In Memoriam Margiono

Selasa, 01 Februari 2022 - 14:04 WIB
Kenapa headline " Rakyat Merdeka" keras semua? Suatu kali ia ditanya itu. "Ini era yang kalau tidak berteriak keras, tidak ada yang mau perduli aspirasi rakyat," alasannya.

Kembang HPN

Margiono telah tiada. Ia pergi sepekan sebelum peringatan Hari Pers Nasional 2022 di Kendari, 7-9 Februari mendatang.

Salah satu daya tarik HPN selama masa kepemimpinannnya, adalah dirinya sendiri. Dia adalah "kembang" HPN. Kemampuannya berpidato memukau mulai wartawan muda dari daerah terpencil hingga orang nomor satu di republik ini.

Saya kira pidato itu salah satu yang akan dikenang banyak orang dari Margiono. Ia hanya bisa ditandingi oleh Tarman Azzam, dalam urusan pidato. Tarman adalah Ketua Umum PWI Pusat, juga dua priode, yang digantikan oleh Margiono. Tarman Azzam wafat 2016.

Pidato Margiono selalu dinanti. Tadi pagi saya sempat jogging dengan Marah Sakti Siregar, wartawan senior, mantan Ketua PWI Jaya. "Masih ada nggak daya tarik HPN sekarang tanpa pidato Margiono," tanyanya. Satu jam setelah itu Marah pula orang pertama mengirimi saya kabar duka mengenai Margiono.

Tidak berlebihan mengatakan memang banyak yang menghadiri HPN, di mana pun acaranya diselenggarakan karena mau dengar pidato Margiono. Ah, saya masih terbayang gesture Margiono tiap kali berpidato. Bagaikan aktor Stand Up Komedi menyihir audience.

Margiono sosok wartawan yang sukses sebagai jurnalis dan pengusaha media. Ia mengawali kariernya dari bawah. Makanya ia dekat dengan bawahan. Sikap egaliter itu terbawa hingga menjadi bos besar di kerajaan medianya. Kebetulan hobbi makan pula.

Seperti ditulis Dahlan Iskan, mantan bosnya di Jawa Pos, Margiono cuma mengenal dua kategori makanan. Enak dan enak sekali. Hobbi makan itu menambah sarananya untuk intens bergaul dan urun rembuk dengan para karyawan dan wartawannya. Ketika memimpin PWI ia berlaku seperti itu juga. Mengutamakan kebersamaan dan mau mendengar curahan hati maupun kritik. Lapang dada menerima koreksi dan kritik terhadapnya. Saya termasuk yang sering melakukannya.

Margiono paham para pengurus PWI datang dari berbagai latar belakang dan pengalaman. Ia tidak menjadikan itu kendala, tetapi dihadapi sebagai kelebihan. Mendengar masukan dan aspirasi seluruh pengurus, dia anggap memudahkan pekerjaannya. Tak percaya? Faktanya banyak hasil rapat PWI yang digodok dalam diskusi para pengurus, tinggal dibungkus Margiono. Tanpa mengeluarkan satu patah kata pun.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More