Kepala BMKG Sebut Early Warning dan Early Action Jadi Kunci Zero Victim Bencana

Sabtu, 21 Mei 2022 - 21:18 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebut bahwa zero victim tidak akan pernah terwujud jika early warning dan early action tidak seiring sejalan. Foto/BMKG
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) , Dwikorita Karnawati menyebut bahwa zero victim tidak akan pernah terwujud jika early warning dan early action tidak seiring sejalan. Menurutnya, keduanya harus berjalan imbang apabila Indonesia ingin nol korban jiwa saat terjadi bencana .

"Itulah rumusnya jika ingin zero victim. Early warning merupakan aspek teknis yang terus membutuhkan inovasi teknologi, ada di bagian hulu sistem yang dikoordinasikan oleh BMKG," ujar Dwikorita dalam sambutannya pada Workshop Penguatan Kegiatan Komponen II BMKG dengan Komite Penasihat Teknis Indonesia Disaster Resilience Project (IDRIP) di Jakarta, Jumat (20/5/2022).

"Sementara itu, early action merupakan aspek sosio-kultur yang secara nasional dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), namun pemerintah daerah merupakan garda terdepan dalam melakukan aksi dini. Kedua aspek hulu-hilir atau teknis-kultural harus terintegrasi, terkoneksi secara "merasuk" berkesinambungan, agar ZERO VICTIMS benar-benar terwujud," sambungnya.

Dwikorita mengatakan Indonesia menghadapi tantangan bencana dan perubahan iklim yang semakin kompleks, dinamis, dan penuh ketidakpastian. Maka dari itu, rumus zero victim tersebut harus menjadi acuan gerak langkah dalam menghadapi ancaman bencana alam.

Kesiapsiagaan, lanjut Dwikorita, tidak hanya di level pemerintah saja, namun juga harus mengakar di seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut tidak berlebihan lantaran faktanya Indonesia adalah negara rawan bencana karena dilalui oleh Sirkum Pasifik atau yang lebih dikenal dengan Cincin Api Pasifik dan Sabuk Mediterania.



Bahkan Indonesia berada di Zona Tumbukan Lempeng-lempeng Tektonik Aktif. Fakta inilah yang menjadikan Indonesia rawan akan gempa bumi, tsunami, tanah longsor, juga erupsi gunung berapi.

"Belum lagi ditambah fakta bahwa Indonesia adalah negara benua maritim yang berada di wilayah tropis, sehingga rentan terimbas badai, topan, dan juga siklon tropis yang kerap terjadi di wilayah khatulistiwa, terutama yang dekat dengan Samudera Pasifik. Pun, Indonesia adalah negara dengan curah hujan yang tinggi," imbuhnya.

Mengingat ancaman bencana sangat banyak, lanjut dia, sehingga mitigasi yang dilakukan pun harus dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Menurutnya, literasi dan edukasi terkait mitigasi bencana untuk masyarakat pun harus ditingkatkan.

"Ini menjadi pekerjaan rumah besar kita bersama. Karena bencana selalu datang dengan tiba-tiba, tidak menunggu kapan kita siap," tambah dia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More