Sosiolog UIN Sebut Daya Tahan Orang Kota Lebih Kuat Dibanding Orang Desa

Senin, 24 Januari 2022 - 09:21 WIB
Sosiolog perkotaan yang juga dosen UIN Jakarta Tantan Hermansah menyebut daya tahan orang kota lebih kuat dibanding orang desa. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Badai pandemi Covid-19 membuat banyak sektor kehidupan terguncang. Namun, di tengah situasi bangsa yang serba sulit itu, mayoritas masyarakat Indonesia ternyata masih tetap bahagia.

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sejumlah provinsi yang indeks kebahagiaannya menurun, satu di antaranya DKI Jakarta. Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta pada 2021 sebanyak 70,68 poin dan berada di urutan ke-27 dari 34 provinsi. Pada 2017 indeks kebahagiaan Jakarta mencapai 71,33. Dengan demikian, kebahagiaan warga Jakarta selama masa pandemi turun 0,65 poin.

Menurut sosiolog perkotaan yang juga dosen UIN Jakarta Tantan Hermansah, orang Jakarta memang berpotensi sebagai kelompok-kelompok yang sangat rentan pada persoalan kebahagiaan. Apalagi, tingkat konsumsi informasi di Jakarta kemungkinan yang terbesar di Indonesia.





Dinamika-dinamika kecil pada masyarakat kota besar seperti Jakarta disebutnya gampang memberikan stimulus kepada pelaku sehingga berdampak terhadap kebahagiaannya. “Misalnya, ada musibah banjir di suatu kelurahan di Jakarta atau misalnya aksi kriminalitas di suatu tempat, maka dengan cepat informasi itu akan mengganggu sistem kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Di sisi lain, Tantan menilai, kebijakan pembatasan yang dilakukan pemerintah selama pandemi ikut berdampak terhadap kebahagiaan masyarakat. Adanya pembatasan sosial justru membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan. Tentu saja itu berdampak terhadap kebahagiaan mereka.



“Pengetatan PPKM, PSBB, dan lain-lain itu lebih banyak tersorot di lingkungan Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur sehingga pengetatan ini juga menyebabkan orang terganggu kebahagiaannya,” ungkapnya.

Kendati demikian, Tantan berpandangan, masyarakat perkotaan secara umum jauh lebih kuat bertahan ketimbang yang tinggal di perdesaan. Masyarakat kota sejak lama, bahkan mungkin sejak lahir, sudah terdidik menjadi pribadi yang kompetitif. Mereka biasa berkompetisi dalam kehidupannya sehingga cenderung memiliki strategi cara bertahan, mencari peluang, dan cara keluar dari setiap krisis.

Berbeda dengan masyarakat desa yang polanya cenderung homogen. Meskipun semangat komunalisme yang tinggi dan cenderung mudah mendapat bantuan dari lingkungan sekitar, namun kemampuan bertahan masyarakat desa jauh lebih rendah ketimbang masyarakat kota.

Dalam survei Indeks Kebahagiaan Indonesia 2021 yang dirilis BPS, indeks kebahagiaan masyarakat perkotaan lebih tinggi yakni 71,73 dibanding masyarakat perdesaan yang hanya 71,17. Kendati keduanya sama-sama meningkat, indeks kebahagiaan masyarakat desa naik lebih tinggi dibandingkan masyarakat perkotaan.

“Itulah yang membuat masyarakat kota jauh lebih kompetitif dan akhirnya menghasilkan sikap kebertahanan yang kuat. Jadi, lingkungan sangat menentukan bagaimana mereka bertahan,” pungkasnya.
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More