Bantuan Mengalir, Solidaritas Internasional Dukung RI Atasi Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Solidaritas internasional berdatangan membantu Indonesia mengatasi pandemi corona (Covid-10). Selain donasi, bantuan dimaksud juga berupa bantuan material berupa peralatan kesehatan.
Hingga kemarin bantuan internasional tercatat datang dari 9 negara sahabat, 9 organisasi internasional, dan 70 organisasi nonpemerintah. Bantuan dikoordinasikan Kementerian Luar (Kemlu) dan selanjutnya dikelola Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo dalam siaran persnya mengungkapkan, kesembilan negara tersebut Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Vietnam, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Uni Emirat Arab. Adapun organisasi internasional yang memberi dukungan adalah WHO, ADB, IAEA, UNDP, IOM, Global Fund, Unicef, IDB, dan Uni Eropa.
Selain itu, organisasi-organisasi nonpemerintah yang membantu merupakan lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di 12 negara seperti RRT, Singapura, AS, Korea Selatan, Vietnam, Prancis, Rusia, Jerman, Jepang, Swedia, Swiss, dan Arab Saudi. “Total nilai dukungan yang diterima Pemerintah Indonesia adalah USD77,49 juta. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi dan terima kasih atas dukungan terhadap masyarakat Indonesia dalam memerangi pandemi,” ujar Agus.
Dukungan diberikan dalam berbagai bentuk. Ada sumbangan dana, barang, atau dukungan teknis. Dari nilai dukungan, tiga pemberi dukungan terbesar yakni Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, dukungan yang telah diterima oleh Kemlu belum semua terealisasi. Sejauh ini bantuan internasional yang baru terealisasi sebesar USD25,10 juta. Selain itu, Kemlu juga memfasilitasi dukungan internasional secara bilateral yang melibatkan 13 entitas senilai USD10,9 juta.
Selain donasi dari luar negeri, tambah Agus, Indonesia juga mendapatkan bantuan material kesehatan berupa alat pelindung diri (APD), ventilator, RT-PCR dan reagen, termometer dan virus transport medium (VTM). “Dari bantuan tersebut, masker, rapid test dan APD merupakan jenis bantuan paling banyak diterima oleh Indonesia,” katanya.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, Indonesia saat ini tengah diuji dengan pandemi virus corona. Namun, dia mengajak bangsa ini tidak perlu merasa pesimistis. Apalagi negeri ini sudah teruji dengan berbagai masalah bangsa sebelumnya. “Kita sudah teruji di dalam banyak masalah dan kita memang adalah bangsa yang tangguh untuk menghadapi masalah seperti ini,” katanya di Jakarta kemarin.
Yuri mengapresiasi masyarakat Indonesia selalu mampu untuk bersatu, juga selalu mampu untuk memikul tanggung jawab bersama. Bahkan, selalu memiliki dorongan untuk memberikan kesempatan untuk menolong sesama. ”Serta adanya berbagai uluran tangan untuk bantuan kemanusiaan. Sikap gotong-royong sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti ini, bila ada warga negara yang bergejala Covid-19,” tambahnya.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengajak seluruh masyarakat berpartisipasi memutus mata rantai penyebaran korona. Langkah ini bisa dilakukan dengan tetap di rumah. ”Kita bekerja, belajar, dan beribadah, serta melakukan aktivitas lain di rumah. Tetap jaga jarak dan hindari kerumunan. Gunakan masker dan sering cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, serta tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut,” katanya.
Doni mengajak masyarakat menjadikan bulan suci Ramadan sebagai momen untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Menurut dia, cepat atau lambatnya berakhir pandemi Covid-19 ini tergantung tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan. “Semakin disiplin semakin cepat wabah berakhir. Lakukanlah salat lima waktu, salat sunah, salat tarawih bersama keluarga di rumah saja serta tidak mudik dan tidak melakukan kegiatan berkumpul dalam bentuk apa pun. Apabila dilaksanakan dengan baik, Anda telah menjadi pahlawan bagi diri sendiri dan keluarga, serta masyarakat di sekitarnya,” tambah Doni.
