56 WIB
Subsidi energi membuat inflasi Indonesia lebih terkendali dibandingkan negara-negara lain. Tingkat inflasi pada Juli tercatat sebesar 4,94%, jauh di bawah Amerika Serikat 9,1 persen, Inggris 8,2% Korea Selatan 6,1%, dan Uni Eropa 9,6%.

Capaian impresif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022 ini juga menepis pesimisme dan sinisme sejumlah pihak di dalam negeri terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Bahkan, pada titik tertentu mereka kondisi ekonomi Indonesia saat ini dengan krisis ekonomi tengah terjadi di Sri Lanka. Krisis hebat Sri Lanka tersebut memunculkan analisis sejumlah bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini, di mana juga memiliki jumlah utang luar negeri tinggi, sehingga akan mengalami krisis seperti di Sri Lanka.

Merujuk data Kementerian Keuangan hingga 31 Mei 2022 posisi utang mencapai Rp7.002,24 triliun, dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto sebesar 38,88%. Realisasi utang itu naik 9,1% dibandingkan realisasi posisi utang utang pada Mei 2021 sebesar Rp6.418,5 triliun. Inilah pangkal kemunculan dari analisis perbandingan kondisi Indonesia saat ini dengan krisis tengah dialami oleh Sri Lanka.

Sebagai sebuah analisa tentu saja itu sah untuk dilontarkan oleh siapa pun. Namun, apakah krisis Sri Lanka akan juga dialami oleh Indonesia karena semata-mata didasarkan pada kondisi nilai utang luar negeri Indonesia?

Harus dilihat bagaimana kondisi pertumbuhan ekonomi sebuah negara untuk menilai apakah negera tersebut akan gagal dalam utang luar negeri atau tidak. Selama negara tersebut masih memiliki pertumbuhan ekonomi positif dan utang luar negeri terus diusahakan turun, besar kemungkinan negara itu akan mampu bertahan lolos dari jeratan utang dan ketidakpastian ekonomi di masa depan.

Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesiaa saat ini sebagaimana capaian pada kuartal II 2022 tersebut menegaskan tren tumbuh di atas 5% secara beruntun selama tiga kuartal terakhir. Sebelum ini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 sebesar 5,1%. Tren positif ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah kembali pada jalur semula seperti sebelum dihantam pandemi Covid-19.

Lalu bagaimana utang luar negeri Indonesia? Merujuk data Kementerian Keuangan hingga 31 Mei 2022 utang Indonesia mencapai Rp7.002,24 triliun, dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto sebesar 38,88%. Realisasi utang itu naik 9,1% persen dibandingkan realisasi posisi utang pada Mei 2021 sebesar Rp 6.418,5 triliun. Adapun bila dibandingkan dengan posisi utang pada April 2022 turun 0,54% di mana saat itu mencapai Rp7.040,32 triliun.

Selain itu, harus dipahami juga posisi rasio utang terhadap produk domestik bruto 38,88% berada dalam kategori aman. Kondisi itu sangat jauh apabila dibandingkan dengan Sri Lanka dimana rasio utang terhadap produk domestik bruto lebih dari 100%.

Apabila dibedah lebih jauh sebagian besar utang Indonesia berupa surat berharga negara berdenominasi rupiah. Merujuk data Kementerian Keuangan, komposisi utang hingga 31 Mei 2022 berasal dari penarikan Surat Berharga Negara sebesar Rp 6.175,83 triliun atau mencapai 88,20%. Dalam bentuk rupiah domestik sebesar Rp4.934,56 triliun di mana berasal dari penerbitan Surat Utang Negara sebesar Rp4.055,03 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara Rp879,53 triliun.

Kemudian komposisi utang Indonesia berasal dari pinjaman senilai Rp 826,41 triliun atau mencapai 11,8%. Ini terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp14,74 triliun dan utang berasal pinjaman luar negeri sebesar Rp 811,67 triliun. Adapun utang luar negeri terdiri dari pinjaman bilateral Rp280,32 triliun, pinjaman multilateral Rp488,62 triliun, commercial banks Rp42,72 triliun.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More