PDIP: Perguruan Tinggi Harus Jadi Infrastruktur Kemajuan Bangsa Indonesia
Minggu, 27 Februari 2022 - 18:17 WIB
JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan ( PDIP ) Hasto Kristiyanto merasa terhomat saat hadir di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Minggu (27/2/2022). Pasalnya, USK memiliki rekam jejak kuat dan kedekatan dengan Presiden Pertama RI sekaligus Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Soekarno.
Kehadiran Hasto didampingi Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri di USK untuk memberikan kuliah umum "Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Sivitas Akademika Perguruan Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045". Sebelum memberikan kuliah, Rektor USK Prof Samsul Rizal mengajak Hasto dan Rokhmin melihat Tugu Darussalam. Tugu ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 2 September 1959 sekaligus membuka Fakultas Ekonomi sebagai faktultas pertama di USK. Ketiganya pun lalu berfoto bersama.
Dalam sambutannya, Hasto mengatakan, Bung Karno selalu mengingatkan kepada kaum muda Indonesia, termasuk mahasiswa dan mahasiswi Universitas Syiah Kuala untuk meletakkan, merumuskan, menempatkan cita-cita setinggi langit. Sebab, sekiranya jatuh, maka jatuh di antara bintang-bintang di angkasa raya.
"Kami sungguh sangat terhormat bisa berada di Universitas Syiah Kuala dengan rekam jejak kepemoporan yang begitu kuat," katanya.
Baca juga: Urusan Minyak Goreng dan Kedelai Lebih Penting, PDIP Minta Stop Berimajinasi Menunda Pemilu 2024
Hasto mengatakan, universitas harus menjadi pusat kemajuan di dalam penguasaan ilmu dan teknologi yang berakar terhadap apa yang Indonesia miliki. Sehingga, penelitian harus didorong untuk menunjukkan kemampuan sebagai bangsa berdikari. Salah satunya adalah bagaimana penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu berdasarkan Pancasila.
Hasto mengingatkan bagaimana Indonesia agar tidak mudah terpengaruh bahwa semua yang dari luar adalah yang paling baik dan bagus.
"Karena itulah memahami Pancasila apalagi berbicara revitalisasi, hanya bisa dilakukan kalau kita membongkar mentalitet kita. Mentalitet yang terjajah, mentalitet yang tertunduk yang mudah terpengaruh teori-teori dari luar. Untuk itu kita kembangkan teori kita sendiri berdasarkan kondisi rakyat Indonesia, kebudayaan dan kondisi geografis bangsa, serta sumber daya yang dimiliki rakyat Indonesia, itu tugas perguruan tinggi," kata Hasto.
Baca juga: Tiba di Aceh, Sekjen PDIP Sampaikan Salam Hangat Megawati Soekarnoputri
Kehadiran Hasto didampingi Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri di USK untuk memberikan kuliah umum "Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Sivitas Akademika Perguruan Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045". Sebelum memberikan kuliah, Rektor USK Prof Samsul Rizal mengajak Hasto dan Rokhmin melihat Tugu Darussalam. Tugu ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 2 September 1959 sekaligus membuka Fakultas Ekonomi sebagai faktultas pertama di USK. Ketiganya pun lalu berfoto bersama.
Dalam sambutannya, Hasto mengatakan, Bung Karno selalu mengingatkan kepada kaum muda Indonesia, termasuk mahasiswa dan mahasiswi Universitas Syiah Kuala untuk meletakkan, merumuskan, menempatkan cita-cita setinggi langit. Sebab, sekiranya jatuh, maka jatuh di antara bintang-bintang di angkasa raya.
"Kami sungguh sangat terhormat bisa berada di Universitas Syiah Kuala dengan rekam jejak kepemoporan yang begitu kuat," katanya.
Baca juga: Urusan Minyak Goreng dan Kedelai Lebih Penting, PDIP Minta Stop Berimajinasi Menunda Pemilu 2024
Hasto mengatakan, universitas harus menjadi pusat kemajuan di dalam penguasaan ilmu dan teknologi yang berakar terhadap apa yang Indonesia miliki. Sehingga, penelitian harus didorong untuk menunjukkan kemampuan sebagai bangsa berdikari. Salah satunya adalah bagaimana penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu berdasarkan Pancasila.
Hasto mengingatkan bagaimana Indonesia agar tidak mudah terpengaruh bahwa semua yang dari luar adalah yang paling baik dan bagus.
"Karena itulah memahami Pancasila apalagi berbicara revitalisasi, hanya bisa dilakukan kalau kita membongkar mentalitet kita. Mentalitet yang terjajah, mentalitet yang tertunduk yang mudah terpengaruh teori-teori dari luar. Untuk itu kita kembangkan teori kita sendiri berdasarkan kondisi rakyat Indonesia, kebudayaan dan kondisi geografis bangsa, serta sumber daya yang dimiliki rakyat Indonesia, itu tugas perguruan tinggi," kata Hasto.
Baca juga: Tiba di Aceh, Sekjen PDIP Sampaikan Salam Hangat Megawati Soekarnoputri
tulis komentar anda