Tenggat Penurunan Covid-19 di Jatim, Jokowi Minta Penanganan Sistematik
loading...
A
A
A
SURABAYA - Tingginya jumlah kasus positif Covid-19 di Jawa Timur (Jatim) menjadi perhatian semua pihak. Tak terkecuali Presiden Joko Widodo (Jokowi) .
Kemarin Jokowi berkunjung ke Jawa Timur. Bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dia memantau langsung perkembangan Covid-19. Jokowi meminta Pemprov Jatim dalam waktu dua minggu ke depan mampu menurunkan angka Covid-19. Dengan demikian, masyarakat bisa memasuki masa normal baru dan beraktivitas seperti biasa.
“Kita tidak ingin terseret dalam angka-angka. Maka perlu siaga. Siapkan plan A, plan B maupun plan C agar siaga dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. Siapkan semuanya, rumah sakitnya, SDM-nya, kamarnya," katanya.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu meminta agar kepala daerah dalam mengambil kebijakan harus berbasis pada data sains dan meminta pertimbangan para ahli dibidangnya. "Jangan mengambil kebijakan tanpa melihat data. Tanpa mendengarkan saran dari pakar. Baik itu pakar epidemiologi maupun dari perguruan tinggi," tandas Jokowi. (Baca: Presiden Pertanyakan Penanganan Covid-19 di Sulsel, Gubernur Yakinkan Tertangani)
Dia juga meminta ada prakondisi terlebih dulu sebelum memasuki normal baru. Kepala daerah harus bisa menentukan waktu yang tepat kapan prakondisi normal baru bisa dilakukan.
"Harus ditentukan, kabupaten atau kota mana dulu. Lalu, prioritas sektor mana yang bisa dibuka. Jangan langsung dibuka semuanya. Sektor yang berisiko rendah bisa didahulukan," tandasnya.
Jokowi juga meminta rapid test harus dimasifkan, perawatan, dan isolasi mandiri terhadap pasien tanpa keluhan yang harus terus dilakukan dengan ketat. Sosialisasi protokol kesehatan juga harus digencarkan dengan melibatkan elemen masyarakat dan tokoh-tokoh agama. Terutama berkaitan dengan sosialisasi mengenakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak aman. Hal ini dia tekankan karena mendapati informasi banyaknya masyarakat Jawa Timur belum banyak yang menggunakan masker.
"Tadi disampaikan oleh Gugus Tugas bahwa masih 70% yang tidak pakai masker. Ini angka yang besar sekali. Oleh sebab itu, saya minta kepada Gugus Tugas Nasional dan Menteri Kesehatan untuk kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya," ungkapnya.
Terakhir, dia meminta pemerintah daerah untuk menyiapkan sejumlah rencana cadangan yang dapat dieksekusi sewaktu-waktu menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Hal ini mengingat persoalan Covid-19 begitu dinamis.
"Kita perlu terus siaga menghadapi situasi yang tidak terduga. Kalkulasi, hitung, dan antisipasi semuanya baik yang namanya rumah sakit darurat, kebutuhan SDM, tempat tidur, tempat tidur isolasi, baik di rumah sakit darurat lapangan maupun rujukan," tandasnya. (Baca juga: Mahfud MD: Presiden Minta Aparat Jangan Terlalu Sensi, Apa-apa Ditangkap)
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan percepatan penambahan pasien positif Covid-19 di Jatim sangat luar biasa. Dalam waktu dua minggu atau 14, dari semula 4.000 kasus, naik menjadi 8.000 kasus. "Tentu kami sangat membutuhkan banyak energi yang bisa kita maksimalkan, bagaimana kemudian kita menurunkan cepatnya penularan ini,” kata Khofifah.
Saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) selama tiga tahap, Khofifah optimistis kasus ini akan turun. Hal ini melihat dari rate of transmission (RT) atau rasio penukaran di Jatim yang sempat turun di bawah angka 1.
"Izin Pak Presiden, kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni sebetulnya rate of transmission di Jatim sudah 0,86%. Tapi kemudian ada kenaikan kembali pada 24 Juni kemarin menjadi 1,08%," ungkapnya.
Khofifah juga memaparkan temuan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) terkait tingkat kepatuhan masyarakat yang rendah (lihat grafis). “Pada posisi seperti inilah yang menjadikan klaster baru yang berasal dari titik-titik kerumunan massa,” tandas Khofifah.
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto melaporkan akumulasi kasus positif hingga 25 Juni 2020 di Tanah Air mencapai 50.187 kasus. Dia mengatakan penambahan kasus positif paling tinggi berada dari Jatim yakni sebanyak 247 kasus, sehingga akumulasi kasus positif Covid-19 di Jatim sebanyak 10.545 kasus.
