Tabularasa Pancasila
Senin, 21 Februari 2022 - 09:30 WIB
Dalam konteks respons manusia sebagai warga bangsa dan warga negara bahkan warga dunia, dibutuhkan semacam sikap batin dan laku kembali ke kondisi kertas kosong. Dalam artian kembali kepada kepribadian manusia dan bangsa atau masyarakat Indonesia, kembali kepada pijakan sejarah awal mula, kembali kepada tujuan etisnya manusia hidup, serta kembali kepada pemenuhan cita-cita semula yang menjadi amanah pokok bangsa dan negara Indonesia.
Adalah Pancasila itu sendiri yang sejak mula kelahirannya mengandung amanah bernegara, jejak historis, sekaligus mengandung tujuan dan cita-cita otentik bangsa Indonesia. Untuk mengenalinya orisinalitasnya kembali atau untuk dapat menghidmatinya kembali Pancasila perlulah kiranya kita kembali ke awal sebagaimana kertas kosong atau semacam tabula rasa.
Tabularasa
Tabularasa berasal dari bahasa Latin yang bermakna kertas kosong. Istilah tabularasa di sini tidak dalam pengertian teori yang lebih jauh melainkan sekadar meminjam istilah untuk mencoba diterapkan dalam upaya menangkap pesan terkait Pancasila yang sejak mulanya oleh Bung Karno dinyatakan bukan sebagai pemikirannya, melainkan digali dari pengalaman dan sejarah panjang Bangsa Indonesia yang juga sekaligus dinyatakan sebagai ilham maupun semacam “inspirasi ilahi”.
Tabularasa di sini juga dapat dimaknai sebagai upaya mengosongkan diri dalam mencari keotentikan dan obyektivitas dari situasi pertentangan pandangan yang seringkali gampang terjadi jika berkaitan dengan pembahasan mengenai Pancasila di negara kita saat sekarang ini.
Mengapa Bung Karno? Hal ini tentu karena faktanya ia adalah orang yang pertama kali mempidatokan Pancasila sebagaimana yang kemudian hari telah menjadi dasar negara Indonesia. Hal lainnya adalah Proklamator Indonesia hanya Sukarno dan Hatta yang menjadi atas nama dari Bangsa Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sebab lainnya tentu membahas Pancasila tidak mungkin dapat dipisah dari keberadaan Proklamasi kemerdekaan. Jelas, Pancasila dipidatokan pertama kali oleh Bung Karno dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan apa dasarnya jika Indonesia merdeka.
Adapun Bung Hatta sebagai proklamator dalam memoarnya berwasiat kepada Guntur Sukarno Putra menyampaikan perihal di antaranya berkaitan Pancasila Dasar Negara dan Bung Karno. “Negara Indonesia Merdeka yang akan kita bangun itu, apa dasarnya?” Hatta menyampaikan bahwa kebanyakan anggota tidak mau menjawab pertanyaan itu, karena takut pertanyaan itu akan menimbulkan persoalan filosofi yang akan berpanjang-panjang.
Mereka langsung membicarakan soal Undang-Undang Dasar. Salah seorang dari anggota panitia Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia yang menjawab pertanyaan itu adalah Bung Karno yang mengucapkan pidatonya pada 1 Juni 1945. Yang berjudul Pancasila, lima sila, yang lamanya kira-kira satu jam.
Mengapa dalam upaya memahami Pancasila penting sekali bagi kita kembali menjadi semacam kertas kosong? Tentu ini untuk memurnikan pemahaman menuju kepada keotentikan dan kejujuran. Pasalnya, sudah barang tentu sulit menjadi jujur tanpa mengosongkan diri.
Adalah Pancasila itu sendiri yang sejak mula kelahirannya mengandung amanah bernegara, jejak historis, sekaligus mengandung tujuan dan cita-cita otentik bangsa Indonesia. Untuk mengenalinya orisinalitasnya kembali atau untuk dapat menghidmatinya kembali Pancasila perlulah kiranya kita kembali ke awal sebagaimana kertas kosong atau semacam tabula rasa.
Tabularasa
Tabularasa berasal dari bahasa Latin yang bermakna kertas kosong. Istilah tabularasa di sini tidak dalam pengertian teori yang lebih jauh melainkan sekadar meminjam istilah untuk mencoba diterapkan dalam upaya menangkap pesan terkait Pancasila yang sejak mulanya oleh Bung Karno dinyatakan bukan sebagai pemikirannya, melainkan digali dari pengalaman dan sejarah panjang Bangsa Indonesia yang juga sekaligus dinyatakan sebagai ilham maupun semacam “inspirasi ilahi”.
Tabularasa di sini juga dapat dimaknai sebagai upaya mengosongkan diri dalam mencari keotentikan dan obyektivitas dari situasi pertentangan pandangan yang seringkali gampang terjadi jika berkaitan dengan pembahasan mengenai Pancasila di negara kita saat sekarang ini.
Mengapa Bung Karno? Hal ini tentu karena faktanya ia adalah orang yang pertama kali mempidatokan Pancasila sebagaimana yang kemudian hari telah menjadi dasar negara Indonesia. Hal lainnya adalah Proklamator Indonesia hanya Sukarno dan Hatta yang menjadi atas nama dari Bangsa Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sebab lainnya tentu membahas Pancasila tidak mungkin dapat dipisah dari keberadaan Proklamasi kemerdekaan. Jelas, Pancasila dipidatokan pertama kali oleh Bung Karno dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan apa dasarnya jika Indonesia merdeka.
Adapun Bung Hatta sebagai proklamator dalam memoarnya berwasiat kepada Guntur Sukarno Putra menyampaikan perihal di antaranya berkaitan Pancasila Dasar Negara dan Bung Karno. “Negara Indonesia Merdeka yang akan kita bangun itu, apa dasarnya?” Hatta menyampaikan bahwa kebanyakan anggota tidak mau menjawab pertanyaan itu, karena takut pertanyaan itu akan menimbulkan persoalan filosofi yang akan berpanjang-panjang.
Mereka langsung membicarakan soal Undang-Undang Dasar. Salah seorang dari anggota panitia Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia yang menjawab pertanyaan itu adalah Bung Karno yang mengucapkan pidatonya pada 1 Juni 1945. Yang berjudul Pancasila, lima sila, yang lamanya kira-kira satu jam.
Mengapa dalam upaya memahami Pancasila penting sekali bagi kita kembali menjadi semacam kertas kosong? Tentu ini untuk memurnikan pemahaman menuju kepada keotentikan dan kejujuran. Pasalnya, sudah barang tentu sulit menjadi jujur tanpa mengosongkan diri.
tulis komentar anda