Percepat Vaksin
Dunia terus bahu membahu bersama mengatasi pandemi korona. Kemarin, para pemimpin dunia bersepakat mempercepat pengadaan obat dan vaksin virus Covid-19. Pada saat bersamaan WHO meminta vaksin dan obat Covid-19 harus diakses semua negara di dunia. Namun, Amerika Serikat (AS) tidak ikut ambil bagian dalam inisiatif yang diluncurkan WHO tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa merupakan pemimpin dunia yang bergabung dengan apa yang disebut WHO sebagai “kolaborasi bersama” untuk memerangi pandemi corona. Kesepakatan itu bertujuan untuk mempercepat pengembangan obat Covid-19 yang aman dan efektif, serta vaksin untuk mencegah virus tersebut.
“Kita menghadapi ancaman nyata di mana kita hanya bisa mengalahkan dengan pendekatan bersama,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir Reuters. “Pengalaman mengatakan kepada kita bahwa ketika obat dan vaksin tersebut tersedia, mereka akan bisa diakses oleh semuanya.”
Hal itu belajar dari kasus pandemi flu burung H1N1 pada 2009, saat distribusi vaksin tidak merata karena hanya negara kaya yang mampu membeli. “Kita harus menjamin seorang orang bisa mendapatkannya,” kata Peter Sands, kepala Global Fund untuk Memerangi AIDS, Turberkolosis, dan Malaria. “Belajar pengalaman dari AIDS, terlalu banyak orang meninggal sebelum obatnya bisa diakses secara luas,” paparnya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, tujuan upaya global sejak 4 Mei telah mengumpulkan dana USD8,10 miliar untuk pencegahan, diagnosis, dan perawatan pasien Covid-19. “Itu hanya langkah awal, tetapi perlu langkah lebih lanjut di masa depan,” kata Von der Leyen.
Para pemimpin dari Asia, Timur Tengah, dan Benua Amerika juga bergabung dalam kolaborasi. Tapi, beberapa negara besar seperti China, India, dan Rusia tidak berpartisipasi.
Juru bicara misi AS di Jenewa mengatakan kepada Reuters bahwa AS tidak akan berkontribusi dalam kolaborasi global itu. “Meskipun AS tidak hadir dalam pertemuan itu, tidak perlu diragukan lagi tekad kami dalam memimpin permasalahan kesehatan global, termasuk Covid-19,” katanya. Ketidakikutan AS karena mereka memang meragukan langkah WHO yang gagal dalam meredam pandemi tersebut. (Andika H Mustaqim/Binti Mufarida/Shamil)
Hingga kemarin bantuan internasional tercatat datang dari 9 negara sahabat, 9 organisasi internasional, dan 70 organisasi nonpemerintah. Bantuan dikoordinasikan Kementerian Luar (Kemlu) dan selanjutnya dikelola Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo dalam siaran persnya mengungkapkan, kesembilan negara tersebut Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Vietnam, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Uni Emirat Arab. Adapun organisasi internasional yang memberi dukungan adalah WHO, ADB, IAEA, UNDP, IOM, Global Fund, Unicef, IDB, dan Uni Eropa.
Selain itu, organisasi-organisasi nonpemerintah yang membantu merupakan lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di 12 negara seperti RRT, Singapura, AS, Korea Selatan, Vietnam, Prancis, Rusia, Jerman, Jepang, Swedia, Swiss, dan Arab Saudi. “Total nilai dukungan yang diterima Pemerintah Indonesia adalah USD77,49 juta. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi dan terima kasih atas dukungan terhadap masyarakat Indonesia dalam memerangi pandemi,” ujar Agus.
Dukungan diberikan dalam berbagai bentuk. Ada sumbangan dana, barang, atau dukungan teknis. Dari nilai dukungan, tiga pemberi dukungan terbesar yakni Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, dukungan yang telah diterima oleh Kemlu belum semua terealisasi. Sejauh ini bantuan internasional yang baru terealisasi sebesar USD25,10 juta. Selain itu, Kemlu juga memfasilitasi dukungan internasional secara bilateral yang melibatkan 13 entitas senilai USD10,9 juta.
Selain donasi dari luar negeri, tambah Agus, Indonesia juga mendapatkan bantuan material kesehatan berupa alat pelindung diri (APD), ventilator, RT-PCR dan reagen, termometer dan virus transport medium (VTM). “Dari bantuan tersebut, masker, rapid test dan APD merupakan jenis bantuan paling banyak diterima oleh Indonesia,” katanya.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, Indonesia saat ini tengah diuji dengan pandemi virus corona. Namun, dia mengajak bangsa ini tidak perlu merasa pesimistis. Apalagi negeri ini sudah teruji dengan berbagai masalah bangsa sebelumnya. “Kita sudah teruji di dalam banyak masalah dan kita memang adalah bangsa yang tangguh untuk menghadapi masalah seperti ini,” katanya di Jakarta kemarin.