“Provinsi Jawa Timur hari ini (kemarin) melaporkan 247 kasus baru dan juga melaporkan 241 orang sembuh,” kata Yuri. (Baca juga: Pakar WHO: Covid-19 Belum Mencapai Puncak Infeksi di Amerika)
Menurut dia, DKI Jakarta juga mengalami kenaikan kasus positif Covid-19 sebanyak 196 kasus baru, sehingga akumulasi menjadi 10.600 kasus. Provinsi lain yang mengalami jumlah penambahan yang tinggi adalah Sulawesi Selatan dengan 103 kasus baru, namun tercatat 59 kasus sembuh. Maluku Utara sebanyak 80 kasus baru dan 1 sembuh. Jawa Tengah 78 kasus baru tidak ada laporan sembuh.
Yuri mengatakan, penambahan kasus yang masih tinggi di beberapa provinsi tersebut terjadi karena masih terjadi kontak erat dengan kasus positif Covid-19. “Dari penyelidikan epidemiologi yang dilakukan terhadap beberapa provinsi, sebagian besar kontak erat masih dijalankan,” ungkapnya.
Bahkan, kata Yuri, protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak aman Covid-19 tidak dijalankan. “Tanpa perlindungan masker, tidak menjaga jarak. Inilah fakta yang kemudian menyebabkan kasus-kasus positif masih tinggi di beberapa tempat. Tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker ini menjadi faktor utama sebaran kasus ini,” terangnya. (Lihat videonya: Orang Utan Berukuran Besar Muncul di Pinggiran Jalan di Kalteng)
Yuri mengatakan pada tracing yang secara agresif yang telah dilakukan dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium secara masif, membuktikan bahwa menjaga jarak, menggunakan masker sesuatu yang sangat penting untuk dipatuhi dan dilakukan bersama agar aman Covid-19.
Dia menambahkan, saat ini pasien yang sembuh bertambah 791 orang sehingga akumulasinya menjadi 20.449 orang. Sementara kasus meninggal bertambah 47 orang sehingga akumulasinya menjadi 2.620 orang, sedangkan kasus orang dalam pemantauan sebanyak 37.294 orang dan pasien dalam pengawasan sebanyak 13.323 orang. “Kasus tersebut tersebar di 446 kabupaten/kota,” tutupnya. (Dita Angga/Lukman Hakim/Binti Mufarida)
Kemarin Jokowi berkunjung ke Jawa Timur. Bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dia memantau langsung perkembangan Covid-19. Jokowi meminta Pemprov Jatim dalam waktu dua minggu ke depan mampu menurunkan angka Covid-19. Dengan demikian, masyarakat bisa memasuki masa normal baru dan beraktivitas seperti biasa.
“Kita tidak ingin terseret dalam angka-angka. Maka perlu siaga. Siapkan plan A, plan B maupun plan C agar siaga dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. Siapkan semuanya, rumah sakitnya, SDM-nya, kamarnya," katanya.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu meminta agar kepala daerah dalam mengambil kebijakan harus berbasis pada data sains dan meminta pertimbangan para ahli dibidangnya. "Jangan mengambil kebijakan tanpa melihat data. Tanpa mendengarkan saran dari pakar. Baik itu pakar epidemiologi maupun dari perguruan tinggi," tandas Jokowi. (Baca: Presiden Pertanyakan Penanganan Covid-19 di Sulsel, Gubernur Yakinkan Tertangani)
Dia juga meminta ada prakondisi terlebih dulu sebelum memasuki normal baru. Kepala daerah harus bisa menentukan waktu yang tepat kapan prakondisi normal baru bisa dilakukan.
"Harus ditentukan, kabupaten atau kota mana dulu. Lalu, prioritas sektor mana yang bisa dibuka. Jangan langsung dibuka semuanya. Sektor yang berisiko rendah bisa didahulukan," tandasnya.
Jokowi juga meminta rapid test harus dimasifkan, perawatan, dan isolasi mandiri terhadap pasien tanpa keluhan yang harus terus dilakukan dengan ketat. Sosialisasi protokol kesehatan juga harus digencarkan dengan melibatkan elemen masyarakat dan tokoh-tokoh agama. Terutama berkaitan dengan sosialisasi mengenakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak aman. Hal ini dia tekankan karena mendapati informasi banyaknya masyarakat Jawa Timur belum banyak yang menggunakan masker.
