Jaga Kaum Muda dari Narkoba

Jum'at, 26 Juni 2020 - 06:21 WIB
Foto/Koran SINDO
JAKARTA - Bandar narkoba tak pernah berhenti memperluas jangkauan dan pangsa pasar mereka. Mereka memanfaatkan beraneka ragam jalur pemasaran dan distribusi, termasuk melalui saluran online (daring).

Bahkan, di era pandemi corona (Covid-19) pun transaksi narkoba via daring menunjukkan peningkatan drastis. Selama kurun waktu Maret 2020 saja, misalnya, ada sekitar 13-14 kasus pengungkapan narkoba lewat daring.

Temuan tersebut disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Heru Winarko. Tingginya peredaran narkoba lewat online tersebut terjadi karena ada permintaan atas barang haram tersebut. ”Makanya kita kerja sama dengan Grab, Gojek. Misalnya ada pesan lewat GoFood yang mencurigakan (ya ditangkap). Lewat Kantor Pos. Kita pantau bersama-sama, alhamdulillah semua jasa pengiriman mereka kooperatif," ujar Heru Winarko dalam Live IG SINDOnews Bincang Seru bertema ”Gen Milenial tanpa Narkoba” kemarin.

Heru menegaskan, BNN tidak tinggal diam menghadapi berbagai pergerakan bandar dan pengedar narkoba, termasuk yang memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Menurut dia, BNN juga memiliki tim ahli IT yang bertugas memantau medsos seperti Instagram, Facebook, Twitter, juga YouTube. (Baca: Munarman Sidang di MK, UU Corona Hancurkan Sistem Ketatanegaraan)

Pemanfaatan jalur online ini tampaknya dilakukan karena saat ini anak-anak muda hampir semuanya menggunakan gawai. "Anak 13 tahun sudah pegang gadget. Kita bisa monitor kegiatan di IG, YouTube, Facebook. Menariknya, ada anak melaporkan bapaknya mengedarkan narkoba. Ada istri melaporkan suaminya. Kita pantau lewat media sosial," paparnya.

Selain memantau lalu lintas online, dalam pencegahan peredaran narkoba di sekolah, BNN juga memberikan penyuluhan kepada para guru untuk bisa memberikan informasi kepada para siswa mengenai bahaya narkoba.

"Hal yang paling penting di rumah. Ada program family first. Ini kita coba bangun. Termasuk seperti di Bali kita bangun lewat kearifan lokal. Kini sudah ada 300 desa di Bali yang mengajukan peraturan desa sehingga kalau menggunakan narkoba ada sanksi adat," katanya.

Dia kemudian menuturkan, saat ini kasus penggunaan narkoba terbanyak atau mencapai 65% adalah jenis ganja. Karena itu, pihaknya bekerja sama dengan Bappenas, Kementerian Pertanian, dan sejumlah instansi lain, misalnya dengan menjadikan ladang-ladang ganja seperti di Aceh sebagai ladang kopi atau jagung. "Kita ubah mindset masyarakat. Rokok pun kalau bisa jangan, apalagi ganja," katanya.

BNN juga menjalin kerja sama dengan Bea Cukai, Bakamla, Polri, dan instansi lain. "Jadi dari hulu kami tekan. Tugas BNN selain penegakan hukum, ada rehabilitasi dan pencegahan," tuturnya.

Dalam konteks penanganan narkoba di level internasional, BNN melakukan kerja sama dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Sri Lanka, Singapura, Thailand, Myanmar, dan negara lain. "Kami berkoordinasi terus di lapangan maupun otoritas di Myanmar, Malaysia, Singapura, Thailand. Kami (berjejaring) global dalam menangani narkoba," paparnya. (Baca juga: Lebih dari 100 Orang Tewas Tersambar Petir di India)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More