Yuri mengapresiasi masyarakat Indonesia selalu mampu untuk bersatu, juga selalu mampu untuk memikul tanggung jawab bersama. Bahkan, selalu memiliki dorongan untuk memberikan kesempatan untuk menolong sesama. ”Serta adanya berbagai uluran tangan untuk bantuan kemanusiaan. Sikap gotong-royong sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti ini, bila ada warga negara yang bergejala Covid-19,” tambahnya.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengajak seluruh masyarakat berpartisipasi memutus mata rantai penyebaran korona. Langkah ini bisa dilakukan dengan tetap di rumah. ”Kita bekerja, belajar, dan beribadah, serta melakukan aktivitas lain di rumah. Tetap jaga jarak dan hindari kerumunan. Gunakan masker dan sering cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, serta tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut,” katanya.
Doni mengajak masyarakat menjadikan bulan suci Ramadan sebagai momen untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Menurut dia, cepat atau lambatnya berakhir pandemi Covid-19 ini tergantung tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan. “Semakin disiplin semakin cepat wabah berakhir. Lakukanlah salat lima waktu, salat sunah, salat tarawih bersama keluarga di rumah saja serta tidak mudik dan tidak melakukan kegiatan berkumpul dalam bentuk apa pun. Apabila dilaksanakan dengan baik, Anda telah menjadi pahlawan bagi diri sendiri dan keluarga, serta masyarakat di sekitarnya,” tambah Doni.
Percepat Vaksin
Dunia terus bahu membahu bersama mengatasi pandemi korona. Kemarin, para pemimpin dunia bersepakat mempercepat pengadaan obat dan vaksin virus Covid-19. Pada saat bersamaan WHO meminta vaksin dan obat Covid-19 harus diakses semua negara di dunia. Namun, Amerika Serikat (AS) tidak ikut ambil bagian dalam inisiatif yang diluncurkan WHO tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa merupakan pemimpin dunia yang bergabung dengan apa yang disebut WHO sebagai “kolaborasi bersama” untuk memerangi pandemi corona. Kesepakatan itu bertujuan untuk mempercepat pengembangan obat Covid-19 yang aman dan efektif, serta vaksin untuk mencegah virus tersebut.
“Kita menghadapi ancaman nyata di mana kita hanya bisa mengalahkan dengan pendekatan bersama,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir Reuters. “Pengalaman mengatakan kepada kita bahwa ketika obat dan vaksin tersebut tersedia, mereka akan bisa diakses oleh semuanya.”
Hal itu belajar dari kasus pandemi flu burung H1N1 pada 2009, saat distribusi vaksin tidak merata karena hanya negara kaya yang mampu membeli. “Kita harus menjamin seorang orang bisa mendapatkannya,” kata Peter Sands, kepala Global Fund untuk Memerangi AIDS, Turberkolosis, dan Malaria. “Belajar pengalaman dari AIDS, terlalu banyak orang meninggal sebelum obatnya bisa diakses secara luas,” paparnya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, tujuan upaya global sejak 4 Mei telah mengumpulkan dana USD8,10 miliar untuk pencegahan, diagnosis, dan perawatan pasien Covid-19. “Itu hanya langkah awal, tetapi perlu langkah lebih lanjut di masa depan,” kata Von der Leyen.
Para pemimpin dari Asia, Timur Tengah, dan Benua Amerika juga bergabung dalam kolaborasi. Tapi, beberapa negara besar seperti China, India, dan Rusia tidak berpartisipasi.
Juru bicara misi AS di Jenewa mengatakan kepada Reuters bahwa AS tidak akan berkontribusi dalam kolaborasi global itu. “Meskipun AS tidak hadir dalam pertemuan itu, tidak perlu diragukan lagi tekad kami dalam memimpin permasalahan kesehatan global, termasuk Covid-19,” katanya. Ketidakikutan AS karena mereka memang meragukan langkah WHO yang gagal dalam meredam pandemi tersebut. (Andika H Mustaqim/Binti Mufarida/Shamil)
(ysw)