Tenggat Penurunan Covid-19 di Jatim, Jokowi Minta Penanganan Sistematik
Jum'at, 26 Juni 2020 - 07:55 WIB
"Kita perlu terus siaga menghadapi situasi yang tidak terduga. Kalkulasi, hitung, dan antisipasi semuanya baik yang namanya rumah sakit darurat, kebutuhan SDM, tempat tidur, tempat tidur isolasi, baik di rumah sakit darurat lapangan maupun rujukan," tandasnya. (Baca juga: Mahfud MD: Presiden Minta Aparat Jangan Terlalu Sensi, Apa-apa Ditangkap)
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan percepatan penambahan pasien positif Covid-19 di Jatim sangat luar biasa. Dalam waktu dua minggu atau 14, dari semula 4.000 kasus, naik menjadi 8.000 kasus. "Tentu kami sangat membutuhkan banyak energi yang bisa kita maksimalkan, bagaimana kemudian kita menurunkan cepatnya penularan ini,” kata Khofifah.
Saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) selama tiga tahap, Khofifah optimistis kasus ini akan turun. Hal ini melihat dari rate of transmission (RT) atau rasio penukaran di Jatim yang sempat turun di bawah angka 1.
"Izin Pak Presiden, kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni sebetulnya rate of transmission di Jatim sudah 0,86%. Tapi kemudian ada kenaikan kembali pada 24 Juni kemarin menjadi 1,08%," ungkapnya.
Khofifah juga memaparkan temuan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) terkait tingkat kepatuhan masyarakat yang rendah (lihat grafis). “Pada posisi seperti inilah yang menjadikan klaster baru yang berasal dari titik-titik kerumunan massa,” tandas Khofifah.
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto melaporkan akumulasi kasus positif hingga 25 Juni 2020 di Tanah Air mencapai 50.187 kasus. Dia mengatakan penambahan kasus positif paling tinggi berada dari Jatim yakni sebanyak 247 kasus, sehingga akumulasi kasus positif Covid-19 di Jatim sebanyak 10.545 kasus.
“Provinsi Jawa Timur hari ini (kemarin) melaporkan 247 kasus baru dan juga melaporkan 241 orang sembuh,” kata Yuri. (Baca juga: Pakar WHO: Covid-19 Belum Mencapai Puncak Infeksi di Amerika)
Menurut dia, DKI Jakarta juga mengalami kenaikan kasus positif Covid-19 sebanyak 196 kasus baru, sehingga akumulasi menjadi 10.600 kasus. Provinsi lain yang mengalami jumlah penambahan yang tinggi adalah Sulawesi Selatan dengan 103 kasus baru, namun tercatat 59 kasus sembuh. Maluku Utara sebanyak 80 kasus baru dan 1 sembuh. Jawa Tengah 78 kasus baru tidak ada laporan sembuh.
Yuri mengatakan, penambahan kasus yang masih tinggi di beberapa provinsi tersebut terjadi karena masih terjadi kontak erat dengan kasus positif Covid-19. “Dari penyelidikan epidemiologi yang dilakukan terhadap beberapa provinsi, sebagian besar kontak erat masih dijalankan,” ungkapnya.
Bahkan, kata Yuri, protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak aman Covid-19 tidak dijalankan. “Tanpa perlindungan masker, tidak menjaga jarak. Inilah fakta yang kemudian menyebabkan kasus-kasus positif masih tinggi di beberapa tempat. Tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker ini menjadi faktor utama sebaran kasus ini,” terangnya. (Lihat videonya: Orang Utan Berukuran Besar Muncul di Pinggiran Jalan di Kalteng)
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan percepatan penambahan pasien positif Covid-19 di Jatim sangat luar biasa. Dalam waktu dua minggu atau 14, dari semula 4.000 kasus, naik menjadi 8.000 kasus. "Tentu kami sangat membutuhkan banyak energi yang bisa kita maksimalkan, bagaimana kemudian kita menurunkan cepatnya penularan ini,” kata Khofifah.
Saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) selama tiga tahap, Khofifah optimistis kasus ini akan turun. Hal ini melihat dari rate of transmission (RT) atau rasio penukaran di Jatim yang sempat turun di bawah angka 1.
"Izin Pak Presiden, kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni sebetulnya rate of transmission di Jatim sudah 0,86%. Tapi kemudian ada kenaikan kembali pada 24 Juni kemarin menjadi 1,08%," ungkapnya.
Khofifah juga memaparkan temuan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) terkait tingkat kepatuhan masyarakat yang rendah (lihat grafis). “Pada posisi seperti inilah yang menjadikan klaster baru yang berasal dari titik-titik kerumunan massa,” tandas Khofifah.
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto melaporkan akumulasi kasus positif hingga 25 Juni 2020 di Tanah Air mencapai 50.187 kasus. Dia mengatakan penambahan kasus positif paling tinggi berada dari Jatim yakni sebanyak 247 kasus, sehingga akumulasi kasus positif Covid-19 di Jatim sebanyak 10.545 kasus.
“Provinsi Jawa Timur hari ini (kemarin) melaporkan 247 kasus baru dan juga melaporkan 241 orang sembuh,” kata Yuri. (Baca juga: Pakar WHO: Covid-19 Belum Mencapai Puncak Infeksi di Amerika)
Menurut dia, DKI Jakarta juga mengalami kenaikan kasus positif Covid-19 sebanyak 196 kasus baru, sehingga akumulasi menjadi 10.600 kasus. Provinsi lain yang mengalami jumlah penambahan yang tinggi adalah Sulawesi Selatan dengan 103 kasus baru, namun tercatat 59 kasus sembuh. Maluku Utara sebanyak 80 kasus baru dan 1 sembuh. Jawa Tengah 78 kasus baru tidak ada laporan sembuh.
Yuri mengatakan, penambahan kasus yang masih tinggi di beberapa provinsi tersebut terjadi karena masih terjadi kontak erat dengan kasus positif Covid-19. “Dari penyelidikan epidemiologi yang dilakukan terhadap beberapa provinsi, sebagian besar kontak erat masih dijalankan,” ungkapnya.
Bahkan, kata Yuri, protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak aman Covid-19 tidak dijalankan. “Tanpa perlindungan masker, tidak menjaga jarak. Inilah fakta yang kemudian menyebabkan kasus-kasus positif masih tinggi di beberapa tempat. Tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker ini menjadi faktor utama sebaran kasus ini,” terangnya. (Lihat videonya: Orang Utan Berukuran Besar Muncul di Pinggiran Jalan di Kalteng)
tulis komentar anda