G-13: Pemulihan Ekonomi?
Senin, 04 Juli 2022 - 19:50 WIB
Tatkala kawasan lain mengalami guncangan ekonomi karena faktor global, kondisi ekonomi Indonesia masih tergolong stabil dibanding berbagai negara lain di dunia. Meski demikian, mitigasi risiko ekonomi tetap diperlukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan dari dampak pasar global yang masih belum stabil.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi di Indonesia masih terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian.Indeks Harga Konsumen (IHK)pada Juni 2022 mencapai 0,61% secara (mtm). Angka inflasi bulanan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yakni 0,40%.Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2022 tercatatmencapai 4,35%(yoy).Angka tersebut merupakan inflasi tertinggi sejak Juni 2017. Berdasarkan komponennya, inflasi Juni 2022 banyak didorong oleh kenaikan harga berbagai komoditas bahan pangan seperti cabai merah dan bawang merah.Meski demikian, inflasi inti masih tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang terus meningkatsejalan dengan aktivitas ekonomi dan mobilitas yang semakin membaik pasca pandemi.
Perekonomian Indonesia hingga saat ini secara umum masih ditopang oleh dua komponen utama, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. Kedua komponen tersebut memiliki kontribusi hingga lebih dari 70% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Data BPS mencatat bahwa sektor konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 berdasarkan komponen pengeluaran dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 4,34% (yoy) dan 4,09% (yoy). Oleh sebab itu, demi menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah dinamika ekonomi global, maka menjaga daya beli masyarakat adalah kunci pertahanan. Pemerintah perlu terus berupaya agar tekanan ekonomi dari eksternal yang sedang terjadi saat ini tak sampai berdampak pada konsumsi dalam negeri.
Pemulihan ekonomi di balik bayang-bayang risiko geopolitik, inflasi, gejolak pasar keuangan, hingga pelemahan ekonomi negara maju memang tak mudah dihadapi. Meski demikian, seiring meningkatnya aktivitas masyarakat, pemulihan ekonomi optimis berjalan menguat. Hingga saat ini data menunjukkan bahwa Mobility Index Indonesia bulan Mei mengalami peningkatan tajam di angka 18,6. Mobilitas masyarakat meningkat seiring dengan kondisi pandemi yang terkendali dan momen mudik pada Hari Raya Idulfitri. Retail sales index tercatat 5,4%, terus meningkat sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat.
Sementara, pertumbuhan impor bahan baku masih menunjukkan tren positif di angka 33,9% dan barang modal sebesar 29,2%. Angka tersebut cukup mencerminkan bahwa masih adanya penguatan produksi dalam negeri. Selain itu, kapasitas produksi manufaktur Indonesia juga menunjukkan peningkatan mendekati level sebelum pandemi. Mandiri Spending index juga tercatat pada level tertinggi sejak Januari 2020 yaitu mencapai 149,2. Artinya, kelompok masyarakat, terutama menengah-atas, melakukan pengeluaran dengan menggunakan kartu kredit yang menunjukkan kenaikan aktivitas ekonomi.
Berbagai capaian tren positif ekonomi yang dimiliki Indonesia di tengah gejolak ekonomi global merupakan suatu tren yang cukup baik. Data telah menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi dan produksi seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat selanjutnya dipastikan dapat memacu kian tumbuhnya investasi yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu, bukan hal yang tak mungkin jika masyarakat harus tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua masih akan sangat kuat di sekitar 4,8% hingga 5,3% meski dinamika ekonomi global masih membayangi.
Kesehatan APBN dan Gaji ke-13
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi andalan di tengah ancaman berbagai krisis global yang sedang terjadi. Pemerintah dapat memainkan peran APBN sebagaishock absorber(peredam kejutan) dari dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan untuk menjaga daya beli masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi di Indonesia masih terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian.Indeks Harga Konsumen (IHK)pada Juni 2022 mencapai 0,61% secara (mtm). Angka inflasi bulanan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yakni 0,40%.Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2022 tercatatmencapai 4,35%(yoy).Angka tersebut merupakan inflasi tertinggi sejak Juni 2017. Berdasarkan komponennya, inflasi Juni 2022 banyak didorong oleh kenaikan harga berbagai komoditas bahan pangan seperti cabai merah dan bawang merah.Meski demikian, inflasi inti masih tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang terus meningkatsejalan dengan aktivitas ekonomi dan mobilitas yang semakin membaik pasca pandemi.
Perekonomian Indonesia hingga saat ini secara umum masih ditopang oleh dua komponen utama, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. Kedua komponen tersebut memiliki kontribusi hingga lebih dari 70% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Data BPS mencatat bahwa sektor konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 berdasarkan komponen pengeluaran dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 4,34% (yoy) dan 4,09% (yoy). Oleh sebab itu, demi menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah dinamika ekonomi global, maka menjaga daya beli masyarakat adalah kunci pertahanan. Pemerintah perlu terus berupaya agar tekanan ekonomi dari eksternal yang sedang terjadi saat ini tak sampai berdampak pada konsumsi dalam negeri.
Pemulihan ekonomi di balik bayang-bayang risiko geopolitik, inflasi, gejolak pasar keuangan, hingga pelemahan ekonomi negara maju memang tak mudah dihadapi. Meski demikian, seiring meningkatnya aktivitas masyarakat, pemulihan ekonomi optimis berjalan menguat. Hingga saat ini data menunjukkan bahwa Mobility Index Indonesia bulan Mei mengalami peningkatan tajam di angka 18,6. Mobilitas masyarakat meningkat seiring dengan kondisi pandemi yang terkendali dan momen mudik pada Hari Raya Idulfitri. Retail sales index tercatat 5,4%, terus meningkat sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat.
Sementara, pertumbuhan impor bahan baku masih menunjukkan tren positif di angka 33,9% dan barang modal sebesar 29,2%. Angka tersebut cukup mencerminkan bahwa masih adanya penguatan produksi dalam negeri. Selain itu, kapasitas produksi manufaktur Indonesia juga menunjukkan peningkatan mendekati level sebelum pandemi. Mandiri Spending index juga tercatat pada level tertinggi sejak Januari 2020 yaitu mencapai 149,2. Artinya, kelompok masyarakat, terutama menengah-atas, melakukan pengeluaran dengan menggunakan kartu kredit yang menunjukkan kenaikan aktivitas ekonomi.
Berbagai capaian tren positif ekonomi yang dimiliki Indonesia di tengah gejolak ekonomi global merupakan suatu tren yang cukup baik. Data telah menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi dan produksi seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat selanjutnya dipastikan dapat memacu kian tumbuhnya investasi yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu, bukan hal yang tak mungkin jika masyarakat harus tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua masih akan sangat kuat di sekitar 4,8% hingga 5,3% meski dinamika ekonomi global masih membayangi.
Kesehatan APBN dan Gaji ke-13
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi andalan di tengah ancaman berbagai krisis global yang sedang terjadi. Pemerintah dapat memainkan peran APBN sebagaishock absorber(peredam kejutan) dari dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan untuk menjaga daya beli masyarakat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda