Perkebunan Kelapa Sawit Pasca-Covid-19
Selasa, 23 Juni 2020 - 06:41 WIB
Joko Supriyono
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki)
Perkebunan kelapa sawit merupakan rantai utama dari sistem rantai pasok industri minyak sawit Indonesia. Perkebunan kelapa sawit Indonesia yang terdiri atas perkebunan perusahaan (swasta dan BUMN) dan perkebunan rakyat memproduksi 50 juta CPO dan PKO (Gapki, 2019).
Produksi ini digunakan untuk memasok industri hilir (next process) yang diolah menjadi berbagai produk olahan yang selanjutnya masuk ke pasar domestik maupun ekspor.
Kalau kita berbicara keberlanjutan (sustainability) dan keberlangsungan (continuity) industri sawit Indonesia, kita mesti mulai dari rantai hulu ini. Daya saing di sektor hulu akan menentukan daya saing di sektor hilir.
Dengan kata lain, tujuan utamanya adalah daya saing seluruh rantai pasok dari hulu sampai hilir. Ini merupakan keunggulan industri sawit Indonesia, di mana sumber bahan baku dihasilkan di negeri sendiri. Ketahanan industri akan lebih kuat jika kita memiliki bahan baku sendiri dibandingkan jika industri harus mengimpor bahan baku dari negara lain. (Baca: Arab Saudi Putuskan Ibadah Haji Tahun Ini Tetap Berlangsung)
Belum pulih dari kelesuan pasar selama 2018-2019, harapan sebenarnya muncul di awal 2020. Namun, pandemi Covid-19 mengubah keadaan dan pada 2020 pun menjadi kelesuan pasar baru.
Selama pandemi Covid-19 perkebunan kelapa sawit tetap berjalan normal. Penerapan protokol pencegahan Covid-19 dilaksanakan dengan sangat ketat di perkebunan maupun di kompleks perumahan karyawan. Karakteristik pekerjaan di perkebunan sawit memang tidak dilakukan secara bergerombol.
Pekerjaan panen dan rawat sawit dilakukan dengan sistem ancak. Misalnya, setiap pemanen akan mengerjakan panen di areal seluas 4 ha secara sendiri. Demikian juga dengan pekerjaan rawat maupun operasional pabrik pengolahan CPO (minyak sawit mentah).
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki)
Perkebunan kelapa sawit merupakan rantai utama dari sistem rantai pasok industri minyak sawit Indonesia. Perkebunan kelapa sawit Indonesia yang terdiri atas perkebunan perusahaan (swasta dan BUMN) dan perkebunan rakyat memproduksi 50 juta CPO dan PKO (Gapki, 2019).
Produksi ini digunakan untuk memasok industri hilir (next process) yang diolah menjadi berbagai produk olahan yang selanjutnya masuk ke pasar domestik maupun ekspor.
Kalau kita berbicara keberlanjutan (sustainability) dan keberlangsungan (continuity) industri sawit Indonesia, kita mesti mulai dari rantai hulu ini. Daya saing di sektor hulu akan menentukan daya saing di sektor hilir.
Dengan kata lain, tujuan utamanya adalah daya saing seluruh rantai pasok dari hulu sampai hilir. Ini merupakan keunggulan industri sawit Indonesia, di mana sumber bahan baku dihasilkan di negeri sendiri. Ketahanan industri akan lebih kuat jika kita memiliki bahan baku sendiri dibandingkan jika industri harus mengimpor bahan baku dari negara lain. (Baca: Arab Saudi Putuskan Ibadah Haji Tahun Ini Tetap Berlangsung)
Belum pulih dari kelesuan pasar selama 2018-2019, harapan sebenarnya muncul di awal 2020. Namun, pandemi Covid-19 mengubah keadaan dan pada 2020 pun menjadi kelesuan pasar baru.
Selama pandemi Covid-19 perkebunan kelapa sawit tetap berjalan normal. Penerapan protokol pencegahan Covid-19 dilaksanakan dengan sangat ketat di perkebunan maupun di kompleks perumahan karyawan. Karakteristik pekerjaan di perkebunan sawit memang tidak dilakukan secara bergerombol.
Pekerjaan panen dan rawat sawit dilakukan dengan sistem ancak. Misalnya, setiap pemanen akan mengerjakan panen di areal seluas 4 ha secara sendiri. Demikian juga dengan pekerjaan rawat maupun operasional pabrik pengolahan CPO (minyak sawit mentah).
tulis komentar anda