Transformasi Struktural: Teknologi dan SDM Kunci?

Kamis, 17 Maret 2022 - 14:58 WIB
Selama ini, negara telah berkomitmen menyiapkan alokasi anggaran sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan sebagaimana amanat dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Sayangnya, anggaran yang selama ini telah digulirkan tersebut belum optimal dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia sebesar 52% di bawah sekolah dasar (SD). Angka tersebut menunjukkan masih tergolong rendahnya kualitas SDM dibandingkan dengan tiga negara anggota ASEAN, Thailand 51,7%, Malaysia 19,03% dam Singapura 21,02%. Selain itu, hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371, dengan rata-rata skor OECD yakni 487. Kemudian untuk skor rata-rata matematika mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD 487. Selanjutnya untuk sains, skor rata-rata siswa Indonesia mencapai 389 dengan skor rata-rata OECD yakni 489. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada pada kuadran low performance.

Selama ini, penggunaan anggaran belum efisien lantaran hanya sedikit yang mengalir untuk perbaikan kualitas mengajar. Anggaran pendidikan lebih banyak mengalir untuk perbaikan infrastruktur sekolah atau membayar gaji guru. Padahal, berdasarkan beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa perbaikan gaji guru kerap kali tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas siswa. Hal ini bisa menjadi cerminan dari kuantitas dan kualitas tenaga pendidik yang dimiliki Indonesia. Dari jumlah guru yang ada berjumlah 3,9 juta, 45% guru PNS, 55% guru non PNS, 25% guru di antaranya belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi. Oleh sebab itu, alokasi belanja pendidikan saat ini perlu diarahkan pada peningkatan keahlian untuk menunjang peningkatan output Pendidikan di Indonesia.

Urgensi Teknologi dalam Ekonomi

Penguasaan teknologi akan membantu industri untuk cepat tumbuh berkembang dan mendorong daya saing. Digitalisasi sebagai salah satu produk teknologi, saat ini sudah menjadi bagian terpenting untuk mencapai tingkatan efisiensi yang diinginkan sektor bisnis. Proses bisnis yang lama dan panjang (lemot) banyak menghasilkan keluhan para pelanggan/pengguna layanan, yang berdampak pada lemahnya daya saing produk dalam negeri. Dalam situasi seperti ini, sebagian besar bisnis di Indonesia melakukan transformasi bisnis melalui digitalisasi dalam proses bisnis yang semakin murah, cepat dan simpel (tidak bertele-tele). Beberapa aplikasi digital dan usaha start-up (perusahaan rintisan) terus meningkat dan berkembang, ini tentu memberikan peluang dalam merealisasikan potensi ekonomi, yang artinya perekonomian menuju proses transformasi struktural yang memang kita harapkan.

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh McKinsey, produktivitas Indonesia dinilai masih hanya setengah dari produktivitas di negara China. Sehingga, implementasi teknologi digital secara masif adalah salah satu jalan bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan level produktivitas secara signifikan. Artinya melakukan efisiensi sistem operasi melalui teknologi industri 4.0 dan menggabungkan Internet of Things (IoT) serta mesin robot, merupakan suatu keniscayaan untuk mewujudkan impian Indonesia di 100 tahun merdeka.

Trasnformasi teknologi, peningkat produktivitas, digitalisasi, daya saing, adalah beberapa kata ajaib yang akan terus muncul dalam setiap kebijakan ekonomi dan pembangunan Indonesia. Kita tidak bisa lagi membuat kebijakan yang sangat biasa saja (regular), tetapi kebijakan yang akan menghasilkan produktivitas yang lebih baik, mendorong daya saing, serta penggunaan teknologi di dalam operasionalnya. Transformasi struktural ini, perlu banyak melibatkan seluruh lapisan masyarakat, baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan, untuk bersama-sama mencapai asa Indonesia Maju 2045, Semoga.
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More