Refleksi Hari Kebangkitan Nasional: Bangkit dari Residu Kemanusiaan

Kamis, 19 Mei 2022 - 09:55 WIB
Jimly Asshiddiqie telah mengingatkan bahwa meningkatnya berita bohong dan ujaran kebencian di media sosial telah mendorong pada peningkatan radikalisme di Indonesia. Lebih jauh, cara beragama yang mengedepankan aksi-aksi vigilante juga menjadi catatan merah trajektori kemanusiaan. Ketidaksukaan terhadap kelompok lain, penghinaan dan kegemaran pada kekerasan, serta menolak toleransi karena dianggap sebagai penanda kelemahan dan ambiguitas, menjadi ciri utama dari residu kemanusiaan yang dapat menjadi pelatuk sentimen rasial dan konflik politik.

Fakta inilah yang harus kita carikan solusi bersama. Kebangkitan pada momen Harkitnas harus mampu menaikkan level kedewasaan dengan membersihkan residu ampas kemanusiaan yang dipenuhi dengan keserakahan, kepongahan, dan bahkan kebencian terhadap liyan (others).

Hal itu dapat dilihat bagaimana sebagian kelompok memosisikan sebagai wakil Tuhan dengan merampas hak-hak Tuhan dan kemudian menunggalkan absolutisme keagamaan. Pemahaman kelompoknya dianggap sebagai pemahaman yang paling benar. Sementara pemahaman atau pendapat orang lain dianggap salah. Pembelaan terhadap kelompoknya tidak didasarkan pada basis kebenaran, namun lebih mendekati kepentingan pragmatis-subjektif.

Pendekatan kehidupan yang dikembangkan adalah tafsir berkaca mata kuda, hitam-putih, halal-haram, salah-benar, tanpa memperimbangkan pelbagai aspek dan kondisi lainnya. Kampanya yang terjadi adalah menolak kebinekaan bangsa serta membenturkan antara nasionalisme dan agama.

Residu inilah yang meniscayakan perhatian kolektif dari seluruh komponen anak bangsa. Jika kita tidak bangkit dari kondisi kelam ini, yang ada adalah tumbuh suburnya sikap dan cara pandang dengan orientasi negatif. Sebuah sikap penolakan seseorang terhadap hak-hak politik dan sosial dari kelompok yang tidak disetujui. Bahkan bisa lebih dari itu, cara-cara ekstrem dan perbuatan-perbuatan dengan menggunakan kekerasan dan menimbulkan suasana teror akan terus menghantui wajah republik ini.

Kekerasan memang tidak dapat dilenyapkan begitu saja. Tapi, peran masing-masing dari setiap anak bangsa dapat meminimalisasi efek dengan menguatkan cara pandang dan cara berfikir yang moderat. Betapapun pekatnya residu kemanusiaan itu tetap bisa kita kikis perlahan dengan kekuatan kolektif untuk terus mengokohkan kebangsaan dan merawat keindonesiaan. Toleransi harus dimaknai sebagai sikap untuk menerima perbedaan dengan tanpa menafikan perbedaan. Perbedaan menjadi kekayaan kolektif untuk bersama-sama mewujudkan kehidupan yang damai, aman, bahagia, dan sejahtera.

Harkitnas mengandung pesan begitu mendalam untuk dapat bangkit dari segala keterpurukan, baik itu yang berkaitan dengan pendemi Covid-19 ataupun dari permasalahan krusial kehidupan sosial-kemasyarakatan. Momentum Harkitnas ini dapat diselaraskan dengan peran Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022. Tema “Recover Together, Rocover Stronger” mencakup pelbagai dimensi kehidupan kemanusiaan. Satu sisi agar kita mampu keluar dari amuk pandemi, dan pada sisi yang lain agar bangsa ini naik level tidak terjebak pada sirkulasi permusuhan yang berkepanjangan. Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam turut mewujudkan kebangkitan tatanan kehidupan global yang lebih inklusif.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2022. Mari kita bangkit bersama!

Baca Juga: koran-sindo.com

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More