Aktor Penting di Balik Pembangunan Indonesia
Kamis, 14 April 2022 - 12:38 WIB
BIG Produktif walau di Bawah Radar Media
Meski jarang mendapat liputan pemberitaan di media massa maupun disebut oleh pemilik akun di media sosial, BIG tetap produktif membuktikan kinerjanya. Peran BIG acap kali tak tertangkap radar pengelola media, namun produktivitasnya dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia. Ini juga yang terjadi pada lembaga negara lainnya, sebagaimana yang dicontohkan di atas. Jika data prakiraan cuaca yang disiarkan oleh BMKG dapat memberi pedoman pada masyarakat terkait kondisi cuaca, sedangkan data BNPB digunakan pada pengelolaan mitigasi bencana, dan BASARNAS bergerak tanggap dan cepat membantu korban bencana alam, maka berbeda halnya dengan BIG. BIG merupakan institusi negara, yang memiliki otoritas sebagai penghasil peta dasar. Ini dalam fungsinya akan dikolaborasikan dengan berbagai data kementerian maupun lembaga yang ada di Indonesia. Bentuk kolaborasi ini dapat dicontohkan, pada peringatan dini pasca terjadinya gempa di berbagai wilayah pesisir Indonesia, terhadap potensi terjadinya tsunami, BMKG mengakses data terkait pasang surut yang dimiliki BIG untuk dianalisis. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar disusunnya informasi ada tidaknya potensi tsunami, di wilayah yang dilanda gempa. Waktu antara kejadian gempa dengan pernyataan potensi tsunami sangat singkat. Ini selain implikasi dari kolabrasi yang telah terjalin rapi antara BIG dan BMKG, juga pengembangan perangkat analisis dan informasi yang senantiasa diperbaharui. Pada kesempatan yang lain, BMKG mengolaborasikan datanya dengan peta dasar BIG, untuk menghasilkan peta rawan bencana tsunami. Peta ini dapat dijadikan acuan untuk membuat jalur evakuasi saat bencana, oleh BNPB maupun BASARNAS.
Selain itu peta dasar BIG juga digunakan oleh BNPB untuk secara umum memetakan wilayah-wilayah di Indonesia yang rawan bencana. Ini juga yang dilakukan BASARNAS. Basarnas berkolaborasi dengan tim pemetaan BIG untuk memetakan daerah yang terkena bencana alam. Melalui peta itu, pemerintah setempat dapat mengalkulasikan berapa dana yang bakal dikucurkan kepada korban terdampak bencana alam.
Tidak berada di bawah radar media, bukanlah ukuran tinggi rendahnya kinerja BIG. BIG punya tugas pokok dan fungsinya sendiri dalam pemanfaatan informasi geospasial yang dihasilkannya. Tanpa disadari pula, berbagai pembangunan yang dijalankan oleh kementerian, lembaga maupun pemerintah daerah mengacu kepada peta dasar BIG agar pembangunan yang dilakukan dapat tepat sasaran. Jika institusi-institusi itu punya peta dasar yang andal, perencanaan tata wilayahnya juga akan baik. Perencanaan wilayah yang baik akan berdampak kepada kehidupan masyarakat yang lebih baik. BIG berperan penting pada banyak kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, walaupun tak selalu diliput media. Tanpa peta dasar yang andal, pembangunan infrastruktur maupun SDM yang digaungkan pemerintah bakal jadi hal yang sia-sia. Ini karena tak tepat sasaran dan menyia-nyiakan anggaran.
Lihat Juga: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi: Kebutuhan untuk Wujudkan Merdeka Belajar
Meski jarang mendapat liputan pemberitaan di media massa maupun disebut oleh pemilik akun di media sosial, BIG tetap produktif membuktikan kinerjanya. Peran BIG acap kali tak tertangkap radar pengelola media, namun produktivitasnya dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia. Ini juga yang terjadi pada lembaga negara lainnya, sebagaimana yang dicontohkan di atas. Jika data prakiraan cuaca yang disiarkan oleh BMKG dapat memberi pedoman pada masyarakat terkait kondisi cuaca, sedangkan data BNPB digunakan pada pengelolaan mitigasi bencana, dan BASARNAS bergerak tanggap dan cepat membantu korban bencana alam, maka berbeda halnya dengan BIG. BIG merupakan institusi negara, yang memiliki otoritas sebagai penghasil peta dasar. Ini dalam fungsinya akan dikolaborasikan dengan berbagai data kementerian maupun lembaga yang ada di Indonesia. Bentuk kolaborasi ini dapat dicontohkan, pada peringatan dini pasca terjadinya gempa di berbagai wilayah pesisir Indonesia, terhadap potensi terjadinya tsunami, BMKG mengakses data terkait pasang surut yang dimiliki BIG untuk dianalisis. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar disusunnya informasi ada tidaknya potensi tsunami, di wilayah yang dilanda gempa. Waktu antara kejadian gempa dengan pernyataan potensi tsunami sangat singkat. Ini selain implikasi dari kolabrasi yang telah terjalin rapi antara BIG dan BMKG, juga pengembangan perangkat analisis dan informasi yang senantiasa diperbaharui. Pada kesempatan yang lain, BMKG mengolaborasikan datanya dengan peta dasar BIG, untuk menghasilkan peta rawan bencana tsunami. Peta ini dapat dijadikan acuan untuk membuat jalur evakuasi saat bencana, oleh BNPB maupun BASARNAS.
Selain itu peta dasar BIG juga digunakan oleh BNPB untuk secara umum memetakan wilayah-wilayah di Indonesia yang rawan bencana. Ini juga yang dilakukan BASARNAS. Basarnas berkolaborasi dengan tim pemetaan BIG untuk memetakan daerah yang terkena bencana alam. Melalui peta itu, pemerintah setempat dapat mengalkulasikan berapa dana yang bakal dikucurkan kepada korban terdampak bencana alam.
Tidak berada di bawah radar media, bukanlah ukuran tinggi rendahnya kinerja BIG. BIG punya tugas pokok dan fungsinya sendiri dalam pemanfaatan informasi geospasial yang dihasilkannya. Tanpa disadari pula, berbagai pembangunan yang dijalankan oleh kementerian, lembaga maupun pemerintah daerah mengacu kepada peta dasar BIG agar pembangunan yang dilakukan dapat tepat sasaran. Jika institusi-institusi itu punya peta dasar yang andal, perencanaan tata wilayahnya juga akan baik. Perencanaan wilayah yang baik akan berdampak kepada kehidupan masyarakat yang lebih baik. BIG berperan penting pada banyak kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, walaupun tak selalu diliput media. Tanpa peta dasar yang andal, pembangunan infrastruktur maupun SDM yang digaungkan pemerintah bakal jadi hal yang sia-sia. Ini karena tak tepat sasaran dan menyia-nyiakan anggaran.
Lihat Juga: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi: Kebutuhan untuk Wujudkan Merdeka Belajar
(zik)
tulis komentar anda