Parpol Mulai Poles Cagub, Sinyal Pertarungan Pilgub DKI 2024 Bakal Sengit
Senin, 14 Maret 2022 - 15:15 WIB
“Karena ketika nama, seperti Sahroni, Airin, Gibran, Risma, Ahok, dan Riza Patria masuk ke dalam frekuensi calon gubernur Jakarta, para kandidat itu akan menjadi perbincangan publik, diulas oleh media, yang bahasannya kemudian sudah pada konteks sebagai calon gubernur atau wakil gubernur dalam Pilkada Jakarta,” ujarnya Sabtu (12/3).
Menurut dia, yang diharapkan parpol ketika melempar nama-nama calon gubernur tersebut ke publik adalah mereka cepat dikenal sebagai calon gubernur atau wakil gubernur yang secara tidak langsung juga akan memberikan daya ungkit elektoral. “Ditambah juga dengan riset-riset politik yang pasti akan menganalisa kelayakan elektoral nama-nama calon tersebut . Sehingga nanti parpol bisa mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan kandidat terbaik yang akan diusung di pilgub,” paparnya.
Terkait tensi pilkada, Pilgub Jakarta menurut Aprikie akan melahirkan dinamika yang tinggi. Tetap akan tersaji pertarungan yang keras karena masih ada polarisasi pasca-Pilgub Jakarta 2017. “Apalagi nama Ahok juga mulai dimunculkan kembali sebagai calon gubernur DKI. Meskipun itu belum pasti, tapi pasti sudah disiapkan antisipasi oleh faksi yang kontra,” ujarnya.
Peneliti Indikator Politik Indonesia (IPI) Bawono Kumoro juga memahami sikap sejumlah parpol yang mulai melirik sosok bakal cagub yang berpotensi maju di Pilkada Jakarta 2024. Jakarta disebutnya memiliki posisi strategis. Selain ibu kota negara, Jakarta juga pusat kanal dan arus informasi.
“Karena itu, Pilkada Jakarta seperti jadi barometer politik nasional. Orang nomor satu di Ibu Kota akan memperoleh coverage media massa dan juga atensi publik luas dari seluruh Indonesia. Meski nanti DKI Jakarta sudah tidak lagi menjadi ibu kota negara tetapi magnet dari Pilkada Jakarta tidak akan hilang sama sekali,” kata Bawono, Minggu (13/3).
Menjadi pemimpin Jakarta juga akan mengerek popularitas gubernur dan wakil gubernur terutama jika dapat membuktikan kinerjanya. Dengan begitu bukan hal mustahil mereka akan digadang-gadang naik level bertarung di pilpres.
“Memang tren sejak dua pemilu terakhir ini sumber-sumber kepemimpinan nasional akan berasal dari kepala-kepala daerah. Karena jabatan kepala daerah memungkinkan seseorang untuk dapat menunjukkan kapasitas kepemimpinan mereka dalam mengatasi problem warga sehari-hari dibandingkan jabatan publik lain,” lanjut dia.
Siapa pun nantinya yang akan maju di pilgub, Bawono berharap pertarungan akan berlangsung lebih kondusif. Tidak lagi mengulang kejadian seperti pilkada sebelumnya, terutama memanfaatkan isu politik identitas untuk mencari suara publik. Masyarakat, menurut dia, akan lebih menantikan tawaran soal kinerja para calon jika nantinya terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Menurut dia, yang diharapkan parpol ketika melempar nama-nama calon gubernur tersebut ke publik adalah mereka cepat dikenal sebagai calon gubernur atau wakil gubernur yang secara tidak langsung juga akan memberikan daya ungkit elektoral. “Ditambah juga dengan riset-riset politik yang pasti akan menganalisa kelayakan elektoral nama-nama calon tersebut . Sehingga nanti parpol bisa mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan kandidat terbaik yang akan diusung di pilgub,” paparnya.
Terkait tensi pilkada, Pilgub Jakarta menurut Aprikie akan melahirkan dinamika yang tinggi. Tetap akan tersaji pertarungan yang keras karena masih ada polarisasi pasca-Pilgub Jakarta 2017. “Apalagi nama Ahok juga mulai dimunculkan kembali sebagai calon gubernur DKI. Meskipun itu belum pasti, tapi pasti sudah disiapkan antisipasi oleh faksi yang kontra,” ujarnya.
Peneliti Indikator Politik Indonesia (IPI) Bawono Kumoro juga memahami sikap sejumlah parpol yang mulai melirik sosok bakal cagub yang berpotensi maju di Pilkada Jakarta 2024. Jakarta disebutnya memiliki posisi strategis. Selain ibu kota negara, Jakarta juga pusat kanal dan arus informasi.
“Karena itu, Pilkada Jakarta seperti jadi barometer politik nasional. Orang nomor satu di Ibu Kota akan memperoleh coverage media massa dan juga atensi publik luas dari seluruh Indonesia. Meski nanti DKI Jakarta sudah tidak lagi menjadi ibu kota negara tetapi magnet dari Pilkada Jakarta tidak akan hilang sama sekali,” kata Bawono, Minggu (13/3).
Menjadi pemimpin Jakarta juga akan mengerek popularitas gubernur dan wakil gubernur terutama jika dapat membuktikan kinerjanya. Dengan begitu bukan hal mustahil mereka akan digadang-gadang naik level bertarung di pilpres.
“Memang tren sejak dua pemilu terakhir ini sumber-sumber kepemimpinan nasional akan berasal dari kepala-kepala daerah. Karena jabatan kepala daerah memungkinkan seseorang untuk dapat menunjukkan kapasitas kepemimpinan mereka dalam mengatasi problem warga sehari-hari dibandingkan jabatan publik lain,” lanjut dia.
Siapa pun nantinya yang akan maju di pilgub, Bawono berharap pertarungan akan berlangsung lebih kondusif. Tidak lagi mengulang kejadian seperti pilkada sebelumnya, terutama memanfaatkan isu politik identitas untuk mencari suara publik. Masyarakat, menurut dia, akan lebih menantikan tawaran soal kinerja para calon jika nantinya terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
(bmm)
tulis komentar anda