"Tadi disampaikan oleh Gugus Tugas bahwa masih 70% yang tidak pakai masker. Ini angka yang besar sekali. Oleh sebab itu, saya minta kepada Gugus Tugas Nasional dan Menteri Kesehatan untuk kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya," ungkapnya.
Terakhir, dia meminta pemerintah daerah untuk menyiapkan sejumlah rencana cadangan yang dapat dieksekusi sewaktu-waktu menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Hal ini mengingat persoalan Covid-19 begitu dinamis.
"Kita perlu terus siaga menghadapi situasi yang tidak terduga. Kalkulasi, hitung, dan antisipasi semuanya baik yang namanya rumah sakit darurat, kebutuhan SDM, tempat tidur, tempat tidur isolasi, baik di rumah sakit darurat lapangan maupun rujukan," tandasnya. (Baca juga: Mahfud MD: Presiden Minta Aparat Jangan Terlalu Sensi, Apa-apa Ditangkap)
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan percepatan penambahan pasien positif Covid-19 di Jatim sangat luar biasa. Dalam waktu dua minggu atau 14, dari semula 4.000 kasus, naik menjadi 8.000 kasus. "Tentu kami sangat membutuhkan banyak energi yang bisa kita maksimalkan, bagaimana kemudian kita menurunkan cepatnya penularan ini,” kata Khofifah.
Saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) selama tiga tahap, Khofifah optimistis kasus ini akan turun. Hal ini melihat dari rate of transmission (RT) atau rasio penukaran di Jatim yang sempat turun di bawah angka 1.
"Izin Pak Presiden, kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni sebetulnya rate of transmission di Jatim sudah 0,86%. Tapi kemudian ada kenaikan kembali pada 24 Juni kemarin menjadi 1,08%," ungkapnya.
Khofifah juga memaparkan temuan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) terkait tingkat kepatuhan masyarakat yang rendah (lihat grafis). “Pada posisi seperti inilah yang menjadikan klaster baru yang berasal dari titik-titik kerumunan massa,” tandas Khofifah.
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto melaporkan akumulasi kasus positif hingga 25 Juni 2020 di Tanah Air mencapai 50.187 kasus. Dia mengatakan penambahan kasus positif paling tinggi berada dari Jatim yakni sebanyak 247 kasus, sehingga akumulasi kasus positif Covid-19 di Jatim sebanyak 10.545 kasus.
“Provinsi Jawa Timur hari ini (kemarin) melaporkan 247 kasus baru dan juga melaporkan 241 orang sembuh,” kata Yuri. (Baca juga: Pakar WHO: Covid-19 Belum Mencapai Puncak Infeksi di Amerika)
Menurut dia, DKI Jakarta juga mengalami kenaikan kasus positif Covid-19 sebanyak 196 kasus baru, sehingga akumulasi menjadi 10.600 kasus. Provinsi lain yang mengalami jumlah penambahan yang tinggi adalah Sulawesi Selatan dengan 103 kasus baru, namun tercatat 59 kasus sembuh. Maluku Utara sebanyak 80 kasus baru dan 1 sembuh. Jawa Tengah 78 kasus baru tidak ada laporan sembuh.
Yuri mengatakan, penambahan kasus yang masih tinggi di beberapa provinsi tersebut terjadi karena masih terjadi kontak erat dengan kasus positif Covid-19. “Dari penyelidikan epidemiologi yang dilakukan terhadap beberapa provinsi, sebagian besar kontak erat masih dijalankan,” ungkapnya.
Bahkan, kata Yuri, protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak aman Covid-19 tidak dijalankan. “Tanpa perlindungan masker, tidak menjaga jarak. Inilah fakta yang kemudian menyebabkan kasus-kasus positif masih tinggi di beberapa tempat. Tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker ini menjadi faktor utama sebaran kasus ini,” terangnya. (Lihat videonya: Orang Utan Berukuran Besar Muncul di Pinggiran Jalan di Kalteng)
Yuri mengatakan pada tracing yang secara agresif yang telah dilakukan dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium secara masif, membuktikan bahwa menjaga jarak, menggunakan masker sesuatu yang sangat penting untuk dipatuhi dan dilakukan bersama agar aman Covid-19.
Dia menambahkan, saat ini pasien yang sembuh bertambah 791 orang sehingga akumulasinya menjadi 20.449 orang. Sementara kasus meninggal bertambah 47 orang sehingga akumulasinya menjadi 2.620 orang, sedangkan kasus orang dalam pemantauan sebanyak 37.294 orang dan pasien dalam pengawasan sebanyak 13.323 orang. “Kasus tersebut tersebar di 446 kabupaten/kota,” tutupnya. (Dita Angga/Lukman Hakim/Binti Mufarida)
(ysw)