Memaafkan itu Laku Spiritual

Rabu, 19 Januari 2022 - 11:31 WIB
Di Jogjakarta dilakukan gerebeg Maulud juga penuh dengan persembahan dengan gunungan besar dipikul bersama-sama. Kebuli, kendurenan, dan semua lauk pauk dan nasi adalah bentuk persembahan manusia untuk sesama manusia dan Tuhan.

Setiap Natal sahabat-sahabat Katolik dan Kristen saling memberi hadiah. Ini juga laku spiritual. Setiap Nyepi ada upacara persembahan di pantai. Setiap Waisak ada ibadah bersama. Setiap tahun baru Imlek juga demikian.

Sesajen adalah bentuk itu. Laku spiritual yang hendaknya di dekati dengan spiritual dan kalau ada pelanggaran juga jalan spiritual. Memaafkan adalah laku spiritual.

Pelanggaran terhadap laku spiritual juga hendaknya melibatkan hukuman spiritual. Memaafkan itu laku spiritual. Hampir di setiap agama mengajarkan pemaafan.

Dalam Kitab Dammapada yang biasa dirapal umat dan Bhante Buddha, memaafkan sesama manusia dan makhluk lainnya serta menjernihkan pikiran agar berfikir benar dan bersih menjadi ajaran utama. Bahkan para penganut Buddha mendoakan semua makhluk berbahagia, tanpa kecuali.

Semua hendaknya harus melalui proses memahami, saling memaafkan, saling mendorong kearah yang lebih baik. Memaafkan pelanggar sesajen dari segi spiritual akan membantu memulihkan jiwa kita semua.

Banyak pelanggaran dan persekusi pada minoritas di Indonesia, semua didekati dengan cara hukum. Kita perlu memikirkan laku spiritual. Saling memaafkan adalah salah satunya.

Hukuman diharapkan dan mengandung efek jera. Hukuman ditujukan pertanggungjawaban warga. Hukuman untuk proses legal sah. Laku spiritual perlu melengkapinya, agar doa sesama bermanfaat bagi pelaku dan yang disakiti.

Memaafkan adalah laku tinggi, setiap ajaran akhlaq dan sufi menekankan itu. Memaafkan tidak hanya baik bagi orang yang melanggar, tetapi juga yang dilanggar.

Dalam salah satu Hadits Nabi, “Tolonglah saudaramu apakah ia zalim atau dizalimi”. Menolong disini termasuk juga memaafkan, agar yang dizalimi dibebaskan dari penderitaan (dukkha), yang menzalimi menyadari kesalahan itu. Memaafkan termasuk pertolongan ini.

Para sufi, termasuk al-Ghazali, Rabi’ah Adawiyah, Yazid al-Bistomi, semua menggarap penjernihan hati. Dalam Alquran sendiri ada jiwa tenang dan bersih disebut nafs mutmainnah. Jiwa yang tenang karena relasi antar sesama (habl min al-nas) lancar, dan relasi dengan Yang di Atas juga baik (habl min Allah).

Memaafkan akan memberi jalan kedamaian. Nelson Mandela ketika sudah keluar dari penjara selama 27 tahun dan terjun ke politik, akhirnya menjadi presiden di Afrika Selatan. Tindakan dia pertama kali adalah memaafkan.

Kaum Apharteid tidak serta merta dibalas tindakan-tindakan di masa lalunya. Penjara tidak dibalas penjara. Penangkapan tidak dibalas penangkapan.

Tetapi, Mandela menyatukan dan memaafkan yang menjebloskannya ke penjara. Memaafkan adalah Tindakan baik untuk diri sendir dan masyarakat. Memaafkan adalah kekuatan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More