Bantuan Mengalir, Solidaritas Internasional Dukung RI Atasi Corona
Senin, 27 April 2020 - 06:45 WIB
Doni mengajak masyarakat menjadikan bulan suci Ramadan sebagai momen untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Menurut dia, cepat atau lambatnya berakhir pandemi Covid-19 ini tergantung tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan. “Semakin disiplin semakin cepat wabah berakhir. Lakukanlah salat lima waktu, salat sunah, salat tarawih bersama keluarga di rumah saja serta tidak mudik dan tidak melakukan kegiatan berkumpul dalam bentuk apa pun. Apabila dilaksanakan dengan baik, Anda telah menjadi pahlawan bagi diri sendiri dan keluarga, serta masyarakat di sekitarnya,” tambah Doni.
Percepat Vaksin
Dunia terus bahu membahu bersama mengatasi pandemi korona. Kemarin, para pemimpin dunia bersepakat mempercepat pengadaan obat dan vaksin virus Covid-19. Pada saat bersamaan WHO meminta vaksin dan obat Covid-19 harus diakses semua negara di dunia. Namun, Amerika Serikat (AS) tidak ikut ambil bagian dalam inisiatif yang diluncurkan WHO tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa merupakan pemimpin dunia yang bergabung dengan apa yang disebut WHO sebagai “kolaborasi bersama” untuk memerangi pandemi corona. Kesepakatan itu bertujuan untuk mempercepat pengembangan obat Covid-19 yang aman dan efektif, serta vaksin untuk mencegah virus tersebut.
“Kita menghadapi ancaman nyata di mana kita hanya bisa mengalahkan dengan pendekatan bersama,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir Reuters. “Pengalaman mengatakan kepada kita bahwa ketika obat dan vaksin tersebut tersedia, mereka akan bisa diakses oleh semuanya.”
Hal itu belajar dari kasus pandemi flu burung H1N1 pada 2009, saat distribusi vaksin tidak merata karena hanya negara kaya yang mampu membeli. “Kita harus menjamin seorang orang bisa mendapatkannya,” kata Peter Sands, kepala Global Fund untuk Memerangi AIDS, Turberkolosis, dan Malaria. “Belajar pengalaman dari AIDS, terlalu banyak orang meninggal sebelum obatnya bisa diakses secara luas,” paparnya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, tujuan upaya global sejak 4 Mei telah mengumpulkan dana USD8,10 miliar untuk pencegahan, diagnosis, dan perawatan pasien Covid-19. “Itu hanya langkah awal, tetapi perlu langkah lebih lanjut di masa depan,” kata Von der Leyen.
Para pemimpin dari Asia, Timur Tengah, dan Benua Amerika juga bergabung dalam kolaborasi. Tapi, beberapa negara besar seperti China, India, dan Rusia tidak berpartisipasi.
Juru bicara misi AS di Jenewa mengatakan kepada Reuters bahwa AS tidak akan berkontribusi dalam kolaborasi global itu. “Meskipun AS tidak hadir dalam pertemuan itu, tidak perlu diragukan lagi tekad kami dalam memimpin permasalahan kesehatan global, termasuk Covid-19,” katanya. Ketidakikutan AS karena mereka memang meragukan langkah WHO yang gagal dalam meredam pandemi tersebut. (Andika H Mustaqim/Binti Mufarida/Shamil)
Percepat Vaksin
Dunia terus bahu membahu bersama mengatasi pandemi korona. Kemarin, para pemimpin dunia bersepakat mempercepat pengadaan obat dan vaksin virus Covid-19. Pada saat bersamaan WHO meminta vaksin dan obat Covid-19 harus diakses semua negara di dunia. Namun, Amerika Serikat (AS) tidak ikut ambil bagian dalam inisiatif yang diluncurkan WHO tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa merupakan pemimpin dunia yang bergabung dengan apa yang disebut WHO sebagai “kolaborasi bersama” untuk memerangi pandemi corona. Kesepakatan itu bertujuan untuk mempercepat pengembangan obat Covid-19 yang aman dan efektif, serta vaksin untuk mencegah virus tersebut.
“Kita menghadapi ancaman nyata di mana kita hanya bisa mengalahkan dengan pendekatan bersama,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir Reuters. “Pengalaman mengatakan kepada kita bahwa ketika obat dan vaksin tersebut tersedia, mereka akan bisa diakses oleh semuanya.”
Hal itu belajar dari kasus pandemi flu burung H1N1 pada 2009, saat distribusi vaksin tidak merata karena hanya negara kaya yang mampu membeli. “Kita harus menjamin seorang orang bisa mendapatkannya,” kata Peter Sands, kepala Global Fund untuk Memerangi AIDS, Turberkolosis, dan Malaria. “Belajar pengalaman dari AIDS, terlalu banyak orang meninggal sebelum obatnya bisa diakses secara luas,” paparnya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, tujuan upaya global sejak 4 Mei telah mengumpulkan dana USD8,10 miliar untuk pencegahan, diagnosis, dan perawatan pasien Covid-19. “Itu hanya langkah awal, tetapi perlu langkah lebih lanjut di masa depan,” kata Von der Leyen.
Para pemimpin dari Asia, Timur Tengah, dan Benua Amerika juga bergabung dalam kolaborasi. Tapi, beberapa negara besar seperti China, India, dan Rusia tidak berpartisipasi.
Juru bicara misi AS di Jenewa mengatakan kepada Reuters bahwa AS tidak akan berkontribusi dalam kolaborasi global itu. “Meskipun AS tidak hadir dalam pertemuan itu, tidak perlu diragukan lagi tekad kami dalam memimpin permasalahan kesehatan global, termasuk Covid-19,” katanya. Ketidakikutan AS karena mereka memang meragukan langkah WHO yang gagal dalam meredam pandemi tersebut. (Andika H Mustaqim/Binti Mufarida/Shamil)
(ysw)
tulis komentar anda